Share

Bab 4

Author: Clarin
Sambil berbicara, dia malah membuka ikat pinggangnya.

Aku memandang pemandangan di depan mata dengan ketakutan, pikiranku kosong. Dia masih anak-anak, dia sama sekali tak mengerti apa yang dia lakukan!

“Jang… jangan….” Aku mencoba sekuat tenaga untuk menghentikannya, tapi hanya mampu mengeluarkan erangan lemah.

Dia tampaknya terkejut dengan reaksiku, gerakannya pun terhenti. Dia mengangkat kepala, menatapku dengan bingung, “Kakak, kenapa kamu menangis? Kamu nggak suka aku?”

“Bukan begitu….” Aku menggelengkan kepala, air mata mengaburkan pandanganku.

“Kakak menyukaimu, tapi….”

“Tapi apa?” tanyanya dengan wajah polos, sambil memiringkan kepala.

“Tapi… kamu masih kecil, nggak boleh melakukan hal seperti ini….” ujarku menjelaskan dengan susah payah, tapi entah bagaimana caranya menjelaskan hal semacam ini pada seseorang yang cacat mental.

Dia tampaknya mengerti perkataanku, pandangannya pun perlahan meredup, “Kecil? Aku sudah nggak kecil lagi….”

Ujarnya, lalu menarik tanganku dan menekan di selangkangannya, “Lihat kak, aku sudah besar….”

Saat menyentuh benda miliknya yang panas, seluruh tubuhku membeku. Rasanya seperti menggenggam besi yang membara, yang membuat seluruh tubuhku memanas.

Aku panik dan ingin menarik kembali tanganku, tapi dia menggenggamnya lebih erat. Tatapannya tampak penuh harap.

“Kakak, lihat, aku sudah besar….” Melihat aku meronta, sekilas rasa terluka melintas di matanya, nadanya juga terdengar sedikit sedih, seperti anak anjing yang dibuang majikannya.

Aku menatap pria di depanku, karena sebuah kecelakaan, pikirannya tertinggal selamanya di masa kanak-kanak.

Wajah tampannya dipenuhi kepolosan, sama sekali tidak tahu apa yang sedang dia lakukan dan apa arti dari tindakannya.

Perasaanku campur aduk, ada rasa simpati, kasihan dan juga gejolak yang tidak bisa dijelaskan.

Melihat aku tak kunjung bicara, ekspresi wajahnya berangsur-angsur menjadi kecewa dan genggaman di tanganku perlahan mengendur.

Aku menarik tangan secepat kilat, dengan panik ingin mencari kata-kata untuk menghiburnya, tapi kata-kata itu tertahan di tenggorokan. Aku tidak tahu harus berkata apa.

Kesunyian di dalam kamar terasa mencekam, hanya ada suara napas kami berdua yang berat dan saling berbaur di udara.

Aku merasa pipiku panas membara, detak jantungku semakin cepat, seolah ingin melompat keluar dari dada.

“Kakak, kamu nggak menyukaiku lagi?” tanyanya tiba-tiba, suaranya terdengar dipenuhi rasa sedih dan cemas.

Aku menatapnya, mata jernih itu penuh dengan ekspresi terluka. Hatiku terasa seperti tertusuk jarum dan perih.

“Bukan begitu….” Aku menggelengkan kepala, memaksakan diri untuk tenang, “Kakak menyukaimu, tapi….”

“Tapi apa?” tanyanya mendesak, nadanya sedikit cemas.

Aku menggigit bibir, tidak tahu bagaimana menjelaskan padanya. Haruskah aku mengatakan padanya kalau tindakannya salah? Dan akan membuatku sulit?”

Namun, dia masih anak-anak. Dia tak mengerti hal-hal seperti ini!

“Kakak, kamu jijik padaku?” tanyanya lagi, nadanya penuh kecemasan dan rendah diri.

Hatiku tersentak, melihat tatapan terlukanya, aku tidak bisa lagi mengucapkan kata penolakan.

“Nggak, mana mungkin kakak jijik padamu?” Aku mengulurkan tangan dan dengan lembut membelai pipinya. Lalu berkata dengan lembut, “Kakak hanya….”

Belum selesai aku bicara, dia langsung menciumku.

