Share

Setelah Tiga Tahun Pernikahan
Setelah Tiga Tahun Pernikahan
Penulis: Ina R

Dikira Cupu Ternyata Suhu

Penulis: Ina R
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-08 15:04:37

"Kamu ini gimana sih Lang? Mama bilang butuh 5 juta malah dikirim dua juta?" protes Mama begitu masuk ke rumah dari pintu depan, suaranya menggema di ruang tamu.

Aku dan Mas Langit yang tengah duduk di sofa ruang tamu, seketika langsung menoleh. Mama berjalan ke arah kami sambil memegangi barang belanjaan bersama Fariza adiknya Elang.

"Iya, gara-gara kak Elang aku gak jadi beli sepatunya?" keluh gadis yang biasa di panggil Iza itu sambil memberengut. Lalu, menghempaskan bo kongnya dengan kasar ke atas sofa. Gurat kecewa terpancar di wajahnya.

Mama dan Iza baru saja pulang dari salah satu pusat perbelanjaan terbesar di kota ini. Harusnya mereka senang. Tapi, nyatanya begitu pulang wajah mereka malah terlihat kesal.

"Kan sepatu kamu banyak dan masih pada bagus, Za," balas Mas Elang.

"Ih ... Tapi, 'kan aku sukanya yang itu Kak," ucap Iza, sambil memajukan bibirnya.

Mas Elang terlihat menghela napas, menghadapi kelakuan Iza yang memang terlihat manja. Gadis yang baru duduk di kelas dua SMA itu, merajuk pada sang Kakak. Sebagai anak laki-laki satu-satunya Mas Elang memang berkewajiban menafkahi Mama dan Iza, terlebih saat Papa meninggal sebelum kami menikah.

Menurutku keluarga Mas Elang memang cukup berada, terlebih dulu Papa salah satu karyawan PT perta**na, dan tentu saja Mama masih menerima pensiunan Papa. Ditambah lagi posisi Mas Elang di kantor sebagai manager harusnya keuangan bukan masalah. Namun, gaya hidup Mama dan Iza yang hedon membuat mereka selalu merasa kurang.

"Iya lain kali aja ya, bulan ini kakak lagi banyak pengeluaran mau servis mobil," terang Mas Elang.

"Iya kalau sepatunya masih ada, kalau gak gimana?"

"Kan bisa cari yang lain," jawab Mas Elang sambil tersenyum, berusaha menenangkan adik satu-satunya itu.

Mendengar jawaban sang kakak membuat Iza semakin kesal. "Au ah," jawab Iza membuang muka, sembari melipatkan tangan di dada.

Tidak lama setelahnya terdengar suara mobil berhenti di depan rumah, membuat kami menoleh ke arah pintu luar.

"Siapa yang datang?" tanya Mama. "Coba kamu lihat!" titah Mama padaku.

Aku pun mengangguk, dan lekas beranjak dari tempat duduk, demi memastikan siapa yang datang, ternyata karyawan dari toko mesin cuci yang tadi kubeli. Mereka pun langsung menurunkan barangnya dari mobil.

"Taruh di dalam aja, Pak!" pintaku ke pada dua karyawan toko tersebut.

"Baik, Mbak!" Dengan hati-hati dua karyawan tersebut langsung mengangkat mesin cucinya.

"Lho, lho mesin cuci siapa itu? Siapa yang pesan?" Mama bertanya heran saat dua karyawan tersebut meletakkan mesin cucinya di dalam. Saking penasarannya Mama sampai berdiri.

"Maaf, Bu kami hanya mengantarkan pesanan. Mari, Bu!" ucap dua karyawan tersebut dengan ramah. Lalu, berpamitan.

"Terima kasih, Pak!" ucapku sebelum mereka pergi, dan dibalas mereka dengan senyum dan anggukan.

Setelah mereka pergi aku kembali duduk ke sofa.

"Kamu yang beli mesin cucinya, kenapa? Bukannya Mesin cuci yang lama masih bisa di pake?" Cerca Mama penasaran.

"Iya, Ma. Soalnya mesin cuci di belakang rusak lagi. Cuma pengeringnya aja yang masih bisa di pakai," jawabku.

"Kamu, 'kan bisa cuci pake tangan, atau panggil tukang servis ke sini, bukannya biasanya juga begitu? jangan manja mentang- mentang biasa nyuci pake mesin jadi gak mau nyuci pake tangan," terang Mama panjang lebar.

Aku bukannya gak mau panggil tukang servis, pasalnya entah sudah beberapa kali itu mesin cuci dibenarin, hasilnya gak sampai bertahan dua bulan sudah rusak lagi. Aku pikir memang sudah saatnya ganti.

