Beranda / Urban / Si Miskin Menjadi Raja Kekayaan / Bab 2: Misi yang Canggung

Share

Bab 2: Misi yang Canggung

Penulis: Rein Lionheart
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-30 01:20:25

Rafael kembali memasuki kamarnya, perasaan kemenangan masih membalut dirinya meski kejadian tadi sedikit memalukan. Ia duduk di tepi tempat tidur, matanya masih terfokus pada layar proyeksi yang mengambang di depannya. Uang yang baru saja ditransfer ke rekeningnya tampaknya nyata, dan rumah yang akan ia dapatkan juga terasa seperti mimpi. Namun, saat itu, suara sistem kembali terdengar, mengingatkan bahwa perjalanan ini baru saja dimulai.

"Sistem Kekayaan siap untuk memberi Anda tantangan baru, Rafael," suara itu bergema dalam pikirannya. "Misi kedua siap untuk dilaksanakan. Persiapkan diri Anda."

Dengan penuh rasa penasaran, Rafael membaca pesan di layar yang memaparkan misi kedua.

Misi 2: "Pesta Gila"

Tugas: Pergi ke kafe terdekat dan minta maaf dengan tulus kepada tiga orang yang tampaknya memiliki kehidupan lebih baik darimu. Katakan bahwa kamu menyesal karena selalu merasa iri pada mereka. Buat mereka merasa sangat canggung, namun berikan kesan seolah kamu benar-benar menyesal. Bonus jika mereka merasa tidak nyaman. (Durasi: 2 Jam)

Hadiah: 50 juta rupiah dan akses ke kursus pribadi dengan seorang pengusaha sukses.

Rafael mengernyitkan dahi. "Minta maaf pada orang asing karena iri? Kenapa aku harus lakukan itu?" pikirnya, sedikit bingung dengan instruksi yang terdengar aneh ini. "Tapi... kalau itu artinya 50 juta, mungkin aku harus coba."

Dengan rasa cemas dan sedikit merasa aneh, Rafael memutuskan untuk melanjutkan. Ia mengambil jaketnya dan keluar dari kamar, menuju kafe yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya. Ia berjalan dengan langkah tegap, mencoba menenangkan pikirannya yang terus berputar. Tidak ada yang bisa merusak momen kemenangan yang baru ia rasakan, bukan?

Setibanya di kafe, suasana ramai dengan berbagai orang yang sibuk berbincang atau menikmati kopi mereka. Rafael mengamati sekeliling, mencari orang-orang yang terlihat lebih mapan, lebih sukses dari dirinya. Dengan misi yang sudah ada di kepala, ia mulai menyusuri meja-meja, merasa seperti sedang bersiap untuk melakukan pertunjukan aneh.

Matanya berhenti pada seorang pria muda yang duduk di meja dekat jendela, mengenakan jas mahal dan memegang ponsel dengan penuh percaya diri. Rafael mendekat dengan ragu, hatinya berdebar-debar.

“Maaf, Pak,” Rafael memulai, suaranya terdengar lebih gugup dari yang ia harapkan. Pria itu mengangkat wajahnya, menatapnya dengan ekspresi tidak sabar.

“Apa yang bisa saya bantu?” tanya pria itu, suaranya terdengar datar.

Rafael menarik napas dalam-dalam, mencoba mengingat kata-kata yang harus diucapkannya. “Saya ingin meminta maaf,” katanya dengan penuh kesungguhan, “Karena selama ini, saya sering merasa iri dengan kehidupan Anda. Saya merasa kehidupan saya selalu jauh lebih sulit dibandingkan dengan Anda, dan itu membuat saya sangat tidak nyaman dengan diri sendiri. Saya benar-benar menyesal.”

Pria itu mengerutkan keningnya, tampak bingung. “Apa maksud Anda? Anda iri pada saya?” Ia melirik Rafael dari ujung rambut hingga ujung kaki, seolah mencoba menilai apakah pria di depannya ini sedang bercanda atau serius.