Ciumannya terasa canggung, tapi penuh hasrat, masih menyisakan aroma polos kekanak-kanakan. Tapi, juga membawa sedikit dominasi yang tak tertahankan.

Aku terkejut dengan tindakan mendadaknya, secara reflek ingin mendorongnya, tapi tenaganya luar biasa kuat, aku sama sekali tak bisa menggesernya sedikit pun.

Ciumannya semakin panas, semakin liar dan nalarku perlahan runtuh di bawah serangannya.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Si Bodoh Yang Mirip Cinta Pertamaku   Bab 10

    Dokter menatapku dan nadanya terdengar sedikit rumit, “Pasien pernah mengalami benturan di kepala sebelumnya dan sekarang terbentur lagi. Untungnya, operasi kali ini sangat berhasil dan bekuan darah sudah dibersihkan.”Mendengar dia baik-baik saja, aku pun menghela napas lega. Rasa bersalahku pun tidak seberat itu lagi.Beberapa hari berikutnya, aku dan ibu Leon terus menemani di sisi Leon.Hingga suatu pagi, aku baru saja sampai di pintu setelah mengambil air dan mendengar suara lemah Leon dari dalam kamar, “Ibu, aku di mana? Kok kepalaku rasanya sakit sekali?”Hatiku tersentak. Aku segera bergegas masuk ke kamar dan melihat Leon sudah sadar, dia sedang melihat sekeliling dengan bingung. Dahinya dililit perban yang tebal, wajahnya juga sangat pucat, tapi pandangannya tidak lagi kosong seperti dulu, digantikan dengan kejernihan dan ketajaman yang asing.“Leon, bagaimana perasaanmu? Masih sakit?” tanya ibu Leon sambil memegang tangannya dengan penuh kasih sayang, tatapan matanya tampak

  • Si Bodoh Yang Mirip Cinta Pertamaku   Bab 9

    Aku merasa seolah disiram seember air es, seluruh tubuhku merinding. Hubungan suami istri? Anak? Ternyata wanita ini sudah merencanakan semuanya sejak awal!“Tante tahu kamu anak baik dan tante juga tahu kondisi keluargamu kurang mampu.” Dia mengeluarkan sebuah amplop tebal dan kartu bank dari tasnya, lalu meletakkannya dengan lembut di tanganku.“Ini sedikit niat baik dari tante, kata sandinya tanggal lahir Leon. Kamu ambil saja, anggap saja hadiah perkenalan dari tante.”Aku mendongak kaget, melihat uang kertas merah yang menyala di dalam amplop, aku sampai mual sangking menyilaukannya uang itu. Bisa-bisanya dia menghinaku dengan uang?“Tante, kamu menyelidikiku?” Aku menepis tumpukan benda kotor itu, akhirnya amarah menembus semua rasa takutku.Ibu Leon tampaknya tidak menyangka aku akan melawan, dia terdiam sejenak, tapi dengan cepat kembali dengan tampang sok baiknya yang menjijikkan itu.“Dhita, tante melakukan ini juga demi kebaikanmu.” Dia berkata dengan nada serius, “Coba piki

  • Si Bodoh Yang Mirip Cinta Pertamaku   Bab 8

    “Leon sayang, lain kali harus tusuk yang banyak dan pipis yang banyak, paham?” Suara ibu Leon terdengar lembut dan menakutkan, seperti ular berbisa yang menjulurkan lidah.“Iya!” Leon mengangguk kuat dan wajahnya tampak tidak sabar.Pandanganku berkunang-kunang, hampir tak bisa berdiri tegak. Ternyata mereka sudah merencanakan ini semua sejak awal!Aku menggertakkan gigi dan mengepalkan tanganku, kukuku menusuk ke dalam daging. Hanya dengan seperti itu, aku bisa menahan dorongan untuk menyerbu masuk dan berhadapan dengan mereka.Tiba-tiba, percakapan di dalam kamar terhenti. Aku buru-buru menyeka air mata dan memasang telinga untuk mendengarkan.“Ibu, lihat ini apa?” Suara Leon terdengar sedikit bingung.“Apa itu?” tanya ibu Leon.“Waktu itu kakak menangis di kamar mandi dan aku lihat ini di wastafel. Ibu, kenapa kakak menangis?”Hatiku tersentak. Aku langsung teringat alat tes kehamilan yang kugunakan di kamar mandi malam itu, sepertinya aku lupa membuangnya.“Ini… apa?” Suara ibu Leo