"Iya, Ma. Tapi, sepertinya mesin cucinya memang sudah saatnya diganti. Karena, kebetulan juga uangnya ada," jelasku.

Aku sengaja tidak menanggapi saat Mama bilang jangan manja dan menyuruh nyuci pakai tangan. Bukan gak mau. Tapi, rasanya tenagaku tak cukup kuat harus mengerjakan semua pekerjaan rumah sendiri. Belum lagi kalau Kinara lagi rewel.

"Umh ... Jadi, ini alasannya kenapa Elang hanya kirim uangnya cuma dua juta, karena kamu mau minta di beliin mesin cuci?"

"Eum ... Kalau soal itu-"

"Bilangnya gak ada duit, ini istrimu malah dibeliin mesin cuci baru?" potong Mama cepat. "Udahlah kalau kayak gini, mulai bulan depan, Mama aja yang pegang gaji kamu."

"Ta-pi, Ma?" ucapku hendak protes.

"Kalau kamu yang pegang, bisa habis uangnya."

Mendengar Mama yang akan pegang kendali, Iza langsung tersenyum.

"Setuju, Ma," ucapnya girang.

"Kan sudah, Mas bilang beli mesin cucinya nanti aja." Bukannya membela Mas Elang malah ikut-ikutan menyalahkanku. Padahal sebelum pesan aku sudah izin untuk beli mesin cucinya, dengan uang sisa bulanan yang selama ini ia berikan.

"Tapi kan tadi aku sudah izin sama Mas dan pake uangku sendiri," jawabku.

"Dari mana kamu bisa punya uang sendiri? Kamu kan gak kerja?" selidik Mama.

"Sebenarnya itu hasil tabungan dari sisa uang bulanan yang Mas Elang kasih selama ini, Ma."

"Ya sama aja itu, uangnya dari Elang. Harusnya kamu itu bisa hemat, jangan hambur-hamburin uang dengan hal-hal yang gak penting. Belum lagi paket yang suka kamu beli."

Astaga, padahal aku hanya baru dua kali memesan paket dan itu pun untuk kebutuhan bersama, dan kebetulan memang Mama yang menerimanya.

"Kalau soal itu, bukannya Mama tahu sendiri barangnya untuk kita semua?" tanyaku balik.

"Ya tetap aja," jawab Mama. Aku langsung melihat ke arah Mas Langit berharap dia mau membelaku, minimal masalah gaji yang nantinya akan dikuasai Mama.

"Kurasa apa yang dibilang Mama benar, kamu harus hemat," jawab Mas Langit yang justru diluar dugaan.

"Sudahlah Mama mau istirahat kepala Mama pening," Mama bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamar, dan begitu pun Iza.

***

Mas Elang, Mama dan Iza tengah duduk di meja makan, mereka sibuk memainkan ponsel sembari menungguku menghidangkan makan siangnya.

Tak perlu menunggu lama akhirnya menu makan siang kali ini sudah terhidang di atas meja.

"Ayo makan!" ajakku, menghentikan mereka dari aktivitas gadgetnya.

Tatapan Mama, Mas Elang dan Iza nampak kaget begitu mendapati menu makan siang kali ini.

"Mana daging sama sayur lainnya, kok cuma sambal terasi sama tempe goreng?" tanya Mama heran.

"Apa stok di kulkas sudah habis?" Mas Langit ikut bertanya. Kini wajah mereka terlihat begitu heran.

"Iya aapan ini, mana ada vitaminnya ini," timpal Iza.

Aku tersenyum. "Iya. Hari ini, ini menunya, bukannya kalian bilang aku terlalu boros? Jadi mulai sekarang aku akan berhemat. Ayo makan mumpung nasinya masih panas!" ucapku sembari tersenyum dan mengambil sambal terasi dan tempe goreng. Lalu, menaruhnya di atas piringku.

"Udahlah, Ma sebaiknya kita pesan gofood aja, makanan apaan kayak gini?" ajak Iza pada Sang Mama.

"Baiknya begitu, Mama gak selera makan kamp ungan kayak gitu," jawab Mama.

Mama dan Iza angsung bangkit dari duduk bersiap hendak pergi.

"Kenapa tidak dicoba saja dulu makan yang ada, kalau pesan gofood apa tidak pemborosan?" cegahku. "Bukannya kalian yang bilang harus hemat?" tanyaku tersenyum.

