Share

Tegar Tapi Rapuh

Author: XianLie
last update Last Updated: 2023-01-19 19:29:46

“Siapa kerabat pasien?”

Tidak perlu ditanya dua kali dan tanpa mengindahkan rasa sakit yang mencuat di sekujur tubuhnya Falisha langsung beranjak dari posisinya detik itu juga.

Apa yang dilakukan oleh Falisha kontan ditiru oleh Lina dan juga Matteo, keduanya tanpa kata bergerak mendekat mengikuti wanita bertubuh tambun itu dari belakang.

“Bagaimana keadaan anak Saya, Dok?” tanya Falisha to the points pada seorang pria paruh baya bersneli putih, kecemasan tampak nyata karena tidak lagi mampu tertutupi.

Sang Dokter menerbitkan senyum tipis untuk Falisha, “Operasinya berjalan dengan baik dan lancar, tidak ada masalah lagi pada patahan tulang anak Ibu,” ucapnya penuh keyakinan, “anak Ibu sekarang masih belum sadar karena pengaruh bius, tapi Saya jamin hal ini hanya akan berlangsung selama beberapa jam saja. Untuk sementara waktu, rawat inap diperlukan sekitar tiga hingga lima hari ke depan untuk memantau kondisi pasca operasi,” lanjutnya kemudian lalu memberikan sedikit penjelasan lebih detail dengan menggunakan bahasa medis yang paling sederhana agar bisa dimengerti.

Falisha mendengarkan kalimat demi kalimat yang dokter itu ucapkan dengan seksama, tak satupun yang ia lewatkan. Falisha berusaha sekuat untuk berusaha tetap tegar menghadapi cobaan hidup meski sebenarnya ia rapuh di dalam.

Rasa lega menyebar di hati ketiga orang yang mendengarkan penjelasan sang Dokter dengan seksama itu terutama Falisha. Walau tidak mengurangi kadar kekhawatirannya tapi yang pasti ia tahu bahwa Ameera sudah berada di tangan yang tepat.

“Terima kasih banyak atas bantuannya, Dok!” ujar Falisha tulus, dua orang kawan yang turut menemani dan mendengarkan semua menganggukan kepala mereka hampir secara bersamaan.

“Sama-sama, Bu. Hal ini sudah menjadi kewajiban Saya,” balas si Dokter dengan ramah, “pasien akan dipindahkan ke ruang rawat inap sebentar lagi, jika terjadi sesuatu … Ibu boleh menghubungi Saya atau dokter jaga yang bertugas. Jika tidak ada lagi yang ingin ditanyakan, Saya pamit dulu karena masih ada pekerjaan lain yang menunggu,” sambungnya berpamitan tanpa melunturkan senyum dan kemudian berlalu setelah mendapatkan respon.

Sepeninggal dokter, Matteo maju selangkah mendekati Falisha. Ada yang ingin pria itu sampaikan tapi belum sempat ada kata yang terlontar, perhatian Falisha sudah lebih dulu teralihkan dengan keluarnya brankar berisikan Ameera.

“Ameera … Nak …,” seru Falisha parau, kakinya langsung melangkah mengekori dua orang perawat yang tengah memindahkan brankar Ameera.

Lina sebagai kawan Falisha terang tidak melepaskan kesempatan untuk terus memberikan dukungannya, segera ia mengambil tempat di sisi brankar yang berbeda. Kedua wanita itu pun melangkah bersama perawat, meninggalkan Matteo begitu saja.

Matteo menghela napas kasar tapi tidak membuatnya mengurungkan niat untuk bicara pada Falisha.

“Sha … Sasha!” panggil Matteo sambil nyusul teman sejak kecilnya itu dan yang namanya disebutkan barusan langsung menoleh tanpa menghentikan langkah.

Falisha membagi fokusnya untuk Matteo, tapi tetap dengan tidak beranjak dari sisi brankar.

“Aku pergi dulu, ada kerjaan yang nggak bisa ditinggal. Nanti Aku balik!” kata Matteo cepat, mengutarakan salah satu hal yang ada di kepalanya.

“Ok!” sahut Falisha singkat dengan suara yang dikeraskan sebab jarak mereka sudah semakin lebar, tak lupa senyum tipis sekilas ia berikan sambil terus melangkah maju.

Walaupun pihak Matteo yang menyebabkan kecelakaan ini terjadi, sungguh Falisha tidak menyalahkan pria itu karena dia sendiri ikut andil di dalamnya.

Mengantongi izin Falisha, Matteo pun memutar tubuh dan melangkah ke arah yang berlawanan dari rombongan Falisha. Memang, ada yang harus diurus oleh pria dengan tinggi seratus delapan puluh sentimeter itu segera.

