Gideon masih kesulitan mengerti tentang apa yang sedang direncanakan oleh sang tuan muda.Dia pun mencoba untuk bertanya lebih lanjut, "Tuan Muda, mengapa Anda memilih simbol perunggu? Ini akan sangat merugikan Anda, Tuan Muda."Jack tahu sang orang kepercayaan kakeknya itu terlihat begitu sangat penasaran sehingga dia dengan senang hati menjelaskan, "Karena akan sangat aneh jika aku muncul dengan undangan simbol perak, terlebih lagi emas. Orang-orang akan langsung curiga, Gideon."Gideon terdiam."Dengan simbol perunggu justru akan memberikan keuntungan bagiku. Bukankah aku tinggal memberikan undangan itu lalu masuk ke dalam?""Benar, Tuan Muda. Namun, hal ini tidak sesuai dengan Anda yang merupakan pewaris tunggal Morland Group," jelas Gideon.Jack mengangguk setuju, "Kau benar, Gideon. Tapi, sekali lagi kau harus ingat bahwa aku ke sana bukan untuk mewakili Morland Group, tapi menjadi diriku yang miskin."Ah, Gideon tidak suka akan hal ini. Dia khawatir bila orang-orang di pesta it
Gideon menoleh segera ke arah sang tuan muda. Laki-laki itu tentu saja tidak ingin terjadi kesalahpahaman di sana. Dia pun segera menjelaskan, "Tuan Muda, jika Anda menggunakan identitas baru, maka hal itu bisa akan sangat menyulitkan Anda."Gideon melepaskan sabuk pengamannya dan melanjutkan kembali, "Saya rasa cara terbaik adalah dengan menyembunyikan identitas Anda dan tidak menggunakan identitas palsu."Jack mengerutkan kening, masih terlihat menantikan lanjutan penjelasan Gideon.Seakan Gideon bisa memahaminya, pria itu pun segera menambahkan, "Ini demi menghindari konflik juga di masa depan, Tuan Muda."Jack Morland pun berpikir sejenak. Namun, pada akhirnya pria muda itu pun menganggukkan kepala, "Iya, kau benar. Identitas palsu hanya akan menimbulkan masalah lain dan nanti aku juga malah bisa dituduh sebagai pemalsuan.""Ini tak akan bagus untuk reputasi kakek," tambah Jack.Gideon sungguh lega Jack tidak berpikir buruk tentang idenya. Sebab, yang dia lakukan hanyalah untuk
Tentu saja Jack tidak mungkin bisa berbohong pada rekan kerja yang baru ditemuinya itu, sehingga dia pun menjawab, "Aku belum lulus. Aku masih seorang mahasiswa."Jawaban Jack membuat Jose melebarkan mata, mulutnya pun juga terbuka, "Apa? Kau sedang bercanda kan?"Jack tahu pertanyaan itu bukan sebuah pertanyaan yang membutuhkan jawaban sehingga dia hanya membalasnya dengan tersenyum samar. Dan benar saja karena setelah itu, Jose bertanya kepadanya, "Lalu, bagaimana caranya kau bisa masuk ke perusahaan ini? Bagaimana dengan statusmu? Kau tidak mungkin menjadi pegawai tetap kan?"Jack pun membenarkan dengan sebuah anggukkan. Tapi tentu saja itu belum cukup, sehingga dia menambahkan, "Aku hanya seorang karyawan magang. Tidak lama. Hanya beberapa bulan."Jose masih sulit mempercayainya. "Aku masih tidak menyangka. Divisi umum biasanya tidak menerima pegawai dengan status mahasiswa. Biasanya divisi yang lain yang masih menerimanya. Luar biasa!"Pria itu pun kini menatap Jack dengan lebih
