Beranda / Romansa / Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku / Bab 1. Laki-laki yang Kuinginkan

Share

Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku
Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku
Penulis: Te Anastasia

Bab 1. Laki-laki yang Kuinginkan

Penulis: Te Anastasia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-26 17:16:35

"Sampai kapanpun aku tidak akan merestui anakku menikah dengan gadis rendahan sepertimu, Marieana!"

Pekikan keras dari wanita setengah baya itu membuat Marieana Florence membeku.

Di bawah meja, tangannya terkepal dengan kuat, tampak berusaha menahan diri. Namun, alih-alih menunjukkan amarah, gadis berparas cantik itu memasang raut wajah sendu.

“Maafkan saya, Nyonya—”

“Apa yang Mama bicarakan?!” sela David Valdemar, kekasih Marieana, sebelum gadis itu sempat menyelesaikan kalimatnya.

Pria itu terlihat marah. Ia menarik tangan Marieana dan menggenggamnya dengan erat.

Malam ini, David mengajaknya untuk berkenalan dengan Keluarga Valdemar, sekaligus meminta restu untuk menikah. Tetapi, Keluarga Valdemar menolak dengan keras lantaran perbedaan status sosial mereka yang berbeda jauh.

“Suka atau tidak, aku tetap akan menikah dengan Marieana,” ujar David kukuh, lalu beranjak dari duduknya. “Ayo, Sayang.”

"Sekali tidak, maka tetap tidak, Dav!" bantah ibunya tidak mau kalah. "Kekasihmu itu tidak sepadan dengan keluarga kita. Dia hanya akan membuat malu!”

Marieana yang sejak tadi tertunduk, diam-diam memutar bola mata jengah. Ia mulai muak dengan orang-orang yang merasa sok berkuasa ini.

Namun, Marieana kembali memasang ekspresi sedih ketika mendongak menatap David dan menahan tangannya.

"Dav, sudahlah. Mungkin Mamamu benar, kalau kita memang tidak seharusnya bersama," ujar Marieana dengan suara bergetar. Sepasang mata birunya tampak berkaca-kaca. “Jangan melawan orang tuamu demi wanita rendahan sepertiku.”

Marieana mengusap air mata yang jatuh membasahi pipinya, seolah ia adalah wanita paling tersakiti sedunia.

David menekuk lutut, mensejajarkan tubuhnya dengan Marieana. "Tidak, Marieana. Aku akan tetap memperjuangkanmu. Hanya kau yang pantas untukku."

Marieana tersenyum pilu, seolah terenyuh dengan ucapan kekasihnya.

"David, jangan keras kepala!" sentak wanita paruh baya itu, semakin berang melihat anaknya yang termakan cinta buta.

"Aku tidak peduli dengan penolakan Mama! Aku akan tetap menikahi Marieana!" sentak David, masih menggenggam erat pergelangan tangan Marieana.

Dalam hati, Marieana benar-benar salut pada David yang bersikeras meski sudah ditentang oleh keluarganya.

Pria itu … ternyata sungguh jatuh hati padanya.

Marieana merasa semua ini semakin seru.

Melalui sudut matanya, Marieana memperhatikan orang-orang yang hadir di ruang keluarga itu. Ia sadar sejak tadi paman dan seorang wanita cantik yang duduk di sebelah pria itu juga menatapnya dengan sorot mata dingin.

Maxim Valdemar, pria tampan itu duduk tepat di seberang Marieana. Sepasang mata elangnya terus mengawasi, meski ia bersikap seolah tidak peduli dengan drama di hadapannya.

Dan pria itu, adalah alasan mengapa Marieana berada di sini.

"Bagaimana ini, Maxim? Aku sudah angkat tangan!" sahut ayah David sambil menyergah napas kasar. Ia menatap Maxim—adiknya yang sedari tadi hanya bergeming.

Maxim menyilangkan kaki, dengan tangan bersedekap di dada. Ia menatap Marieana lebih intens.

Iris hitam itu membuat Marieana menelan ludah gugup. Aura dominasi pria itu bukan main … siapapun pasti akan merasa terintimidasi.