Falisha sendiri tidak lagi memedulikan Matteo, fokus wanita ini kembali pada Ameera yang pucat dan belum sadarkan diri dengan tangan di gips akibat fraktur tulang yang dialaminya.

Bersama Lina, Falisha terus mendampingi putri semata wayangnya yang masih dalam pengaruh bius itu. Brankar didorong melewati lorong demi lorong rumah sakit dan akhirnya tiba di sebuah ruangan.

Ruang rawat inap Ameera tempatnya bersebelahan persis dengan ruang rawat inap Falisha di area Bangsal Anggrek, yang mana juga merupakan area VVIP Rumah Sakit Glory itu.

Falisha sama sekali tidak mengeluarkan sepatah katapun protes mengenai fasilitas yang ia terima, dia tidak ambil pusing akan tindakan sepihak Matteo karena ingin fokus pada perawatan Ameera terlebih dahulu.

“Jika pasien sudah sadar, silakan tekan tombol merah ini biar petugas medis datang mengecek keadaan,” terang salah seorang perawat dengan menunjuk sebuah tombol di samping brankar Ameera.

“Baik, Sus … Saya paham!” sahut Falisha diikuti dengan anggukan kepala.

“Kalau begitu kami permisi dulu, Bu!”

“Iya, Sus. Makasih ya!”

Dua perawat itu pun beranjak meninggalkan ruangan, sosok keduanya baru saja menghilang dibalik pintu dan perhatian Falisha kembali di tarik dari Ameera sebab kedatangan wanita lain yang datang ke ruang rawat inap tersebut.

“Lisha!”

####

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Si Gendut Penakluk Bos    Akad Nikah

    “Bagaimana para saksi? Sah?”Pertanyaan sederhana tapi sarat makna ini terdengar sedikit keras dari seorang pria berkacamata di ruangan yang terisikan kurang lebih sekitar dua puluhan orang tersebut.Gema kata sah yang mengiyakan balik pertanyaan itu pun segera menggaung memenuhi ruangan berdekorasi putih, semua orang yang ada di sana sepakat seiya sekata dengan si Pria berkacamata yang berprofesi sebagai seorang penghulu ini dan puji-pujian terhadap Tuhan yang Maha Esa pun terlantun kemudian.Benar, apa yang tengah berlangsung adalah pernikahan antara Falisha dan Matteo. Disaksikan langsung oleh keluarga inti masing-masing dan kerabat dekat saja, akad nikah keduanya berlangsung lancar tanpa kendala apapun.Oleh Falisha, ada selaput bening yang menyelimuti netranya. Yang mana, setengah mati Falisha tahan agar tidak jatuh bersama gelombang gejolak rasa. Falisha sama sekali tidak pernah menyangka jika ia akan menikah sampai dua kali bahkan suaminya seorang Matteo Saguna Taslim, teman ma

  • Si Gendut Penakluk Bos    Matteo dan Teddy (2)

    Sungguh, sekian tahun malang melintang di dunia bisnis, Matteo hampir tidak pernah kehilangan ketenangannya seperti sekarang ini.Bukannya sombong, akan tetapi di bawah tempaan langsung sang Kakek yang merupakan raja bisnis, Matteo memang sepiawai itu. Matteo sedari kecil selalu bisa mengendalikan diri, terutama emosi dan raut wajah hingga tidak bisa terbaca lawan bicaranya.Namun, sekarang semua jerih payahnya menmbentangkan pengendalian terasa sia-sia sebab segalanya dengan mudah digoyahkan oleh Teddy.Memang, keterkejutan yang dialami Matteo hanya sepersekian detik sebelum kemudian pria itu mampu mengontrol kembali emosinya tapi tetap saja dia merasa kecolongan.Kembali, Matteo menelan lagi salivanya demi mengusir gersang yang melanda tenggorokannya walau tak seberapa berguna dan dengan satu tarikan napas panjang tidak kentara diiringi dengan turunnya tangan Teddy yang menunjuknya ia pun berkata.“Apapun yang Saya rencanakan dengan Sasha, kesepakatan apapun yang terjadi antara kami