Jack jelas mendengar nada sinis Richard sehingga pemuda itu pun segera membalas, "Tidak, Pak. Saya akan mengerjakannya."Richard menganggukkan kepala meskipun Jack juga bisa melihat bagaimana tatapan tidak percaya di matanya."Laporkan padaku sebelum kau pulang. Paham?" ucap Richard.Jack hampir tak mempercayai apa yang baru saja dia dengar. "Hari ini, Pak?""Ya. Kenapa? Mau mundur sekarang?" Richard berkata dengan sambil menatap lurus-lurus ke arah Jack.Jack menghela napas, "Tidak. Tentu saja tidak.""Baiklah, silakan kerjakan dan laporkan padaku sebelum jam kerja berakhir!" perintah Richard.Jack menjawab cepat dan segera mengambil setumpuk file-file besar itu lalu keluar dari ruangan Richard Foster.Saat Jack keluar dari sana, dia merasa semua orang langsung menatapnya."Oh, Pak Richard pasti tidak menyukainya," celetuk salah seorang pekerja."Hm, itu sudah sangat jelas," sahut pekerja lainnya.Jack mendesah pelan lalu berjalan sambil melihat-lihat bangku yang kosong. Karena takut
"Uh, kau hanya membuang-buang waktu saja." Seorang gadis pertama yang tadi ditanya oleh Jack berkata sembari mengambil segelas air minum di depan mesin.Edward menyahut, "Aku melihat dia sedikit agak berbeda dari para karyawan magang yang pernah bekerja di sini.""Oh, ayolah. Seberapa banyak ada karyawan magang di divisi kita? Aku bahkan sudah lupa dikarenakan terlalu jarang divisi kita menerima karyawan magang." Gadis bernama Eve itu membalas perkataan Edward setelah meminum air mineralnya.Edward menggaruk kepalanya. "Ah, kau benar. Hanya saja aku tetap merasa dia berbeda. Entahlah."Eve mendecakkan lidah, "Oh, mungkin karena dia terlihat masih sangat muda jadi kau merasa dia sedikit agak berbeda."Tiba-tiba Edward melebarkan matanya, "Uh, mungkin itu salah satunya. Dia masih sangat muda. Biar aku tebak, dia pasti baru lulus kuliah."Eve mengangguk setuju, "Itu mungkin saja. Dan bisa jadi karena hal itulah Pak Richard tidak menginginkannya berada di divisi kita sehingga memberinya f
Jack pun akhirnya memaksa diri untuk memakan makanannya. Ketika dia sudah menyelesaikannya, Jose Collins pun berkata, "Jack, apa kau sebelumnya tak pernah mencari tahu dulu seperti apa tempatmu bekerja?"Oh, tentu Jack mencari sudah mencari tahu. Bahkan, pendiri perusahaan itu sendiri yang memberitahunya. Bahkan, dia juga mengakses tentang hal apapun mengenai Morland Group.Hanya saja pengetahuan semacam itu hanya berdasarkan data dan laporan. Hal itu tentu saja berbeda dari kondisi di lapangan. Kakeknya bisa jadi tidak tahu mengenai ketidakadilan yang terjadi di dalam perusahaannya. Hal ini tentu saja karena pada dasarnya, sang pemilik perusahaan tidak mungkin memiliki cukup banyak waktu untuk melihat sendiri realitas yang terjadi. Semua hanya berdasarkan laporan dan jika anak buahnya mengatakan segalanya baik-baik saja, maka dia pun pasti tidak akan berpikir terlalu banyak.Jack sendiri juga baru mengetahuinya sejak dia masuk dan menjadi karyawan di Morland Group."Jose, apa yang
David Weylman, si bos divisi keuangan itu menoleh ke arah sumber suara itu. Ketika dia melihat seorang pemuda yang tampak begitu asing di matanya, kening David pun mengerut, "Siapa kau?""Tidak penting siapa saya, Pak. Tapi, bisakah Anda menjawab pertanyaan saya tadi. Jika wanita muda ini berhasil bertemu dengan pemilik perusahaan ini, apakah Anda akan mengundurkan diri dari posisi Anda?" tanya Jack sekali lagi.David Weylman tidak langsung menjawab dan dia malah berjalan menuju ke arah Jack. Orang-orang di sekitar tempat itu terlihat tertarik pada Jack. Mereka pun mulai berbisik, bertanya-tanya siapa sosok pemuda yang telah begitu sangat berani menyela pembicaraan itu.Sedangkan wanita muda yang dibela Jack itu terlihat berdiri dengan bingung. Wanita bernama lengkap Emily Davidson itu jelas terkejut dan tidak menyangka ada seseorang yang berniat melakukan sesuatu untuknya.Dan hal ini adalah salah satu hal baru selama dia bekerja di Morland Group. Menurut pengalamannya, tidak ada s