Rafael tersenyum canggung, merasakan panas di pipinya. “Iya, saya rasa saya selalu merasa tidak cukup baik. Tapi sekarang saya ingin belajar untuk tidak merasa begitu. Saya berharap Anda bisa memaafkan saya.”

Pria itu masih terdiam sejenak, tampaknya tidak tahu bagaimana merespon. “Err... baiklah,” jawabnya dengan ketidaknyamanan yang jelas terlihat, lalu kembali menatap ponselnya.

Rafael merasa sedikit lega saat pria itu tidak langsung mengusirnya, namun ia juga bisa merasakan bahwa suasana menjadi sangat canggung. Ia pun cepat-cepat berpindah ke meja berikutnya, kali ini menghadap seorang wanita muda yang sedang menikmati kopi sambil mengetik di laptop.

"Maaf, saya hanya ingin mengatakan bahwa saya merasa iri pada Anda," kata Rafael tanpa ragu, berusaha mengingat kembali apa yang harus diucapkannya. "Kehidupan Anda tampaknya begitu mudah, dan saya merasa sangat tidak cukup dibandingkan dengan Anda. Saya menyesal merasa seperti ini."

Wanita itu menatapnya dengan kebingungan. “Iri? Kenapa? Saya bahkan tidak tahu siapa Anda,” jawabnya sambil mengangkat alis. “Dan kenapa Anda tiba-tiba datang dan mengatakan hal seperti itu?”

Rafael merasa pipinya memanas, tapi ia terus berusaha. “Saya benar-benar menyesal. Saya harap saya bisa lebih baik, seperti Anda.”

Wanita itu menatapnya sebentar, kemudian mengangkat bahu. “Ya, oke. Tidak masalah. Tapi, bisa tidak kamu pergi sekarang? Saya sedang bekerja.”

Rafael merasa lebih lega saat wanita itu tampak tidak terlalu terganggu, meskipun jelas merasa aneh. Ia melanjutkan misi tersebut dengan mencoba mendekati orang ketiga, seorang pria paruh baya yang sedang duduk sendiri.

Setelah beberapa percakapan canggung dengan orang yang tampaknya tidak tahu harus bagaimana merespons, Rafael akhirnya selesai dengan tugas aneh tersebut dan merasa sedikit lelah dengan segala kebingungannya.

Saat ia kembali keluar dari kafe, layar proyeksi muncul di depannya.

“Misi kedua selesai. Hadiah: 50 juta rupiah dan akses ke kursus pribadi dengan seorang pengusaha sukses.”

Rafael tersenyum lebar, meskipun kejadian tadi terasa sangat aneh dan membuatnya canggung. Dengan senyum yang lebih yakin, ia menyadari bahwa meskipun langkah-langkah ini tampak konyol, mereka membawanya menuju hal-hal yang lebih besar. Sebuah dunia yang penuh dengan potensi yang baru saja ia sentuh.

"50 juta rupiah dan kursus pengusaha sukses... Ini baru permulaan," gumam Rafael, mata penuh harapan. "Aku akan terus maju."

Kini hari-hari Rafael mulai terasa sedikit lebih cerah. Meski masih merasa canggung dengan misi yang diberikan sistem, uang dan kesempatan yang ia terima membuatnya merasa bahwa hidup ini memang penuh dengan kejutan. Setiap langkah yang ia ambil, walaupun kadang terasa aneh atau memalukan, membawa hadiah yang lebih besar dari yang ia duga.

Setelah mendapatkan 50 juta rupiah dan akses ke kursus pribadi dengan seorang pengusaha sukses, Rafael merasa seperti berada di ambang sesuatu yang besar. Ia membuka aplikasi yang diberikan oleh sistem untuk memulai kursus tersebut, berharap itu akan memberinya wawasan yang lebih tentang dunia bisnis dan kekayaan yang ingin ia raih.

Beberapa saat kemudian, layar proyeksi muncul kembali, kali ini lebih besar dan lebih jelas.

Kursus Pengusaha Sukses Dimulai!

Instruktur: Andreas Wijaya, Pengusaha Miliarder yang Sukses dalam Berbagai Bidang.

