Beranda / Urban / Si Miskin Menjadi Raja Kekayaan / Bab 3. Kejutan dan Misi yang Lebih Gila

Share

Bab 3. Kejutan dan Misi yang Lebih Gila

Penulis: Rein Lionheart
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-30 01:28:11

Rafael melangkah keluar dari rumah barunya, yang meski masih sederhana, sudah terasa jauh lebih nyaman dibandingkan dengan kamar sempit tempat ia dulu tinggal. Uang yang ia peroleh dari misi sistem dan hasil kursus bisnis membuatnya merasa sedikit lebih percaya diri. Hari itu, ia memutuskan untuk membeli beberapa barang yang telah lama ia impikan: pakaian yang layak, jam tangan, dan sedikit aksesori yang akan membuat penampilannya lebih menarik.

Di dalam mall yang mewah, ia berjalan dengan santai, merasakan kebebasan yang selama ini ia impikan. Dulu, tempat seperti ini hanya bisa ia lihat dari jauh, dengan rasa iri yang menyelubungi hatinya. Tapi sekarang, dengan kantong yang lebih berat, ia merasa seperti bagian dari dunia ini.

Tentu saja, segala perubahan ini tidak terjadi begitu saja. Ia tahu bahwa ia harus bekerja keras untuk terus memperbaiki dirinya. Misi demi misi yang diberikan oleh sistem membuatnya semakin maju, dan ia merasa bahwa ia berada di jalur yang benar. Namun, takdir selalu memiliki cara untuk menghadirkan kejutan yang tak terduga.

Saat Rafael sedang memeriksa beberapa jaket di sebuah butik, langkahnya terhenti. Ada sesuatu—atau lebih tepatnya, seseorang—yang membuatnya berhenti sejenak. Mata Rafael bertemu dengan mata yang ia kenal sangat baik.

Itu adalah Maya, mantan kekasihnya.

Maya sedang berjalan dengan seorang pria yang tampaknya lebih muda, mengenakan jas yang sangat mahal, dan tampak sangat percaya diri. Rafael merasa seolah waktu berhenti sejenak. Perasaan campur aduk muncul dalam dirinya—ada rasa canggung, sedikit kesal, namun juga penasaran. Maya tidak menyadari kehadirannya terlebih dahulu, sibuk dengan percakapan mereka, sampai akhirnya dia menoleh.

Tatapan Maya bertemu dengan Rafael, dan ekspresinya berubah menjadi kaku. Beberapa detik berlalu sebelum Maya akhirnya mengangguk pelan, mencoba tersenyum meskipun terlihat canggung. “Oh... Rafael,” kata Maya, seolah sulit untuk memulai percakapan.

Rafael tersenyum, meskipun ada rasa tidak nyaman yang menggelitiknya. "Maya," jawabnya singkat, mencoba menyembunyikan perasaan yang mungkin akan membuatnya terlalu emosional. "Lama tidak bertemu."

Maya tampaknya merasa kikuk. “Iya... aku juga tidak menyangka bisa bertemu di sini.” Dia menatap pria di sampingnya, lalu kembali menatap Rafael. “Ini, um, teman baru ku... namanya Rudi,” katanya sambil memperkenalkan pria itu, yang kemudian tersenyum dengan sedikit kesan dingin.

Rafael mengangguk, mencoba terlihat santai meskipun hatinya agak terasa berat. “Senang bisa bertemu kalian,” katanya, suaranya terdengar lebih datar dari yang ia inginkan. Ia menahan napas, mencoba untuk tidak terhanyut dalam perasaan yang mendalam. “Jadi, bagaimana... kalian berdua... baik-baik saja?”

Maya terlihat ragu sejenak. “Iya, kami baik-baik saja. Rudi ini teman kerja di perusahaan tempat aku sekarang bekerja.” Mata Maya menatap Rafael dengan ekspresi yang sulit dipahami. “Aku... semoga kamu baik-baik saja, Rafael. Aku harap kita bisa tetap berteman.”

Rafael mencoba tersenyum, meskipun itu terasa agak paksa. “Aku baik-baik saja. Jangan khawatir,” jawabnya, meskipun hatinya bergejolak. Kenapa ia merasa seperti ini? Bukankah ini hanya kebetulan? Bukankah ini hanya mantannya yang sudah lama meninggalkannya?

Saat percakapan itu berlanjut, Rafael bisa merasakan ketidaknyamanan di udara. Maya berbicara dengan Rudi, namun kata-katanya terasa hampa. Rafael merasa ada sesuatu yang hilang, dan dia menyadari bahwa mungkin hubungan mereka memang tidak bisa kembali seperti dulu.