Selama tiga tahun pernikahan, aku selalu berusaha menghormati, menyanyangi mereka seperti keluargaku sendiri, mengerjakan pekerjaan rumah dan lainnya. Aku tak pernah mengeluh. Karena, bagaimana pun Mama atau Iza selama aku masih sah sebagai istrinya Mas Elang mereka juga keluargaku.

Sebagai menantu, dan istri aku sudah mengerjakan yang seharusnya kulakukan. Diam saat mereka keterlaluan. Tapi, bukan berarti aku lemah.

Akhirnya Mas Elang memberi kode ke Mama dan Iza agar kembali duduk dan makan yang ada. Entah mengapa akhirnya Mama dan Iza menurut, mungkin mereka malu dengan ucapan sendiri. Melihat itu aku hanya tersenyum, ini baru permulaan tunggu kejutan berikutnya. Apa kalian sanggup untuk berhemat?

Bersambung ...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Maleo
Dr elang menjadi langit hahaha sempat bingung
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
salah sendiri selama 3 th jd penurut kayak kebo. terlalu menikmati diatur dan jadi babu ya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Setelah Tiga Tahun Pernikahan   Ending

    Reflek aku pun melangkah ke arah keributan. Begitu sudah dekat, dan melihat yang terjadi seketika mataku terbelalak tak percaya."Makanya kalau gak punya duit, mainnya jangan disini. Udah salah gak mau ngaku lagi," teriak perempuan paru baya itu memaki ke arah Iza.Iza menggeleng. "Tapi, saya gak mencuri, Bu!""Halah, maling mana ada yang mau ngaku?" ucap Ibu itu terlihat begitu emosi."Ada apa ini?" tanyaku kemudian. Tadinya aku tak ingin peduli. Karena, aku tak ada lagi urusan dengan keluarganya Mas Elang. Tapi, entah mengapa tiba-tiba saja hatiku tergerak.Iza yang melihat kedatanganku langsung berlari. "Eh mau kemana kamu?" teriak perempuan itu."Tenang, Bu. Semuanya bisa dibicarakan baik-baik," ucapku berusaha menenangkan."Kamu siapa? Jangan ikut campur ya!" sergahnya."Saya Kakaknya!" Tiba-tiba kalimat itu meluncur begitu saja dari bibirku."Oh jadi kamu kakaknya? Tolong ya diajarin adiknya jangan jadi pencuri!" ucap perempuan itu masih terlihat emosi."Bukan saya ingin membel

  • Setelah Tiga Tahun Pernikahan   Terluka

    "Apa maumu?" Aku kembali bertanya dengan perasaan yang sudah tak karu-karuan. Takut, marah, emosi seketika bercampur jadi satu.Bukannya menjawab ia malah tertawa, entah apa yang lucu."Jangan main-main! Kalau tidak aku akan berteriak!" ancamku."Teriak saja sekeras yang kau mau, tidak akan ada yang mendengarmu."Ia melangkah semakin dekat, sementara aku semakin melangkah mundur, hingga tubuhku tersandar ke mobil."Kenapa kau tidak jadi berteriak?" tanyanya.Badanku mulai gemetar kala jarak kami semakin dekat, bahkan untuk berlari rasanya tidak mungkin."Apa maumu?" tanyaku dengan suara bergetar, dengan keringat dingin.Dengan segenap keberanian, aku langsung menarik kain yang menutupi sebagian wajahnya. Tapi, aku tak mengenalinya. Setelah kain yang menutupi wajahnya terbuka, dengan cepat ia langsung mengayunkan pisau itu ke wajahku. Aku yang menyadari bahaya langsung menangkisnya dengan tangan, dan hingga akhirnya tanganku yang terluka hingga mengeluarkan cairan segar. Melihatku ter

  • Setelah Tiga Tahun Pernikahan   Dicegat Seseorang

    Aku tengah berdiri di depan gedung pengadilan agama kota Bandung. Hari ini sidang perceraianku, dan Mas Elang.Lelaki itu tidak lagi berniat membujukku setelah kemarin betengkar hebat dengan Fahri di rumah makan depan kantor."Kenapa, Kak Elang mau balikan sama Mbak Hanin karena tahu Mbak Hanin kerja sebagai model, 'kan?" tanya Fahri kala itu.Mama dan Mas Elang yang mendengar pertanyaan Fahri langsung ke intinya terlihat kikuk."B--ukan begitu, kami melakukan semua ini demi Ara," terang Mama melakukan pembelaan.Tapi, Fahri tidak percaya begitu saja, dan akhirnya membuat Mama dan Mas Elang menyerah."Ibu yakin kamu kuat, Nduk!" Ibu yang saat ini tengah berdiri disamping kananku tiba-tiba membuyarkan lamunanku."Iya, Bu," jawabku.Kami pun akhirnya masuk ke dalam gedung. Aku tak pernah membayangkan jika pernikahanku akan berakhir disini, impian pernikahan sekali seumur hidup berakhir di pengadilan.Kulihat Mas Elang tertunduk lesu. Sementara Sava menatapku penuh kemenangan.Sidang pun