Marieana tahu dari David kalau di rumah ini, segala keputusan penting ada di tangan pamannya, Maxim Valdemar. Pria berstatus duda itu, satu-satunya penerus sah keluarga Valdemar, CEO pemilik jajaran perusahaan besar di kota Fratz, yang tersohor hingga pelosok negeri.

Sedangkan ayah David hanyalah anak angkat. Sehingga meski ia lebih tua, ayahnya tidak dapat menjadi pewaris.

Maxim lantas berdeham. "Biarkan mereka menikah,” katanya dengan nada datar, membuat semua orang terkesiap, tidak menduga jawaban pria itu.

“Tapi, Max—”

“Biarkan dia menanggung konsekuensi dengan menikahi gadis yang tidak sepadan,” lanjut Maxim. Tatapan tajamnya masih menghunus Marieana yang tertunduk.

Marieana tidak merasa sakit hati atas ucapan Maxim. Ia justru mengulum senyum miring mendengar keputusan pria itu.

Ruang keluarga itu terasa hening mencekam setelah Maxim angkat bicara. Tanpa menunggu respon dari kedua orang tua David, Maxim beranjak pergi, sebelum diikuti oleh Camila Bailey—saudari sepupu Maxim yang kini bergegas mengikutinya.

Marieana mendongak, menatap punggung Maxim dan Camila yang perlahan menghilang di balik pintu.

"Puas kau atas jawaban Pamanmu, hah?!" sinis ayah David sambil menuding wajah putranya kesal. "Sampai kapanpun, kami tidak akan pernah menerima kekasih miskinmu ini, Dav!"

Kedua orang tua David langsung melenggang pergi saat itu juga.

"Pa, Ma, tolonglah—"

"David…." Marieana kembali menahan kekasihnya sambil menggelengkan kepala.

David tampak frustrasi. Ia menggenggam kedua tangan Marieana dengan erat dan menatapnya putus asa.

"Maafkan aku, Dav," ucap Marieana pelan. Ia menggenggam erat kedua telapak tangan David dan tertunduk sedih. "Karena aku, kau bertengkar dengan orang tuamu."

David menghela napas kasar. Lalu mendekat dan menangkup pipi Marieana dengan lembut. “Tidak, Sayang. Ini bukan salahmu,” katanya. "Tunggu aku di sini sebentar. Aku akan membujuk Mama dan Papaku. Aku yakin mereka pasti akan memberikan restu pada kita."

"Tapi, Dav—"

Belum sempat Marieana menyelesaikan ucapannya, David lebih dulu mengecup bibirnya. “Aku akan segera kembali.”

Setelah mengatakan itu, David keluar dari ruang keluarga, meninggalkan Marieana seorang diri.

Marieana tak bisa menahan senyum melihat David berlari menaiki anak tangga mengejar orang tuanya.

Gadis itu lantas meraih tas miliknya dan ikut keluar. Sepasang matanya menyusuri sekitar, mencari-cari sosok yang menjadi alasan utamanya berada di sini.

"Ke mana dia?" gumamnya lirih.

Marieana menuruni anak tangga teras sambil menatap ke jalan setapak di sebelah kanan rumah mewah milik Keluarga Valdemar.

Samar-samar, ia mendengar suara bariton yang familiar itu tak jauh dari tempatnya berdiri.

Mariena berjalan cepat menuruni anak tangga sambil merapikan rambut dan dress yang ia pakai, memastikan penampilannya sempurna.

Setibanya di anak tangga teras paling bawah, Maxim muncul dengan langkah terburu-buru. Marieana dengan sengaja menabrak dada bidang pria itu.

"Ah...!" Marieana memekik tertahan, hampir jatuh kalau saja Maxim tidak menahan tubuhnya dengan sigap.

Sepasang mata Marieana membelalak saat menyadari jarak di antara mereka begitu dekat. Ia dapat merasakan cengkeraman Maxim pada pinggangnya. Terasa hangat sekaligus menggigilkan tulang.

Pria itu tengah menatapnya dengan sorot tajam. Alisnya berkerut, membuat wajah tampannya semakin mengintimidasi.

“Ma-maaf, Paman… aku tidak sengaja,” ujar Marieana sembari melepaskan diri dari dekapan Maxim.