Durasi: 30 Hari.

Materi: Dasar-dasar bisnis, investasi, dan cara membangun jaringan yang kuat.

Rafael duduk tegak, matanya melekat pada layar. Instruktur kursus, Andreas Wijaya, adalah nama yang familiar di dunia bisnis. Ia telah menjadi pembicara dalam berbagai seminar dan memiliki banyak pengikut yang terinspirasi oleh kesuksesannya. Rafael merasa sedikit kagum, namun juga khawatir apakah ia akan mampu mengikuti materi kursus yang mungkin terasa sangat sulit baginya.

Pada hari pertama kursus, ia mulai dengan materi dasar tentang bagaimana memulai bisnis dari nol, mengelola keuangan pribadi, dan cara berinvestasi dengan bijak. Setiap sesi dilengkapi dengan tantangan dan tugas yang harus diselesaikan. Sistem menyediakan berbagai simulasi yang membuat Rafael merasa seolah-olah dia benar-benar berada di dunia bisnis yang sesungguhnya.

Pada hari kedua, Rafael dihadapkan pada tantangan yang lebih nyata: bagaimana membuat rencana bisnis untuk sebuah startup kecil. "Oke, ini tugas besar," gumamnya. Ia merasa sedikit tertekan, namun semangatnya tetap tinggi. Sistem memberikannya alat dan sumber daya untuk menyelesaikan rencana bisnis tersebut, dari riset pasar hingga proyeksi keuangan.

Namun, yang paling mengejutkan adalah bagaimana sistem menyajikan tantangan-tantangan tersebut dengan cara yang berbeda. Ada tugas di mana Rafael harus mempresentasikan rencana bisnisnya kepada 'klien'—yang sebenarnya adalah simulasi dari sistem. Ada pula tantangan yang memaksa Rafael untuk bernegosiasi dengan karakter-karakter virtual yang sangat mirip dengan manusia nyata, membuat Rafael merasa benar-benar berada dalam situasi bisnis.

"Saya akan bisa melakukan ini," Rafael berkata pada dirinya sendiri sambil menyelesaikan tugasnya dengan penuh ketekunan. "Saya hanya perlu terus mengikuti setiap langkah."

Hari demi hari, Rafael semakin terbiasa dengan materi kursus tersebut. Ia mulai memahami bahwa setiap keputusan yang diambil dalam dunia bisnis memiliki dampak besar. Ia belajar tentang pentingnya investasi cerdas, membangun hubungan dengan orang-orang yang berpengaruh, dan cara memimpin tim untuk mencapai tujuan bersama.

Setiap tugas yang ia selesaikan membuatnya merasa lebih percaya diri. Ketika ia mencapai akhir minggu pertama, sistem memberinya hadiah tambahan: “Anda telah menyelesaikan kursus pengusaha sukses minggu pertama. Hadiah: 10 juta rupiah dan kesempatan untuk mengikuti webinar langsung dengan Andreas Wijaya.”

Rafael merasa seolah-olah kehidupannya telah berubah dalam waktu singkat. Ia tidak hanya mendapatkan uang, tetapi juga pengetahuan yang berharga yang akan membantunya meraih kekayaan.

Di sisi lain, meskipun ia merasa lebih percaya diri, Rafael masih merasa sedikit terisolasi. Ia tidak punya teman sejati untuk berbagi kesuksesannya, dan perasaan kesepian mulai merayap masuk. Namun, ia segera menyadari bahwa ia tidak perlu bergantung pada orang lain untuk maju. Dengan kekuatan sistem ini, ia bisa membangun jalan hidupnya sendiri.