  • Si Bodoh Yang Mirip Cinta Pertamaku   Bab 7

    Sambil berbicara, ibu Leon mengeluarkan setumpuk uang dari dompetnya dan menyelipkannya ke tanganku, “Ini untuk bulan depan, kamu ambil saja. Kalau kurang bilang padaku lagi.”Aku mengambil setumpuk uang yang berat itu, tapi malah terasa seperti besi panas yang membakar telapak tanganku. Aku membuka mulut, ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak ada kata yang keluar.“Oh ya, Dhita.” Seolah tiba-tiba teringat sesuatu, ibu Leon mendekatiku dan merendahkan suaranya, “Kubilang padamu, meski bodoh, terkadang Leon cukup licik juga, kamu harus lebih hati-hati. Misalnya seperti baju yang kubelikan padanya beberapa hari lalu….”Aku terkejut, tidak mengerti maksudnya, “Baju? Baju apa?”“Baju warna hitam itu, kamu pasti sudah lihat, ‘kan?” Ibu Leon mengedipkan matanya, nadanya menyiratkan makna yang sulit dijelaskan, “Kamu sudah pakai? Dia… ada melakukan sesuatu padamu?”Hatiku tersentak dan langsung teringat gaun tidur renda hitam hari itu, yang Leon bilang pemberian dari ibunya untukku….Saat itu

  • Si Bodoh Yang Mirip Cinta Pertamaku   Bab 6

    Aku hamil….Bisa-bisanya aku mengandung anak dari seorang idiot!Kesadaran itu meledak di kepalaku seperti bom, membuatku pusing, panik dan kehilangan arah.Aku terjatuh duduk di lantai, memandangi alat tes kehamilan di tanganku dan air mata terus mengalir tanpa bisa kutahan. Apa yang harus kulakukan sekarang?Bagaimana aku menjelaskan ini pada keluargaku? Bagaimana aku menghadapi anak ini?Aku menutup wajah, menangis putus asa. Tiba-tiba, terdengar ketukan di pintu kamar mandi, disusul dengan suara Leon dari luar yang sedikit khawatir dan cemas, “Kakak, kamu kenapa? Buka pintunya….”Jantungku langsung berdebar kencang. Aku buru-buru menghapus air mata, menarik napas dalam-dalam dan berusaha menenangkan diri.“Aku nggak apa-apa,” kataku dengan suara yang kubuat setenang mungkin. “Hanya agak nggak enak badan. Aku butuh waktu sendirian dulu.”“Kakak, kamu sakit?” Nadanya terdengar penuh kekhawatiran, “Aku mau masuk melihatmu….”“Nggak perlu!” Aku hampir berteriak, “Aku benar-benar nggak

  • Si Bodoh Yang Mirip Cinta Pertamaku   Bab 5

    Usai kejadian itu, aku duduk di tepi ranjang sambil membungkus diri dengan selimut, menatap wajahnya yang sedang tertidur lelap. Perasaanku terasa campur aduk, tidak bisa diungkapkan rasanya.Apa yang sudah kulakukan? Bisa-bisanya aku berhubungan dengan seorang idiot….Tidak! Dia bukan idiot! Dia hanya cacat mental karena kecelakaan, pikirannya terhenti di masa kanak-kanak. Meskipun begitu, aku tak seharusnya….Namun, melihat wajah tidurnya yang polos tak berdosa, hatiku kembali melunak. Dia hanya seorang anak-anak, dia tak mengerti apa-apa, dia hanya mendambakan kasih sayang dan perhatian.Dan aku telah memberinya ilusi itu.Begitulah, aku terjerumus ke dalam emosi yang bertentangan ini dan tidak bisa melepaskan diri.Sebulan berikutnya, kami hidup seperti pasangan kekasih sesungguhnya, makan, berjalan-jalan dan menonton bioskop bersama.Dia pun bertingkah seperti anak kecil, merengek memintaku membelikannya permen, merengek menemaninya bermain game dan merengek memintaku mendongeng.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status