  • Setelah Tiga Tahun Pernikahan   Bertemu

    "Iya, Ibu mau," jawab Ibu yang akhirnya membuatku lega."Kalau begitu aku akan bicara sama Bude Maryam."Ibu mengangguk, akupun langsung memeluk tubuh Ibu dengan perasaan senang, dan berjanji pada diri sendiri disisa umurnya yang semakin tua aku akan berusaha untuk membuatnya bahagia."Yang bener kamu, Nin?" tanya Bude Maryam tak percaya saat kusuruh menempati rumah Ibu saja."Iya, Bude. Tadinya Ibu gak mau ikut denganku. Karena, khawatir rumah dan hewan ternaknya gak ada yang rawat," terangku."Ya begitulah, Ibumu," ucap Bude Maryam. "Keukeh dengan pendirian. Tapi, baik, dan mudah berempati. Sebenarnya, Ibumu juga ingin terus bersama sama kalian. Waktu pamit ke Bandung aja Ibumu bilang karena, khawatir sama kamu," lanjut Bude menjelaskan.Aku terdiam mendengar penjelasan Bude, merasa haru dengan apa yang Ibu lakukan untuk kami. Meski anaknya jauh, Ibu selalu tahu kalau anaknya tak baik-baik saja. Ah, Ibu sungguh pengorbananmu tidak akan bisa kubalas dengan apapun walaupun dunia dan s

  • Setelah Tiga Tahun Pernikahan   Pembelaan

    "Mas Elang? Kamu ngapain disini?" Aku bertanya dengan ekpresi gugup. Karena terkejut melihatnya yang tiba-tiba ada di depanku."Eum ... Mas sengaja nungguin kamu.""Mau apa lagi, diantara kita sudah tak ada urusan. Aku sudah mengurus surat perceraian kita di pengadilan. Jadi, Mas tunggu saja!"Mas Elang menggeleng. "Tapi, Mas tidak ingin pisah dari kamu!"Entah apa maksudnya, setelah membuangku begitu saja sekarang ia ingin kembali. Setelah kemarin mengetahui kalau ternyata aku bekerja sebagai seorang model."Kenapa, Mas?" tanyaku. Ingin tahu alasannya."Kasian Ara kalau sampai kita pisah," ucapnya memberi alasan. Lalu, kemarin-kemarin saat aku sudah memberi waktu sekian lama kemana dia?"Kenapa baru sekarang kamu memikirkan Ara, Mas? Kemarin kemana saja?""Eum ... Maaf! Mas tahu salah makanya Mas kesini mau minta maaf, kamu mau, 'kan maafin Mas?""Mas apa-apaan kamu?" teriak seseorang yang sontak membuat aku dan Mas Elang menoleh ke arah sumber suara. Ternyata Sava."Aku pikir dianta

  • Setelah Tiga Tahun Pernikahan   Elang Ingin Hanin Kembali

    Kulihat Mas Elang hendak berangkat dari tempat duduknya. Tapi, dengan cepat Sava segera menahannya."Mau kemana kamu, Mas?" tanya Sava yang jaraknya hanya tersekat meja denganku. Meski pelan aku masih bisa mendengarnya. Bahkan, di kantor pun ia sudah memanggil Mas Elang dengan sebutan, Mas."Ingat sebentar lagi meeting dimulai!" ucap Sava memperingati. Sementara aku yang mendengar hanya berpura-pura sibuk dengan berkas di tanganku. Setelahnya tak lama kemudian meeting pun dilaksanakan, clien yang datang dari negara tetangga hanya berjumlah dua orang, dan sudah berada di ruangan.Seperti yang diperintahkan Ezra, aku mulai menjelaskan isi meeting kali ini, untungnya aku bisa berbahasa Inggris.Mas Elang, dan Sava hanya bisa tercengang setelah mengetahui posisiku di kantornya Ezra.Pihak clien terlihat puas mendengar penjelasanku, dan mereka setuju untuk bekerja sama. Selain, menampilkan produk busana muslimah pihak kantor juga memproduksi kain secara langsung, dan itu menjadi salah sat

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status