Jack hanya tersenyum misterius mendengarkan pertanyaan itu.Emily Davidson sontak semakin penasaran. Akan tetapi, bukannya mundur, Emily malah lebih bersemangat mengikuti pemuda yang tentu saja usianya lebih muda darinya itu. "Masuklah lebih dulu!" pinta Jack setelah dia memencet tombol di mana lift akan membawa Emily menuju lantai di mana dia harus meminta izin untuk bertemu dengan sang pimpinan perusahaan raksasa tersebut.Emily masuk ke dalam lift yang tidak ada orang lain di dalamnya itu. Dia mengerutkan kening dengan penuh tanda tanya, "Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda tidak akan ikut bersama saya?""Ada hal yang harus aku lakukan. Tapi ... jangan khawatir, kau nanti tinggal berbicara dengan asisten di atas sana dan bilang saja kau berasal dari divisi keuangan. Mereka akan langsung memahaminya," ucap Jack.Emily mengangguk. Meskipun ada sedikit keraguan di dalam hatinya yang mulai muncul akibat perkataan Jack, akan tetapi Emily masih menaruh harapan pada pemuda itu. Dia yakin
Annelisse pun memutar badan dan menatap Jack dengan tatapan penuh rasa bersalah. "Hm, ini salahku.""Apa yang sedang kau bicarakan? Mengapa kau bilang begitu?" Jack bertanya.Annelisse menelan ludah, sungguh dia benar-benar tidak enak hati pada Jack.Jack pun berkata lagi, "Apa yang dimaksud dengan foto, Anne?"Annelisse menggaruk bagian telinga kanannya dan Eric mulai tidak sabar menunggu adik perempuannya itu.Dia pun menyela, "Kalau kau tidak bisa berbicara dengannya. Bagaimana jika aku yang melakukannya?"Annelisse sontak menggeleng dengan tegas, "Tidak. Aku yang harus mengatakan pada Jack.""Kau yakin kau bisa? Aku lihat kau tak berani melakukannya," Eric berkata sambil menahan senyum.Annelisse menatap kakaknya dengan tatapan jengkel dan lanjut berkata, "Jack, aku ... tidak tahu bagaimana bisa mereka tahu, tapi ternyata wartawan-wartawan sialan itu tahu bahwa aku sedang bekerja di Morland Group.""Aku j
"Iya, ayo aku antar pulang!" Jack mengangguk setuju, tanpa bertanya lagi.Annelisse menghela napas lega dan Jack pun segera berpamitan sebentar pada Gerry sebelum dua anak muda itu keluar dari Butik Hall itu.Dengan sedikit agak tergesa-gesa, Jack memanggil George.Akan tetapi, sebelum Annelisse menyebutkan alamatnya pada pengawal pribadi Jack itu, Geogre sudah mendahuluinya dengan berkata, "Saya sudah tahu, Nona."Annelisse mengernyit heran, sementara Jack tak sabar hingga dia langsung bertanya, "Kau tahu dari mana?""Tuan Hugh meminta saya untuk ... Anda tahu maksud saya, bukan?" George ragu-ragu menjelaskannya.Jack langsung merasa tidak enak pada Annelisse, tapi gadis itu terlihat tidak peduli dan malah dengan mengibaskan tangannya.Dia lalu berkata, "Itu bukan masalah besar. Aku bisa paham apa yang dilakukan oleh kakekmu. Ayah dan ibuku pasti juga akan melakukan hal yang sama jika dia tahu soal aku yang se