Pada malam hari, setelah menyelesaikan tugas-tugas kursus, Rafael kembali mengingat tujuannya yang lebih besar: mengubah nasibnya dan mencapai kekayaan yang bisa memberikan kebahagiaan sejati. Tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi untuk membuktikan kepada orang-orang yang meremehkannya bahwa ia bisa lebih dari yang mereka kira.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Si Miskin Menjadi Raja Kekayaan   Bab 56: Bayangan yang Tidak Pernah Tidur

    Udara malam menyelinap masuk melalui jendela apartemen Clara yang setengah terbuka. Di sisi ruangan, Rafael duduk bersandar di sofa, matanya terpaku pada layar ponsel yang menampilkan peta pengawasan baru dari sistem. Titik-titik merah yang melingkari nama Clara dan Ronald bergerak perlahan, seolah menjadi pengingat bahwa setiap langkah mereka kini diawasi, bukan hanya oleh Rafael, tapi oleh kekuatan yang belum terlihat wujudnya.Clara duduk tak jauh darinya, kedua tangannya memeluk bantal kecil di pangkuan, pandangannya kosong. Sejak pengakuan malam itu, atmosfir di antara mereka berubah. Tak ada lagi sekat formal atasan dan bawahan, yang tersisa hanya dua manusia yang sama-sama terjebak di dalam permainan yang tak mereka pahami sepenuhnya.“Pak Rafael…” suara Clara lirih memecah kesunyian.Rafael menoleh, sorot matanya tak sekeras biasanya. “Panggil nama gue aja kalau gak ada orang lain, Clara.”Clara terdiam sejenak, lalu mencoba, “Rafael…”“Ya?”“Kenapa… mereka targetin saya? Saya

  • Si Miskin Menjadi Raja Kekayaan   Bab 55: Jerat yang Semakin Mengikat

    Rafael duduk sendirian di ruang tamu penthouse-nya. Lampu temaram menyelimuti ruangan, hanya ditemani bayangan dirinya sendiri di jendela besar yang menghadap gemerlap kota. Di tangannya, segelas whisky yang bahkan belum disentuh. Pikirannya melayang ke percakapan dengan Leonhart beberapa jam lalu.Leonhart.Nama yang sebelumnya asing, tapi entah kenapa terasa seperti bom waktu yang baru saja aktif di bawah kakinya. Ia tahu, menolak pria itu bukan akhir dari segalanya. Justru itu awal dari sesuatu yang lebih berbahaya.Sistem tiba-tiba berbunyi lagi.> Ding! Misi Khusus Terbuka: "Menyusun Bayangan Sendiri"Deskripsi: Ketika kau menolak ajakan penguasa lama, kau harus menciptakan kekuatanmu sendiri agar tak dihancurkan.Tujuan: Bangun jaringan rahasia di balik bisnis-bisnismu. Rekrut orang-orang yang bisa dipercaya, tanpa mereka menyadari tujuan utamamu.Hadiah: Blueprint Proyek Rahasia 'Fortress' + 1 Kunci Informasi Tentang Leonhart.Mata Rafael menyipit.Jaringan rahasia? Dia bukan k

  • Si Miskin Menjadi Raja Kekayaan   Bab 54: Permainan Catur di Dunia Bayangan

    Rafael menatap kartu hitam di tangannya dengan ekspresi datar, tetapi pikirannya penuh dengan analisis. Kata-kata Adrian tadi masih bergema di telinganya:"Dunia di mana uang bukan lagi batasan."Sistem dalam benaknya tetap diam setelah peringatan sebelumnya. Itu saja sudah cukup memberi tahu Rafael bahwa ada sesuatu yang tidak biasa tentang kartu ini.“Jadi, Rafael,” suara Adrian terdengar lagi. “Apa yang akan kau pilih? Kesempatan untuk menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar… atau jalan yang sulit sendirian?”Rafael menempatkan kartu itu kembali ke meja dan tersenyum tipis. “Kau terlalu percaya diri, Adrian.”Adrian mengangkat alis. “Maksudmu?”“Aku tidak pernah sendirian,” jawab Rafael, bersandar di kursinya. “Kau berpikir bahwa aku sampai di titik ini karena ‘bantuan’ dari sesuatu? Itu lucu.”Adrian menatapnya dalam-dalam, mencoba mencari celah dalam ekspresi Rafael. Tapi Rafael tidak memberi sedikit pun petunjuk.Lalu, Adrian tertawa kecil. “Ternyata kau belum berubah. Masi