Setelah beberapa menit yang terasa canggung, Maya akhirnya mengucapkan selamat tinggal. "Baiklah, aku dan Rudi harus pergi, Rafael. Tapi aku harap kamu bahagia, ya." Maya mengucapkan itu sambil tersenyum, meskipun senyum itu terasa dipaksakan. Rudi juga melambaikan tangan sambil memberi senyum yang dingin, lalu mereka berdua beranjak pergi.

Rafael berdiri di tempatnya, menyaksikan mereka pergi, rasa kosong mulai merayap masuk ke dalam dirinya. Namun, alih-alih merasa terpuruk, ia merasa seperti mendapat sebuah pelajaran berharga. Maya telah memilih jalan hidupnya, dan itu bukan lagi urusannya. Meski perasaan kecewa itu masih ada, ia tahu bahwa ia harus terus melangkah. Ke depannya, hidup akan memberinya lebih banyak pilihan.

Dengan kepala tegak, Rafael melanjutkan perjalanannya di mall itu. Ia memutuskan untuk membeli beberapa barang lain yang lebih ia butuhkan. Meski rasa canggung itu masih ada, ia tahu bahwa ia bisa menghadapi apa pun yang datang berikutnya. Sebuah kehidupan yang lebih baik sedang menunggunya—hanya tinggal masalah waktu sebelum semua itu terwujud.

Keesokan harinya, Rafael duduk di meja kerjanya, membuka laptop dan memeriksa beberapa detail bisnis. Tiba-tiba, layar proyeksi muncul di depannya, mengingatkan bahwa misi baru telah siap untuk diselesaikan.

"Sistem Kekayaan siap memberikan tantangan baru, Rafael. Misi keempat siap dilaksanakan."

Rafael mengangkat alisnya. “Misi keempat? Sepertinya semakin seru.”

Di layar, muncul tulisan yang membuatnya mengerutkan dahi.

Misi 4: “Pertunjukan Kekuatan”

Tugas: Ajak teman-temanmu ke sebuah restoran mewah dan biarkan mereka terkesima dengan cara kamu membayar tagihan. Pamerkan kemampuan finansialmu dengan membeli makanan yang mahal, tapi pastikan kamu tidak berkata apa-apa tentang uang yang kamu miliki. Berikan kesan bahwa kamu selalu punya lebih dari yang mereka kira. (Durasi: 1 Jam)

Hadiah: 100 juta rupiah dan akses ke mentor bisnis yang lebih berpengalaman.

Rafael tertawa kecil. “Kehidupan baru, tantangan baru,” gumamnya. Kali ini, ia akan membuktikan bahwa bukan hanya Maya yang bisa membuat keputusan. Sekarang, giliran dia yang mengubah nasibnya.

Rafael menatap layar proyeksi yang menampilkan misi barunya dengan campuran rasa cemas dan penasaran. Tugasnya kali ini terdengar sangat sederhana, tapi juga penuh tantangan. Ia harus menunjukkan kepada teman-temannya, yang dulu sering merendahkannya, betapa banyaknya perubahan yang telah terjadi dalam hidupnya. Tanpa berkata sepatah kata pun tentang kekayaannya, ia harus membuat mereka terkesan hanya dengan tindakannya.

Sambil menyiapkan diri untuk misi ini, Rafael kembali teringat pada masa-masa lalu, sebelum sistem muncul dan mengubah hidupnya. Dulu, ketika ia masih bekerja di toko kecil yang tidak banyak orang kenal, ia sering menjadi bahan olokan. Ada banyak orang yang tidak melihat potensi dirinya, hanya karena penampilannya yang sederhana dan status ekonominya yang rendah. Bahkan, di tempat kerjanya, Rafael tak jarang dipandang sebelah mata oleh rekan-rekannya.

Salah satu kenangan paling menyakitkan adalah ketika ia bekerja di sebuah restoran. Ada seorang pelanggan tetap, Pak Hadi, yang sering datang dengan istrinya. Pak Hadi adalah orang kaya yang sering merendahkan Rafael dengan cara halus. Setiap kali Rafael membawakan makanan, Pak Hadi akan menatapnya dengan pandangan sinis, sering kali menyindir kekurangannya.

“Rafael, kamu masih bekerja di sini?” kata Pak Hadi suatu kali dengan suara yang terdengar seperti ejekan. "Kamu harusnya mencari pekerjaan yang lebih layak, tahu. Jangan buang waktu di sini."

Maya, yang saat itu masih menjadi pacarnya, sering kali terlihat cemas ketika kejadian seperti itu terjadi. Namun, bukannya membela Rafael, Maya justru cenderung diam. Ia khawatir jika ia menunjukkan pembelaan kepada Rafael, ia juga akan dianggap sama rendahnya oleh orang lain.