  • Si Gendut Penakluk Bos    Matteo dan Teddy

    “Jadi … apa yang ingin Kamu bicarakan? Sampai-sampai mengganggu waktu istirahat Saya seperti ini!”Kalimat langsung yang begitu to the point dan tanpa basa-basi sedikitpun dari Teddy itu membuat Matteo merasa punggungnya kian berkeringat meski berada di ruangan berpendingin ini. Setelah kedatangannya diterima keduanya bertemu dan duduk bersama berhadapan, tapi di lima menit pertama mereka hanya duduk diam saling memandang satu dengan yang lainnya.Keterdiaman yang ada nyata sangat bisa menyebabkan suasana menjadi tegang hingga Matteo tidak berani buka suara terlebih dahulu untuk memulai percakapan.Tersentak Matteo tidak kentara ditegur demikian oleh Teddy, dia sangat jelas jika ayah dari Falisha itu pasti memiliki penilaian tertentu mengenai kehadirannya.“Begini Om …,” ujar Matteo menjawab pelan setelah sebelumnya terlebih dahulu menelan Saliva guna menentramkan ketegangan diri. Sungguh, Matteo rasanya membutuhkan sedikit ruang untuk meredam rasa dan terbersit setitik penyesalan men

  • Si Gendut Penakluk Bos    Jalur Keinginan Matteo

    Si Gendut Penakluk Bos - Bab 116 Jalur Keinginan Matteo“Kamu tahu, Mat … sudah Aku putuskan, percepat saja pernikahan kita. Biar semuanya jadi lebih terkendali aja. Aku nggak apa kok, nggak perlu resepsi atau akad atau apapun yang mewah-mewah, tinggal tanda tangan tanpa apapun juga Aku bersedia. Beneran, Aku bersedia dan Papa juga telah merestui ini!”Tidak bisa Matteo tidak tertegun dengan apa yang baru saja ia dengar, terutama kalimat terakhir yang terlontar dari bibir wanita yang ia pilih sebagai istri itu nantinya.Memang, pernikahan yang ingin dilakukan itu hanyalah pernikahan sebatas di atas kertas pun berjangka waktu tertentu meski belum ada pembicaraan mendetail dengan Falisha mengenai hal ini. Akan tetapi, bukan berarti Matteo ingin melangsungkannya dengan cara yang salah sebab dasar untuk menikah itu sendiri saja sudah tidak benar.Matteo ingin melalui jalur yang baik meski melewatkan momen lamaran dan sekelumit cinta yang seharusnya ada. Walau, ada banyak faktor yang harus

  • Si Gendut Penakluk Bos    Percepatan

    Si Gendut Penakluk Bos - Bab 115 Percepatan“Kamu nangis? Matamu bengkak gini! Katakan, siapa yang bikin Kamu nangis?”Sungguh, beberapa tahun terakhir ini Falisha jarang sekali menerima perhatian dari orang yang ada disekelilingnya termasuk dari suaminya sekalipun. Koreksi, mantan suami si Bramantyo Satya. Selalunya, Falisha yang menjadi pemberi bukan penerima. Kasus ini tentu dikecualikan untuk putri semata wayangnya Ameera.Kalau pun mendapatkan perhatian kecil, selalu ada embel-embel entah apapun itu juga penghinaan yang mengikuti di belakang. Contoh kecil, saat itu Falisha dalam keadaan sakit. Falisha dikira sengaja berpura-pura sakit karena malas atau manja serta tidak ingin membereskan pekerjaan rumah, tuduhan ini selalu disematkan kepada setiap kali wanita itu menderita flu atau demam. Ujung-ujungnya Falisha tidak dibawa ke dokter dan cuma diberikan obat murah yang beredar di pasaran.Oleh karena itu, apa yang baru saja dilakukan Matteo pada Falisha tak pelak membuat hati wani

  • Si Gendut Penakluk Bos    Restu Orang Tua (2)

    Si Gendut Penakluk Bos - Bab 114 Restu Orang Tua (2)Teddy membalas pelukan Falisha erat, hatinya jelas menghangat atas perlakuan buah hatinya saat ini. Sungguh, Teddy merindukan saat-saat seperti sekarang, saat Falisha bermanja pada dirinya.“Sudah jadi seorang Ibu dan akan menjadi seorang istri lagi … Sasha harus lebih dewasa dan lebih bertanggung jawab lagi ya.”Kalimat yang baru saja digaungkan Teddy disertai dengan usapan lembut di bagian punggung sukses membuat mata Falisha kian memanas.Falisha tidak mampu menjawab Teddy, sebagai gantinya ia menganggukkan kepala dan bening pun tumpah tanpa bisa dicegah.“Papa nggak tahu ada apa sebenarnya antara Kamu dan Matteo, Nak … tapi, Papa sangat berharap jika pernikahan ini akan menjadi pernikahan terakhir untukmu …,” ujar Teddy lagi tanpa menjeda usapannya dan kembali pria paruh baya itu menghela napas berat.Kalimat yang terlontar dari mulut Teddy

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status