Home / Romansa / Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku / Bab 2. Malam Pertama dan Sebuah Godaan

Share

Bab 2. Malam Pertama dan Sebuah Godaan

Author: Te Anastasia
last update Huling Na-update: 2025-09-26 17:17:14

Pernikahan Marieana dan David pun terlaksana beberapa hari kemudian. Orang tua David mau tidak mau merestui mereka karena David mengancam akan pergi dari rumah.

Pesta pernikahan itu digelar secara tertutup, hanya beberapa kerabat yang hadir. Orang tua David tidak ingin pernikahan itu diketahui oleh publik.

Marieana tidak keberatan. Ia tidak peduli dengan semua itu karena tujuan utamanya bukanlah menjadi bagian dari keluarga Valdemar yang kaya raya.

“Sekarang aku sudah semakin dekat,” bisik Marieana lirih.

Gadis itu menatap cincin pernikahan yang melingkari jari manisnya. Senyum sinis menghiasi wajahnya yang cantik alami.

Sejak belia, Marieana hidup menderita karena Maxim Valdemar. Pria itu telah merenggut semua miliknya tanpa sisa.

Dulu, keluarga Marieana menjalin kerja sama bisnis dengan keluarga Valdemar. Namun, saat bisnis mereka berada di puncak, keluarga Valdemar berkhianat. Mereka menarik semua investasi hingga akhirnya perusahaan keluarga Marieana jatuh bangkrut.

Tak hanya itu, Maxim adalah dalang di balik kematian yang menimpa keluarganya. Dengan mata kepalanya sendiri, Marieana melihat ayah, ibu dan kakak laki-lakinya tewas bersimbah darah di hadapan seorang pria yang dipanggil Tuan Valdemar.

Saat itu, Marieana berhasil menyembunyikan diri di dalam kotak perkakas. Masih segar dalam ingatannya saat pria itu mengacungkan pistol dan menembak keluarganya satu per satu.

Marieana yang masih berusia lima belas tahun harus menelan banyak kepahitan dan trauma yang mendalam. Setelah kehilangan sosok keluarga, ia diasuh oleh neneknya di desa. Marieana hidup serba kekurangan. Ia harus banting tulang untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup bersama neneknya yang sudah renta.

Maxim mengira bahwa semua keluarganya telah tiada. Namun, Marieana mati-matian bertahan hidup meski kadang ia ingin menyerah. Ia tidak sudi mati sebelum melihat Maxim dan keluarganya tewas di tangannya. Seperti apa yang pria itu lakukan pada Marieana dan keluarganya.

Maka, setelah dewasa, Marieana kembali ke kota Fratz dengan identitas yang baru. Ia tidak menggunakan nama belakang keluarganya untuk menghindari kecurigaan.

Lewat David yang lugu, Marieana berhasil masuk dan kini menjadi bagian dari keluarga Valdemar.

Gadis cantik itu memejamkan mata dan meremas gaun tidur yang membalut tubuhnya. Ia membiarkan air mata jatuh membasahi pipinya. Mengingat masa-masa kelam itu masih terasa menyakitkan.

Bayangan saat melihat keluarganya tewas mengenaskan… ayah, ibu, dan kakak kesayangannya dikebumikan … semuanya berkelebat hingga membuatnya sesak.

Marieana menekan dadanya, berharap rasa sakit itu segera berlalu.

“Aku tidak akan melepaskanmu, Maxim. Kau harus merasakan apa yang aku rasakan selama ini.”

Marieana buru-buru mengusap air matanya saat mendengar suara langkah mendekat.

David masuk ke dalam kamar itu dan tersenyum manis pada Marieana. "Kau sudah menungguku lama, Sayang?"

Marieana berjalan menghampirinya sambil menggeleng. "Tidak, Dav," jawabnya.

David langsung memeluknya dengan erat. Pria itu menatapnya dengan hangat dan penuh damba.

"Sekarang kita sudah resmi menjadi sepasang suami istri, Marieana. Aku berjanji akan menjadi suami yang baik untukmu," bisik David mesra, lalu mengecup kening Marieana lembut.

Andai tidak ada dendam, Marieana pasti sudah jatuh hati pada pria sebaik David. Pria itu begitu tulus, bahkan menerimanya apa adanya, sama sekali tidak peduli pada status sosialnya.

Namun, cinta tidak ada dalam agenda Marieana saat ini. Ia hanya ingin menghancurkan keluarga Valdemar tanpa sisa.

"Aku juga akan berusaha menjadi istri yang baik. Terima kasih atas pernikahan ini, Dav," kata Marieana sambil tersenyum manis.