  • Si Miskin Menjadi Raja Kekayaan   Bab 53: Kawan Lama, Lawan Baru

    Malam itu, Rafael duduk di balkon apartemennya, menyesap anggur sambil menatap kelap-kelip kota. Udara dingin berhembus, membawa ketenangan sejenak setelah semua kekacauan yang terjadi. Vincent Caldwell telah ditangkap, dan Noah Sinclair menghilang tanpa jejak setelah jebakan itu.Serena berdiri di belakangnya, menyilangkan tangan dengan ekspresi penuh pertimbangan.“Ini terlalu mudah,” ujarnya pelan.Rafael meletakkan gelasnya dan tersenyum kecil. “Kau juga merasa begitu?”Serena mengangguk. “Vincent memang sudah tumbang, tapi Noah… dia bukan orang yang akan menerima kekalahan begitu saja.”Dimas, yang baru datang membawa dokumen, menimpali, “Dan Leonard? Kita membiarkannya pergi begitu saja?”Rafael tertawa pelan. “Dia bukan ancaman. Hanya seorang pengecut yang mencoba bertahan hidup.”Serena masih terlihat tidak tenang. “Tapi pengecut juga bisa menjadi duri dalam daging.”Rafael menatap ke kejauhan, matanya memancarkan kilau tajam. “Itulah kenapa kita harus mulai bergerak lebih cep

  • Si Miskin Menjadi Raja Kekayaan   Bab 52: Jerat yang Tak Terlihat

    Di sebuah apartemen mewah, Rafael duduk di depan meja kerja dengan laptop terbuka. Cahaya dari layar menyorot wajahnya yang serius. Flash drive yang diberikan Leonard sudah terhubung, dan mata Rafael menyapu berbagai dokumen yang tersimpan di dalamnya.Beberapa file berisi laporan keuangan yang dimanipulasi, transaksi mencurigakan, hingga rekaman percakapan antara Vincent dan seseorang yang disamarkan suaranya.“Ada yang aneh…” gumam Rafael.Ia mengaktifkan perangkat dekripsi yang ada di sistemnya untuk mengembalikan suara asli dari rekaman itu. Tidak butuh waktu lama sebelum suara yang familiar terdengar."Vincent, aku sudah memberikan semua informasi yang kau butuhkan. Jangan buat kesalahan kali ini."Dahi Rafael mengernyit.Suaranya tidak asing—terdengar seperti seseorang dari keluarga Sinclair.“Sistem, bisa identifikasi siapa orang ini?”> Sistem:“Menganalisis suara…98% kecocokan dengan Noah Sinclair.”Tatapan Rafael langsung berubah tajam.Noah Sinclair.Sepupunya.Pria itu di

  • Si Miskin Menjadi Raja Kekayaan   Bab 51: Kebenaran yang Berharga

    Rafael duduk di ruangannya, menatap layar yang dipenuhi data tentang Vincent Caldwell dan jaringan investasinya. Black Fox telah bekerja tanpa henti, menyelidiki setiap celah yang bisa mereka manfaatkan. Namun, semakin dalam mereka menggali, semakin banyak anomali yang muncul.“Rafael, ada sesuatu yang tidak beres,” kata Black Fox, matanya terpaku pada layar.“Apa itu?”“Ada transaksi mencurigakan yang dibuat atas namamu.”Rafael menajamkan pandangan. “Transaksi apa?”“Sejumlah besar dana ditransfer ke rekening offshore. Dan yang lebih buruk, ada bukti yang menunjukkan bahwa itu berkaitan dengan pencucian uang.”Dimas mengumpat. “Sial, mereka benar-benar ingin menjatuhkanmu.”Serena menatap Rafael dengan waspada. “Apa kita bisa menghapus bukti itu?”Black Fox menggeleng. “Terlalu berisiko. Jika kita menghapusnya begitu saja, itu malah akan terlihat lebih mencurigakan.”Sistem berbunyi.> Sistem:"Kau sedang dijebak dalam permainan cermin. Mereka membuat skenario seolah-olah kau yang b

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status