Home / Romansa / Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku / Bab 37. Kau di mana, Marie?

Share

Bab 37. Kau di mana, Marie?

Author: Te Anastasia
last update Last Updated: 2025-10-24 10:01:51

Sementara di kediaman Valdemar. Malam ini Maxim tampak berdiam diri di dalam ruangan kerjanya sejak pulang dari kantornya beberapa jam yang lalu.

Seharian ini, Maxim tidak menyentuh pekerjaannya sama sekali. Ia tidak bisa berhenti memikirkan Marieana, Maxim merasa bersalah atas kepergian Marieana yang entah ke mana.

"Ck! Kau di mana, Marie?" gumam Maxim, suaranya yang frustrasi. Pria itu mengusap wajahnya kasar.

Bayangan semalam mereka berdua menikmati malam yang panjang dan indah masih membekas dalam benak Maxim, bahkan kenikmatan semalam juga masih ia rasakan.

Suara pintu terketuk membuat Maxim mengangkat wajahnya menatap ke arah pintu. Tampak Logan muncul di balik pintu itu, ia berjalan mendekati Maxim yang menatapnya dengan tatapan dingin seperti biasa.

"Kau sudah menemukan alamatnya?" tanya Maxim menatap ajudannya tersebut.

"Sudah, Tuan. Namun, saat saya datang ke alamat kediaman Nona Marieana di kawasan Yards. Di sana, beberapa orang yang saya temui tidak ada yang me
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 38. Kerinduan yang Memuncak

    Sudah tiga hari lamanya Marieana berada di Yards, dan selama beberapa hari itu juga ia tidak membuka ponselnya sama sekali. Tetapi pagi ini Marieana memutuskan untuk mengecek ponselnya. Ia menerima banyak pesan yang dikirim oleh Maxim dan David. Namun, Marieana tidak lagi peduli pada suaminya, yang tetap ia pedulikan adalah Maxim, Paman suaminya. "Rupanya, dia kebingungan mencariku," gumam Marieana. Ia tersenyum tipis menatap nama Maxim di layar ponselnya. Tanpa menunggu lagi, Marieana menghubungi pria itu. Cukup lama ia menunggu, Marieana mengetukkan jemarinya pada jendela kayu di kamarnya sembari menatap pemandangan di luar sana. "Ke mana dia?" lirih gadis itu, mencoba menghubungi untuk kedua kalinya. Hingga tak lama kemudian, panggilannya pun terjawab. Marieana tersenyum tanpa sadar. "Halo." "Halo, Nona Marieana?" Kening Marieana mengerut, ia tahu itu bukanlah suara Maxim. Itu suara Logan yang kini menjawab panggilannya. "Logan, di mana Paman?" tanya Marieana dengan

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 37. Kau di mana, Marie?

    Sementara di kediaman Valdemar. Malam ini Maxim tampak berdiam diri di dalam ruangan kerjanya sejak pulang dari kantornya beberapa jam yang lalu. Seharian ini, Maxim tidak menyentuh pekerjaannya sama sekali. Ia tidak bisa berhenti memikirkan Marieana, Maxim merasa bersalah atas kepergian Marieana yang entah ke mana. "Ck! Kau di mana, Marie?" gumam Maxim, suaranya yang frustrasi. Pria itu mengusap wajahnya kasar. Bayangan semalam mereka berdua menikmati malam yang panjang dan indah masih membekas dalam benak Maxim, bahkan kenikmatan semalam juga masih ia rasakan. Suara pintu terketuk membuat Maxim mengangkat wajahnya menatap ke arah pintu. Tampak Logan muncul di balik pintu itu, ia berjalan mendekati Maxim yang menatapnya dengan tatapan dingin seperti biasa. "Kau sudah menemukan alamatnya?" tanya Maxim menatap ajudannya tersebut. "Sudah, Tuan. Namun, saat saya datang ke alamat kediaman Nona Marieana di kawasan Yards. Di sana, beberapa orang yang saya temui tidak ada yang me