"Apapun untukmu, Sayang."

David mendekatkan wajahnya pada sang istri, lalu mencium bibir wanita itu dengan lembut. Marieana membalas ciuman itu, meski semua terasa hambar baginya.

Ciuman David lama-lama semakin menuntut. Ia merengkuh tubuh Marieana dan membawanya mendekati ranjang tanpa melepaskan tautan bibir mereka.

Marieana meremas rambut hitam David dan memejamkan kedua matanya saat ciuman David turun ke lehernya.

Marieana tidak merasakan apapun selain geli dan penolakan hebat dalam dirinya. Ia setengah mati ingin mendorong David menjauh, tapi ia tidak bisa melakukan itu tanpa menimbulkan kecurigaan.

"Dav, ahh—" Marieana memekik pelan saat David meninggalkan sebuah tanda di leher jenjangnya.

Sepertinya laki-laki itu sudah tidak sabar ingin menghabiskan malam pertama dengannya.

Jantung Marieana berdegup kencang. Ia tahu cepat atau lambat ini akan terjadi. Ia harus rela memberikan tubuhnya pada pria yang tidak ia cintai demi menjalankan misinya.

Namun, tetap saja, Marieana merasa nelangsa.

Saat kegiatan mereka mulai memanas, tiba-tiba terdengar suara deringan ponsel milik David di atas nakas.

David berusaha mengabaikan, dan terus mencumbu Marieana seolah tidak ada hari esok. Tapi dering ponsel kembali terdengar.

“Angkatlah. Siapa tahu penting,” kata Marieana dengan napas terengah begitu David menyudahi ciuman panas mereka.

Pria itu berdecak kesal, lalu beranjak dari atas ranjang. Marieana diam-diam menghela napas lega.

"Halo! Apa tidak bisa besok? Ini sudah malam,” ujar David gusar. “Hari ini adalah hari pernikahanku!”

Marieana menatap wajah suaminya dari samping sampai panggilan itu ditutup.

David menyergah napasnya panjang dan berdecak sebal untuk kedua kalinya.

"Kenapa, Sayang?" tanya Marieana lembut. Padahal ia tahu, seseorang dari kantor pasti meminta David datang.

David menatapnya dengan rasa bersalah. "Ada telepon dari kantor memintaku untuk ke sana," katanya. "Padahal ini adalah malam pertama kita. Tidak mungkin aku meninggalkanmu."

Marieana menyunggingkan senyum penuh pengertian. "Tidak apa-apa, Dav. Pekerjaanmu jauh lebih penting. Lagipula, kita masih punya banyak waktu,” katanya sambil tersenyum menggoda.

Laki-laki itu mengusap pipi Marieana dan menatapnya dalam. "Kau tidak kecewa?"

Mariena menggeleng, tersenyum manis hingga kedua matanya menyipit. "Kau tidak pernah mengecewakanku, Dav."

Mendengar jawaban Mariena, David langsung memeluk dan mengecup keningnya. “Aku sangat mencintaimu, Marieana….”

“Aku tahu, Dav,” sahut Marieana. Entah mengapa hatinya terasa nyeri ketika mengucapkannya.

Baru setelah itu, David meraih mantel hangatnya di atas sofa.

"Aku janji akan segera pulang, Sayang," ujar David mengelus pucuk kepala Marieana.

"Aku akan menunggumu," jawab Marieana lembut.

Mereka lantas berjalan menuruni anak tangga sambil bergandengan seperti layaknya pengantin baru.

Marieana berdiri di teras depan dan melambaikan tangannya pada David yang sudah masuk ke dalam mobil.

Tanpa Marieana sadari, seorang laki-laki tengah memperhatikannya dari arah teras samping.

Maxim terkejut melihat istri keponakannya itu keluar dengan balutan gaun tidur tipis yang memperlihatkan lekuk tubuh indahnya yang begitu menggoda.

Marieana membalikkan badannya dan terkesiap saat melihat Maxim yang tengah menatapnya.

‘Kebetulan sekali….’

Maxim segera membuang muka saat Marieana berjalan ke arahnya.

"Paman kenapa belum tidur? Sedang apa sendirian di sini?" tanya gadis itu ramah, senyuman manis terlukis di bibir tipisnya.

Maxim meliriknya sekilas, lalu meletakkan segelas scotch di atas meja.

"Ini rumahku, apapun yang aku lakukan bukan urusanmu," jawab laki-laki itu dingin.