Jantungnya berdentam. Telapak tangannya basah karena keringat dingin.

Meski sengaja melakukannya, Marieana tidak menduga efek yang ditimbulkannya begitu dahsyat.

Namun, Maxim tidak menjawab. Ia hanya meliriknya sekilas, sebelum berjalan melewatinya begitu saja.

Sikap angkuh Maxim membuat Marieana terpaku. Ia menatap punggung tegap laki-laki itu dari belakang.

Marieana mengepalkan kedua tangannya erat. Salah satu sudut bibirnya terangkat, sepasang mata birunya berkilat penuh tekad.

Tujuannya berada di sini bukan karena ingin menikah dengan kekasihnya … melainkan pria itu!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 82. Sama-sama Bermuka Dua

    "Sialan! Bagaimana bisa gadis bodoh itu justru melindungi Maxim! Istrimu itu benar-benar bodoh, Dav!" Teriakan keras itu terdengar dari arah ruangan keluarga. Brian sangat marah setelah mendengar kabar kalau Marieana masuk ruang sakit karena luka tusuk akibat melindungi Maxim dari seseorang yang ingin menyerang Maxim. Orang itu adalah orang suruhan Brian. Padahal, Brian dan Arzura sudah bersiap menerima kabar bahagia tentang kematian Maxim, tetapi nyatanya justru Marieana yang melindungi Maxim. "Marieana memang gadis bodoh! Kalau dia tidak melindungi Maxim, pasti Maxim sudah mati dan kita bisa menikmati harta keluarga ini!" seru Arzura. "Semua ini gara-gara Marieana!" Sebagai seorang suami Marieana, David hanya diam dengan wajah sebal. Ia ikut kesal seperti apa yang orang tuanya rasakan. Karena David juga sempat menantikan harta keluarga Valdemar ini, jatuh ke tanganmu dengan kematian Maxim. Tetapi, pria itu sampai sekarang tetap masih hidup berkat Marieana yang menyelamatkann

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 81. Marieana Tertusuk

    Sesampainya di rumah sakit, dokter langsung menangani Marieana di dalam sebuah ruangan khusus. Sementara Maxim menunggu di luar ruang pemeriksaan bersama Logan. Maxim menatap mantel hangat berwarna merah muda milik Marieana yang kotor akan cairan merah segar. Raut wajah Maxim tampak sedih, marah, dan khawatir yang tidak kunjung usai. "Semoga kau baik-baik saja, Marie," ucap Maxim, ia berdiri menyandarkan kepalanya pada dinding. Logan berjalan mendekati Maxim setelah ia menerima panggilan telfon dari orang-orang Maxim. "Tuan, saat ini pelakunya sudah tertangkap dan sudah berada di kantor polisi. Saya akan ke sana untuk terus mengurus tindakan selanjutnya," ujar Logan. Wajahnya mengeras dalam hitungan detik. "Pastikan orang itu mengaku tentang apa tujuannya, dan siapa yang telah membayarnya untuk menghabisiku!" perintah Maxim. Logan mengangguk. "Baik, Tuan," jawabnya. "Saya akan segera menghubungi Tuan nanti." "Pergilah!" seru Maxim. Tanpa menjawabnya lagi, Logan pun be

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 80. Jangan Mati Bila Bukan Aku yang Membunuhmu

    Marieana mendatangi kantor milik Maxim. Dengan langkah terburu-buru ia berjalan menuju ke ruangan CEO. Namun, saat Marieana membuka pintu, Maxim tidak ada di dalam sana. Hanya ada Logan yang kini tampak terkejut dengan kemunculan Marieana. "Nona Marieana?" sapa Logan dengan ekspresi terkejut. Marieana berjalan mendekati Logan dengan ekspresi cemas. "Di mana Paman Maxim?" tanyanya. "Tuan Maxim sedang ada pertemuan dengan kolega dari luar kota, Nona," jawab Logan. "Antarkan aku ke sana sekarang juga!" seru Marieana. "Ayo, Logan!" Logan kebingungan, namun ia tidak bisa menolak perintah Marieana karena gadis itu adalah gadis kesayangan Tuannya. Mau tidak mau, Logan mengantarkan Marieana ke tempat di mana Maxim berada. Sepanjang perjalanan, Marieana tampak sangat cemas. Dia juga tidak mengatakan alasan apapun pada Logan. Gadis itu mengepalkan jemari kedua tangannya menjadi satu, dan berdoa sepanjang jalan. "Apa ada hal buruk yang terjadi, Nona?" tanya Logan melirik Mariean