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 36. Nenek, Maafkan Aku

    Setelah membujuk sang Nenek untuk beristirahat, Marieana berjalan masuk ke dalam kamarnya. Kamar yang dulu bertahun-tahun ia tempati. Aroma ruangan itu masih sama, wangi lavender yang menyengat, dan barang-barangnya masih tertata rapi di tempat-tempat semula sebelum ia pergi. "Kamarku," lirih gadis itu tersenyum berjalan mendekati ranjang yang masih tertata rapi. Marieana membuka jendela kamarnya, pemandangan hutan-hutan kecil dan suara kicauan burung srigunting bersahutan di sekitar sana mengobati rasa rindunya. Suara aliran sungai kecil dan danau kecil yang berada tak jauh dari rumahnya juga terlihat jelas. Taman bunga yang bertahun-tahun menjadi sumber penghasilan Neneknya, juga masih dirawat dengan baik oleh Bibi Erica. Lengkungan senyuman terukir di bibir Marieana. Gadis itu menoleh ke arah meja belajar di sebelahnya. Di sana, ia melihat figura foto berisikan fotonya saat masih kecil bersama kedua orang tuanya. Menatap foto itu hanya akan membawa Marieana mengingat keluka

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 35. Rumah Terhangat Untuk Pulang

    Sedangkan di tempat lain, Marieana baru saja tiba di kediaman Neneknya di kota Yards yang terpencil, saat hari sudah menjelang sore. Gadis itu mengetuk pintu kayu di hadapannya dengan cepat. "Bibi Erika, aku pulang! Ini aku!" pekik Marieana dengan suara gemetar. Pintu kayu dari rumah kuno berlantai dua itu pun terbuka perlahan. Tampak seorang wanita setengah baya bertubuh tinggi kurus, menatapnya dengan kedua mata berkaca-kaca penuh kerinduan. Erika—pembantu sekaligus pengasuh Marieana sejak kecil itu, berdiri menutup mulutnya tak percaya melihat Marieana berada di hadapannya. "Nona..!" Wanita itu langsung mengulurkan kedua tangannya, hingga Marieana berhambur ke dalam pelukan hangat Erika. Marieana tidak bisa menahan air matanya saat memeluk wanita setengah baya itu, rasanya ia benar-benar pulang ke dalam sebuah pelukan yang ia impikan. Erika mengusap punggungnya dengan lembut sebelum wanita itu melepaskan pelukannya perlahan. Ia menangkup kedua pipi gadis itu dan mempertah

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 34. Kepanikan Maxim

    Maxim terbangun dari tidurnya saat merasakan hangat cahaya matahari menyinari wajahnya dari celah jendela kamar. Kedua matanya terbuka, tangannya meraba ranjang dan menyadari Marieana tidak ada di sampingnya. Pria itu langsung terbangun dan bingung. "Marie, ke mana dia?" gumam Maxim. Ia segera beranjak dari atas ranjang dan bergegas membersihkan tubuhnya di kamar mandi. Maxim berpikir, mungkin Marieana ada di lantai satu bersama pelayan, atau gadisnya itu pergi melihat pemandangan di sekitar vila. Beberapa menit setelah membersihkan tubuhnya, Maxim keluar dari dalam kamarnya dengan pakaiannya yang rapi. Pria itu berjalan menuruni anak tangga dan melihat pelayan di sana sendirian menata sarapan. Wanita setengah baya itu menundukkan kepalanya. "Selamat pagi, Tuan," sapanya. "Di mana Nyonya?" tanya Maxim pada wanita itu. Ia menanyakan Marieana. "Apa dia pergi melihat pemandangan di luar?" Wajah pelayan itu tampak bingung dan pucat pasi. "Sekitar satu jam yang lalu, Nyonya per

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 33. Malam yang Bergejolak Gairah

    "Ahh—Paman—" Marieana tanpa sadar menancapkan ujung kuku jemari kedua tangannya di punggung kekar Maxim, memeluknya erat saat tubuh mereka menyatu. Pelukan erat itu membuat tubuh mereka semakin melekat, berbagi peluh dan gairah yang membuat keduanya seolah melayang hingga ke nirwana. Pikiran Marieana seolah kosong saat pria itu terus menyentuhnya dengan cara yang berbeda. Dengan cara yang tak pernah sekalipun ia dapatkan dari pria lain, termasuk suaminya sendiri. Napas hangat mereka saling beradu bersama gerakan seirama yang membuat Marieana semakin melambung dan hampir kehilangan kewarasan. Marieana menyembunyikan wajahnya dalam ceruk leher Maxim, pria itu mendekapnya erat dan tubuh Marieana terus merespon tiap sentuhan Maxim yang memabukkan. "Kau milikku, Marie," bisik Maxim, nada rendahnya terdengar begitu posesif dan lembut. Marieana mengangguk cepat tanpa menarik wajahnya dari ceruk leher Maxim. "La-lakukanlah," jawab gadis itu terbata-bata. Suara rintihan gadis itu memb

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status