Marieana tetap mempertahankan senyumannya. Dengan gerakan anggun, ia mengambil duduk di kursi, lalu menyilangkan kakinya hingga gaun tidurnya tersibak, memperlihatkan pahanya yang putih dan mulus.

Maxim tak bisa melepaskan pandangan dari tubuh Marieana yang kecil, namun berisi di bagian-bagian tertentu. Gaun tidur berwarna marun itu tampak kontras dengan kulit putih gadis itu. Wajah cantiknya tampak segar, dengan rambut cokelat panjang bergelombang yang menambah kesan ayu dan memikat.

Tiba-tiba, Maxim beranjak dari duduknya.

Saat pria itu hendak melangkah masuk ke dalam rumah, Marieana mencekal pergelangan tangannya.

"Paman mau ke mana?" tanya gadis itu, sambil menatapnya polos.

Alis tebal Maxim mengerut. Ia menatap tangan Marieana yang masih menahan lengannya dengan erat.

"Suamiku sedang pergi, Paman. Aku … belum biasa di rumah ini, dan aku takut sendirian," kata Marieana, tampak gugup.

"Apa hubungannya denganku?" sahut laki-laki itu datar, hendak menarik tangannya.

Namun, Marieana mempererat genggamannya. Ia mendongak, menatap Maxim dengan sepasang mata sendu. Ia membasahi bibir dengan gerakan sensual, tapi tetap terkesan natural.

Marieana bisa melihat Maxim menelan ludah. Tatapan pria itu singgah di bibirnya, lalu turun ke leher … dan berhenti tepat di belahan dadanya.

"Paman Maxim, tolong temani aku malam ini...."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 6. Malam Panas yang Terlarang

    Seharian, pikiran Maxim terus tertuju pada Marieana.Setiap kali berusaha melupakan wajah gadis itu, Maxim kembali teringat lagi dengan paras cantiknya yang sendu. Sungguh, wajah Marieana terasa familiar. Tapi sekeras apapun mencoba mengingat, ia tidak menemukan sosok yang mengingatkannya pada gadis itu."Marieana...," lirih Maxim dengan pandangan kosong. "Marieana Florence." Maxim menatap gelas berisi scotch di tangannya dan menenggak minuman itu hingga tandas. Ia melampiaskan rasa lelah dan pusingnya dengan minum bersama salah satu temannya di sebuah bar. Maxim kembali meraih botol scotch di hadapannya, namun temannya—Aland menahan tangannya dengan cepat. "Sudah, Maxim. Kau sudah mabuk berat!" seru Aland melarangnya.Laki-laki pemilik bar itu menyerah napasnya panjang sembari menatap wajah Maxim yang merah padam."Ayolah, kawan! Tidak biasanya kau seperti ini. Apa yang terjadi padamu?" Aland benar-benar dibuat heran oleh Maxim yang mengajaknya pergi minum hingga mabuk, apalagi

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 5. Tidak Ingin Melihatmu Menangis

    "Kau benar-benar tidak punya rasa malu, Marieana! Baru beberapa hari di sini, tingkahmu sudah begitu menjijikkan!" Kata-kata kasar itu terlontar dari mulut Arzura, ibu mertua Marieana.Hari masih pagi dan Marieana sudah dimaki-maki lantaran Camila mengadu pada Arzura tentang apa yang wanita itu lihat antara Marieana dengan Maxim semalam, hingga membuat Arzura melampiaskan kemarahan padanya.Rumah sedang sepi, David juga berpamitan pergi ke luar kota subuh tadi hingga Marieana ditinggalkan di rumah itu bersama Keluarga Valdemar yang ia benci di dalamnya. "Camila tidak mungkin berbohong, dia bilang semalam kau menggoda Maxim di dapur! Urat malumu sudah putus ya?!" sentak Arzura lagi. “Beraninya kau menggoda paman suamimu sendiri?!”Marieana menatap Arzura. "Aku sama sekali tidak menggoda Paman Maxim, Ma. Saat itu aku hanya mengambil air minum, tidak lebih. Aku juga tidak tahu bila Paman Maxim ada di dapur." "Alasan! Kau memang perempuan murahan! Sudah miskin, tidak tahu diri!" berang