“Pak Hadi itu orang penting, Rafael. Kamu harus tahu batas,” kata Maya saat mereka kembali pulang setelah kejadian itu.

Rafael merasa terluka. Ia tahu Maya tidak bermaksud jahat, tapi kata-kata itu tetap menusuk hatinya. Ia tahu bahwa Maya tidak benar-benar mempercayainya. Ia merasa seolah-olah dirinya tidak pernah bisa menjadi cukup baik untuknya, atau untuk orang-orang di sekitarnya. Namun, saat itu, ia hanya bisa menahan perasaan, karena ia tidak punya kekuatan untuk melawan pandangan orang-orang itu.

Namun, sekarang semuanya telah berubah.

Setelah misi yang terakhir, Rafael merasa lebih kuat. Dengan uang yang telah ia kumpulkan dan pengetahuan yang ia pelajari dari kursus bisnis, ia kini memiliki kekuatan untuk mengubah cara pandang orang terhadap dirinya. Misi kali ini akan menjadi kesempatan baginya untuk membuktikan bahwa ia lebih dari sekadar pria miskin yang sering diremehkan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Si Miskin Menjadi Raja Kekayaan   Bab 56: Bayangan yang Tidak Pernah Tidur

    Udara malam menyelinap masuk melalui jendela apartemen Clara yang setengah terbuka. Di sisi ruangan, Rafael duduk bersandar di sofa, matanya terpaku pada layar ponsel yang menampilkan peta pengawasan baru dari sistem. Titik-titik merah yang melingkari nama Clara dan Ronald bergerak perlahan, seolah menjadi pengingat bahwa setiap langkah mereka kini diawasi, bukan hanya oleh Rafael, tapi oleh kekuatan yang belum terlihat wujudnya.Clara duduk tak jauh darinya, kedua tangannya memeluk bantal kecil di pangkuan, pandangannya kosong. Sejak pengakuan malam itu, atmosfir di antara mereka berubah. Tak ada lagi sekat formal atasan dan bawahan, yang tersisa hanya dua manusia yang sama-sama terjebak di dalam permainan yang tak mereka pahami sepenuhnya.“Pak Rafael…” suara Clara lirih memecah kesunyian.Rafael menoleh, sorot matanya tak sekeras biasanya. “Panggil nama gue aja kalau gak ada orang lain, Clara.”Clara terdiam sejenak, lalu mencoba, “Rafael…”“Ya?”“Kenapa… mereka targetin saya? Saya

  • Si Miskin Menjadi Raja Kekayaan   Bab 55: Jerat yang Semakin Mengikat

    Rafael duduk sendirian di ruang tamu penthouse-nya. Lampu temaram menyelimuti ruangan, hanya ditemani bayangan dirinya sendiri di jendela besar yang menghadap gemerlap kota. Di tangannya, segelas whisky yang bahkan belum disentuh. Pikirannya melayang ke percakapan dengan Leonhart beberapa jam lalu.Leonhart.Nama yang sebelumnya asing, tapi entah kenapa terasa seperti bom waktu yang baru saja aktif di bawah kakinya. Ia tahu, menolak pria itu bukan akhir dari segalanya. Justru itu awal dari sesuatu yang lebih berbahaya.Sistem tiba-tiba berbunyi lagi.> Ding! Misi Khusus Terbuka: "Menyusun Bayangan Sendiri"Deskripsi: Ketika kau menolak ajakan penguasa lama, kau harus menciptakan kekuatanmu sendiri agar tak dihancurkan.Tujuan: Bangun jaringan rahasia di balik bisnis-bisnismu. Rekrut orang-orang yang bisa dipercaya, tanpa mereka menyadari tujuan utamamu.Hadiah: Blueprint Proyek Rahasia 'Fortress' + 1 Kunci Informasi Tentang Leonhart.Mata Rafael menyipit.Jaringan rahasia? Dia bukan k

  • Si Miskin Menjadi Raja Kekayaan   Bab 54: Permainan Catur di Dunia Bayangan

    Rafael menatap kartu hitam di tangannya dengan ekspresi datar, tetapi pikirannya penuh dengan analisis. Kata-kata Adrian tadi masih bergema di telinganya:"Dunia di mana uang bukan lagi batasan."Sistem dalam benaknya tetap diam setelah peringatan sebelumnya. Itu saja sudah cukup memberi tahu Rafael bahwa ada sesuatu yang tidak biasa tentang kartu ini.“Jadi, Rafael,” suara Adrian terdengar lagi. “Apa yang akan kau pilih? Kesempatan untuk menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar… atau jalan yang sulit sendirian?”Rafael menempatkan kartu itu kembali ke meja dan tersenyum tipis. “Kau terlalu percaya diri, Adrian.”Adrian mengangkat alis. “Maksudmu?”“Aku tidak pernah sendirian,” jawab Rafael, bersandar di kursinya. “Kau berpikir bahwa aku sampai di titik ini karena ‘bantuan’ dari sesuatu? Itu lucu.”Adrian menatapnya dalam-dalam, mencoba mencari celah dalam ekspresi Rafael. Tapi Rafael tidak memberi sedikit pun petunjuk.Lalu, Adrian tertawa kecil. “Ternyata kau belum berubah. Masi