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 79. Rencana Licik David dan Orang Tuanya

    Udara dingin melingkupi tubuh Marieana. Gadis itu Masih bergelung dengan selimut tebal yang membungkusnya. Suara lonceng angin di depan jendela kamar bergemerincing merdu, mengusik tidur tenang Marieana hingga membuat gadis itu terbangun. Marieana mengulurkan tangannya meraba-raba ruang kosong di sampingnya. "Maxim..." Gadis itu membuka kedua matanya dan ia tidak mendapati Maxim di sana. Rasanya seketika hampa. Marieana perlahan-lahan bangun dan duduk di atas ranjang. Ia menatap tubuhnya yang tidak lagi lagi polos, tengah malam tadi, Maxim membangunkannya dan membantunya kembali memakai baju agar tidak kedinginan. Marieana bergeming menatap pemandangan langit putih di luar, dari jendela paviliun. "Pria itu... musuh yang sangat mencintaiku," ucap Marieana lirih. Marieana menyentuh perutnya yang rata. Masih terbayang-bayang jelas bagaimana Maxim mengusap perutnya dan berkata hanya anaknya lah yang akan tumbuh di dalam rahimnya. Itu semua terdengar lucu, namun juga men

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 78. Hanya Boleh Hamil Anakku

    Marieana tercengang mendengar ucapan Maxim. Bahkan usapan telapak tangan itu masih bergerak lembut di atas perutnya. Maxim kembali mengecup wajah Marieana sebelum pria itu berbaring di sampingnya dan memeluknya dari samping saat Marieana memiringkan tubuhnya. 'Hamil...' Kata-kata itu menggetarkan batin Marieana. Gadis itu tertunduk dan menyentuh punggung tangan Maxim, menghentikan elusan lembut di perutnya. Maxim tidak tahu bila Marieana sengaja meminum obat untuk menunda kehamilan. Ia sengaja melakukannya, karena hamil tidak pernah ada dalam misinya. Tetapi, bila Marieana tidak memikirkannya sejak awal, mungkin saat ini ia memang sudah benar-benar hamil anak Maxim, mengingat selama mereka melakukannya, Maxim seolah-olah sengaja ingin Marieana hamil anaknya. "Tidurlah," bisik Maxim mengecup pelipis Marieana. "Kau jangan ke mana-mana," bisik Marieana. "Tidak, Sayang." Pria itu mengecup punggung putih Marieana dan menarik tubuh kecil itu hingga punggung Marieana menempel

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 77. Percintaan Panas untuk Kesekian Kalinya

    "Aku tidak tahu, tiba-tiba saja David mendesakku untuk segera hamil. Dan dia sangat marah padaku, Paman..." Marieana menyandarkan kepalanya pada dada bidang Maxim dan duduk di pangkuan pria itu dengan kedua kakinya yang melingkari tubuh kekar Maxim. Marieana menggigit ibu jarinya dan meringkuk dalam pelukan Maxim. "Entah bujukan siapa, sampai-sampai dia sampai mendesakku seperti tadi. Padahal dia sendiri yang memintaku untuk tidak hamil dan tidak punya anak. Tapi begitu aku bilang kalau aku keberatan, dia langsung memakiku, dia bilang aku istri yang tidak berguna. Dan ... dia juga mengatakan apa manfaatku di rumah ini." Marieana membenamkan wajahnya pada dada Maxim. "Jadi, selama ini aku dianggap apa di sini? Betapa tidak bergunanya aku di sini, Paman..." Mendengar cerita Marieana, wajah Maxim berubah mengeras. Dekapannya pada Marieana kian mengerat, pria itu menundukkan kepalanya dan mengecup pucuk kepala gadis itu. "Kau tidak bersalah, Marie. Kau berhak memilih keputusan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status