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 4. Menggoda dan Tergoda

    Malam sudah begitu larut, tapi Marieana masih terjaga dan tidak bisa tidur. Di sebelahnya, David terlelap pulas sambil memeluknya dengan erat. Gadis itu terdiam menatap kosong ke arah jendela kamarnya. Jemarinya meremas bantal lantaran rasa frustrasi yang kini ia rasakan. Mariena menyergah napasnya pelan dan memejamkan kedua matanya. ‘Ya Tuhan, apa lagi yang aku harus aku lakukan?’Gadis itu tidak menyangka Maxim akan sangat sulit didekati. Pria itu seolah membangun tembok tinggi untuk semua orang. Beberapa menit kemudian, Marieana mendengar suara seseorang dari luar kamar. Suara itu milik Maxim.Marieana menoleh ke belakang, David masih tertidur pulas. Perlahan-lahan, Marieana melepaskan lilitan tangan David di pinggangnya."Maafkan aku, Dav," lirihnya hampir tak bersuara. Setelah itu, Marieana beranjak dari atas ranjang, lalu berjalan ke arah pintu dan membukanya tanpa bersuara. Udara dingin langsung menusuk kulit tubuh putih dan mulus Marieana yang kini hanya berbalut gaun ti

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 3. Semalam Paman yang Menemaniku

    Keesokan paginya, Marieana berjalan menuruni anak tangga sambil memeluk lengan David mesra. Mereka berjalan menuju ruang makan di mana semua anggota keluarga sudah menunggu di sana. "Selamat pagi," sapa Marieana pada mereka semua. Tapi tidak ada yang membalas sapaannya."Ayo cepat sarapan, Dav," sahut Arzura, ibu David, tanpa mempedulikan Marieana. David memperhatikan raut Marieana yang terlihat murung. "Ayo duduk, Sayang," bujuknya, lalu menarik satu kursi untuk istrinya itu."Terima kasih, Sayang," balas Marieana, sambil tersenyum tipis. Marieana duduk berhadapan dengan Camila Bailey—wanita yang seharusnya ia panggil dengan sebutan Bibi. Camila adalah saudara sepupu jauh dari Keluarga Valdemar. Karena orang tuanya sudah meninggal, Camila yang hidup sebatang kara akhirnya diizinkan untuk tinggal bersama di sini. Wanita cantik berambut sebahu itu tampak tak acuh, seolah Marieana tidak benar-benar berada di sana. Bahkan caranya menatap Marieana begitu merendahkan, seolah ingin men

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 2. Malam Pertama dan Sebuah Godaan

    Pernikahan Marieana dan David pun terlaksana beberapa hari kemudian. Orang tua David mau tidak mau merestui mereka karena David mengancam akan pergi dari rumah. Pesta pernikahan itu digelar secara tertutup, hanya beberapa kerabat yang hadir. Orang tua David tidak ingin pernikahan itu diketahui oleh publik.Marieana tidak keberatan. Ia tidak peduli dengan semua itu karena tujuan utamanya bukanlah menjadi bagian dari keluarga Valdemar yang kaya raya.“Sekarang aku sudah semakin dekat,” bisik Marieana lirih. Gadis itu menatap cincin pernikahan yang melingkari jari manisnya. Senyum sinis menghiasi wajahnya yang cantik alami. Sejak belia, Marieana hidup menderita karena Maxim Valdemar. Pria itu telah merenggut semua miliknya tanpa sisa. Dulu, keluarga Marieana menjalin kerja sama bisnis dengan keluarga Valdemar. Namun, saat bisnis mereka berada di puncak, keluarga Valdemar berkhianat. Mereka menarik semua investasi hingga akhirnya perusahaan keluarga Marieana jatuh bangkrut.Tak hanya

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 1. Laki-laki yang Kuinginkan

    "Sampai kapanpun aku tidak akan merestui anakku menikah dengan gadis rendahan sepertimu, Marieana!" Pekikan keras dari wanita setengah baya itu membuat Marieana Florence membeku.Di bawah meja, tangannya terkepal dengan kuat, tampak berusaha menahan diri. Namun, alih-alih menunjukkan amarah, gadis berparas cantik itu memasang raut wajah sendu.“Maafkan saya, Nyonya—”“Apa yang Mama bicarakan?!” sela David Valdemar, kekasih Marieana, sebelum gadis itu sempat menyelesaikan kalimatnya.Pria itu terlihat marah. Ia menarik tangan Marieana dan menggenggamnya dengan erat. Malam ini, David mengajaknya untuk berkenalan dengan Keluarga Valdemar, sekaligus meminta restu untuk menikah. Tetapi, Keluarga Valdemar menolak dengan keras lantaran perbedaan status sosial mereka yang berbeda jauh.“Suka atau tidak, aku tetap akan menikah dengan Marieana,” ujar David kukuh, lalu beranjak dari duduknya. “Ayo, Sayang.”"Sekali tidak, maka tetap tidak, Dav!" bantah ibunya tidak mau kalah. "Kekasihmu itu ti

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status