"Oh, apa saya sudah salah menebak, Tuan Muda? Tidakkah Anda berniat untuk meresmikan hubungan Anda dengan Nona Goldman? Anda tidak-""Berhenti!" Jack menggunakan tangan untuk menghentikan Gerry yang nyerocos berbicara sembarangan tanpa dipikir itu.Pria yang usianya tak terlalu jauh dari ayahnya itu pun terdiam seketika, takut jika dia salah bicara lagi. Dia pun menunggu sang tuan muda berbicara.Jack mendesah pelan, mencoba mengendalikan diri yang sedang agak sedikit kacau hanya karena Gerry menyangka dia akan menikahi Annelisse Goldman."Gerry, dengarkan aku baik-baik. Kau bisa kan?" Jack bertanya dengan nada pelan tapi serius."Ya, Tuan Muda," Gerry menjawab sembari mengangguk kecil."Aku dan Annelisse Goldman tidak memiliki hubungan apapun. Kami hanya kebetulan bertemu dan saat ini dia bekerja di Morland Group," Jack menjelaskan.Kali ini mulut Gerry sedikit terbuka, "Dia bekerja di Morland Group? Tapi ... mengapa? Bukankah
Gerry Hall tampak terkejut dengan pertanyaan itu.Pria itu bahkan tidak mampu berkedip selama beberapa saat. Jack sampai harus mengulangi pertanyaannya, "Aku membutuhkan dua baju pesta, hm untukku jas dan untuknya ... sebuah gaun."Jack menunjuk ke arah Annelisse yang wajahnya terlihat begitu berseri-seri.Gerry Hall yang memang semula curiga jika teman yang dibawa oleh Jack itu adalah orang yang spesial segera berkata, "Ya. Tentu ... tentu saja, aku memiliki banyak. Tapi ... mengapa tidak menjahit yang baru saja, Tuan Muda?""Tidak bisa. Pestanya besok," Annelisse yang menjawab.Dia berpikir secara sederhana. Dia tidak ingin membuat Jack merasa kesulitan ataupun membuang-buang waktunya jika harus melakukan pemesanan terlebih dulu. Sehingga cara yang paling tepat untuknya adalah mendatangi galeri butik dengan waktu yang berdekatan dengan hari berlangsungnya pesta.Gerry pun tersenyum, "Baiklah, kalau begitu. Akan saya tunjukkan k
Annelisse memutar kepala cantiknya, "Tentang apa? Perjodohan? Perjodohan apa maksudnya?"Jack mengerutkan dahi. Sedikit terkejut.Apa ini artinya dia sama sekali tidak tahu soal itu?Apa orang tuanya tidak bercerita apapun tentang hal itu?Annelisse menyadarkan Jack dengan menggunakan tangan, "Jack, hei. Kenapa sih kau?"Jack menggelengkan kepala, "Bukan apa-apa.""Dasar aneh!" Annelisse menanggapi sambil mengangkat bahu.Jack menoleh sekali lagi ke arah gadis itu dan menatapnya sekilas sebelum berpikir lagi.Mengapa keluarga Annelisse tidak memberitahu gadis itu?Hm, mungkin karena itu terjadi sudah sangat lama sehingga kedua orang tua gadis itu memutuskan untuk tak lagi mengungkit perihal hal itu."Ya, pasti karena hal itu. Tidak salah lagi," gumam Jack dengan nada pelan.Ketika jam kerja itu akhirnya berakhir, Annelisse buru-buru menghampiri Jack dengan begitu santainya. "Ayo, per
Jack hampir tersedak akan ludahnya sendiri ketika mendengar ucapan Annelisse itu. Pria itu tidak pernah menyangka bila Annelisse akan berkata seperti itu."Hm, kenapa kau diam saja, Jack? Apa kau terlalu terpesona kepadaku? Aku terlalu cantik sampai kau tak bisa berkata-kata ya, Tuan Muda?" Annelisse berkata sembari tersenyum manis.Jack mengedipkan mata beberapa kali, mengalihkan dua matanya dari wajah cantik Annelisse. "Apa yang sedang kau bicarakan, Anne?"Annelisse pun terkikik geli melihat reaksi Jack, "Astaga, kau sangat menawan sekali saat terlihat kaget begitu, Jack!"Jack menggelengkan kepala, tak mau menanggapi perkataan gadis cantik itu. Tetapi, pipinya sedikit berubah memerah karena malu.Sialnya, Annelisse juga menyadari perubahan pada warna kulit pemuda tampan itu sehingga dia pun tidak tahan untuk menggodanya.Gadis itu pun berkata lagi, "Ah, jadi benar ya kalau kau sangat terpesona kepadaku, Jack? Katakan padaku! Apa ak