  • Si Miskin Menjadi Raja Kekayaan   Bab 53: Kawan Lama, Lawan Baru

    Malam itu, Rafael duduk di balkon apartemennya, menyesap anggur sambil menatap kelap-kelip kota. Udara dingin berhembus, membawa ketenangan sejenak setelah semua kekacauan yang terjadi. Vincent Caldwell telah ditangkap, dan Noah Sinclair menghilang tanpa jejak setelah jebakan itu.Serena berdiri di belakangnya, menyilangkan tangan dengan ekspresi penuh pertimbangan.“Ini terlalu mudah,” ujarnya pelan.Rafael meletakkan gelasnya dan tersenyum kecil. “Kau juga merasa begitu?”Serena mengangguk. “Vincent memang sudah tumbang, tapi Noah… dia bukan orang yang akan menerima kekalahan begitu saja.”Dimas, yang baru datang membawa dokumen, menimpali, “Dan Leonard? Kita membiarkannya pergi begitu saja?”Rafael tertawa pelan. “Dia bukan ancaman. Hanya seorang pengecut yang mencoba bertahan hidup.”Serena masih terlihat tidak tenang. “Tapi pengecut juga bisa menjadi duri dalam daging.”Rafael menatap ke kejauhan, matanya memancarkan kilau tajam. “Itulah kenapa kita harus mulai bergerak lebih cep

  • Si Miskin Menjadi Raja Kekayaan   Bab 52: Jerat yang Tak Terlihat

    Di sebuah apartemen mewah, Rafael duduk di depan meja kerja dengan laptop terbuka. Cahaya dari layar menyorot wajahnya yang serius. Flash drive yang diberikan Leonard sudah terhubung, dan mata Rafael menyapu berbagai dokumen yang tersimpan di dalamnya.Beberapa file berisi laporan keuangan yang dimanipulasi, transaksi mencurigakan, hingga rekaman percakapan antara Vincent dan seseorang yang disamarkan suaranya.“Ada yang aneh…” gumam Rafael.Ia mengaktifkan perangkat dekripsi yang ada di sistemnya untuk mengembalikan suara asli dari rekaman itu. Tidak butuh waktu lama sebelum suara yang familiar terdengar."Vincent, aku sudah memberikan semua informasi yang kau butuhkan. Jangan buat kesalahan kali ini."Dahi Rafael mengernyit.Suaranya tidak asing—terdengar seperti seseorang dari keluarga Sinclair.“Sistem, bisa identifikasi siapa orang ini?”> Sistem:“Menganalisis suara…98% kecocokan dengan Noah Sinclair.”Tatapan Rafael langsung berubah tajam.Noah Sinclair.Sepupunya.Pria itu di

  • Si Miskin Menjadi Raja Kekayaan   Bab 51: Kebenaran yang Berharga

    Rafael duduk di ruangannya, menatap layar yang dipenuhi data tentang Vincent Caldwell dan jaringan investasinya. Black Fox telah bekerja tanpa henti, menyelidiki setiap celah yang bisa mereka manfaatkan. Namun, semakin dalam mereka menggali, semakin banyak anomali yang muncul.“Rafael, ada sesuatu yang tidak beres,” kata Black Fox, matanya terpaku pada layar.“Apa itu?”“Ada transaksi mencurigakan yang dibuat atas namamu.”Rafael menajamkan pandangan. “Transaksi apa?”“Sejumlah besar dana ditransfer ke rekening offshore. Dan yang lebih buruk, ada bukti yang menunjukkan bahwa itu berkaitan dengan pencucian uang.”Dimas mengumpat. “Sial, mereka benar-benar ingin menjatuhkanmu.”Serena menatap Rafael dengan waspada. “Apa kita bisa menghapus bukti itu?”Black Fox menggeleng. “Terlalu berisiko. Jika kita menghapusnya begitu saja, itu malah akan terlihat lebih mencurigakan.”Sistem berbunyi.> Sistem:"Kau sedang dijebak dalam permainan cermin. Mereka membuat skenario seolah-olah kau yang b

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status