Annelisse menatap Jack sambil meletakkan kembali ponselnya di atas meja kerjanya, "Memang ada yang salah?"Jack tak mengerti dan tak tahu bagaimana harus menanggapinya sehingga dia terlihat seperti kehilangan kata-kata.Annelisse menyipitkan mata lalu tiba-tiba berkata dengan nada yang begitu sangat pelan, "Hei, kau itu pewaris Morland Group, CEO perusahaan ini. Kau juga tidak mungkin tidak memiliki pengawal di sekitarmu kan, Jack?"Jack melongo, agak terkejut, "Itu tidak sama. Maksudku, aku-""Itu sama. Aku mungkin bukanlah seorang pewaris tunggal perusahaan keluargaku, tapi tetap saja aku ini salah satu anggota keluarga Goldman. Tidak mungkin pergi ke manapun tanpa adanya pengawalan. Sangat berbahaya, Jack," jelas Annelisse masih dengan suara rendah.Jack pun membalas, "Aku tidak pernah menginginkan penjagaan itu. Itu semua kakek yang mengatur. Kau? Kau … kau sendiri yang memintanya?"Annelisse berdeham kecil dan kemudian beru
Eve berkata dengan nada yang jelas tidak terima, "Anda harus adil, Pak. Bukan berarti karena dia pintar dan bisa menyelesaikan tugas yang susah, Anda malah membiarkannya begitu saja.""Benar, dia tidak bisa dibiarkan, Pak. Saya tidak bisa menerimanya," Melysa menambahkan.Wanita heran dengan jawaban Richard Foster sehingga dia tetap mencoba menyakinkan manajer umum agar Jack tetap dihukum.Terlebih lagi, saat itu dirinya berbicara di depan banyak orang. Jika dia sampai tidak didengar oleh Richard, reputasinya akan menjadi jelek.Dua wanita itu tampak begitu kompak dan hal itu membuat Edward merasa harus ikut berbicara, "Kalian ini tidak bisa memaksa atasan kalian hanya karena masalah seperti ini."Eve menatap nyalang pada Edward, hampir saja dia membalas ucapan temannya itu. Tapi, dia mengurungkan diri saat melihat Melysa menoleh ke arah Edward."Kenapa tidak bisa?" Melysa kembali mendelik."CUKUP!" Richard berteriak keras hingg
"Dasar bodoh! Kau harusnya tahu kalau perusahaan selalu memiliki aturan yang tak perlu ditulis," Melysa berkata sembari menaikkan alis.Jack mendesah. Kali ini dia tidak ingin menerimanya begitu saja sehingga dengan dagu terangkat dia membalas, "Aku tidak akan mau menerima hukuman yang tidak tertulis atau memiliki aturan yang jelas."Melysa mendengus. "Oh, sepertinya memang kau harus dihukum langsung oleh Pak Richard."Eve ikut berbicara, "Ah, itu ide yang bagus. Dia harus dihukum secara langsung oleh Pak Richard.""Hm, bukankah dia terlalu sibuk untuk menanggapi masalah seperti ini? Aku tidak terlambat setiap hari dan ini hanya lima menit. Aku ingat bahwa batas keterlambatan yang diterima di perusahaan ini adalah sepuluh menit dan itu tak akan mendapatkan hukuman. Bukankah hal itu sudah sangat jelas?" Jack berkata sembari menatap Melysa dan Eve secara bergantian.Eve membalas, "Kau itu tuli atau bodoh sebenarnya, bocah? Bukankah tadi sudah dijelas