Share

Siapa Sang Kekasih
Siapa Sang Kekasih
Author: Neby_an

Bab 1

Author: Neby_an
last update Last Updated: 2025-08-11 11:12:04

Aroma bunga dan tanah basah tercium jelas seolah menusuk indra penciuman. Rosalyn Anderson, perempuan berusia 26 tahun itu hanya berdiri kaku di depan liang lahat mendiang ibunya.

Prosesi pemakaman telah usai, kerumunan pelayat mulai menipis, menyisakan keheningan yang menyesakkan dan hanya menyisakan kerabat dekat.

Di samping gundukan tanah merah yang baru, Rosalyn berdiri tegak. Mengenakan gaun hitam khas pemakaman, wajah cantik Rosalyn masih terlihat sempurna, hanya saja wajahnya begitu datar, tanpa setetes pun air mata yang menetes.

"Keluarga suaminya tidak ada yang datang."

"Suaminya tidak datang? Bahkan ibu mertuanya pun juga tidak ada."

"Tapi dia sendiri tidak menangis... aneh sekali."

Rosalyn mendengar semua bisikan itu, namun ia tidak bergeming. Ia hanya menatap dingin batu nisan yang kini menancap kokoh di atas gundukan tanah.

Nama ibunya terukir jelas di sana, seolah memberikan fakta bahwa ibunya sudah terkubur di bawah sana.

Bahkan sampai akhir, William tidak juga datang.

Tiba-tiba, sudut bibir Rosalyn terangkat membentuk senyum tipis, nyaris tak terlihat, namun penuh ejekan yang kejam. Ia menunduk, matanya menatap tajam ke arah nisan sang ibu.

"Jadi, apakah ini yang Ibu inginkan?" bisiknya pelan, suaranya sedingin angin yang berembus.

Seketika ingatannya terlempar ke masa lalu, suara-suara tajam ibunya memenuhi kepalanya seperti kaset rusak.

"Jadilah perempuan yang penurut Rosalyn, maka ibu akan menyayangimu."

"Kamu harus jadi perempuan yang lemah lembut dan penurut, Rosalyn."

"Rosalyn, jangan pernah membangkang, atau ibu tidak akan menyayangimu lagi!"

Ia teringat lagi bagaimana ibunya selalu mengancam. Wajah ibunya yang mengeras, tatapan tajamnya yang seolah mampu membunuh putri satu-satunya jika tidak menurut.

Tapi sekarang, Ibu sudah mati.

Tidak ada lagi alasan untuk tetap menjadi wanita penurut yang bodoh itu. Tidak ada alasan lagi untuk tetap menjadi wanita sempurna seperti yang diinginkan ibunya.

Tekad membaja mengisi hati Rosalyn yang kosong. Senyum sinis itu semakin mengembang.

"Aku tidak akan diam lagi setelah ini, Ibu," bisiknya, sebuah janji yang disematkan di atas pusara.

"Aku akan membalas semua orang yang sudah menginjak-injakku selama ini."

Setelah pemakaman selesai, Rosalyn akhirnya kembali ke mansion keluarga Collin.

Langkah kakinya terdengar hampa di lantai marmer yang mengilap, namun di dalamnya tersimpan kekuatan yang tak terduga.

Baru saja ia membuka pintu utama, suara tawa riuh, denting gelas, dan musik yang ceria menyambutnya. Pesta di ruang tamu, yang sudah dimulai sebelum ia berangkat ke pemakaman, ternyata belum selesai.

Ibu mertuanya, Hanna, dan adik iparnya, Clara, sedang asyik bergosip ria dengan kumpulan ibu-ibu sosialita lainnya. Mereka tertawa lepas, menikmati hidangan dan minuman mahal, seolah sedang merayakan pesta alih-alih datang ke pemakaman besan mereka.

"Oh, itu si mandul sudah pulang," bisik salah satu wanita, cukup keras hingga Rosalyn bisa mendengarnya.

Tapi Rosalyn mengabaikan. Ia terus melangkah melewati mereka, namun pandangannya tertuju pada sebuah guci antik tinggi yang berdiri kokoh di sudut ruangan. Guci itu adalah warisan keluarga Collin yang bernilai fantastis.

Rosalyn tersenyum sinis; tanpa peringatan, ia meraih guci itu. Dalam sekejap, ia membanting guci mahal itu ke lantai marmer di tengah-tengah kerumunan.

PRANGG!

Suara pecahan guci itu menggema memecah keheningan, menghentikan tawa riuh Hanna dan teman-temannya seketika.

Serpihan keramik berserakan dimana-mana, memantulkan cahaya lampu gantung yang mewah.

Suasana seketika kacau. Para wanita sosialita menjerit kaget, dan Hanna dan Clara menatap Rosalyn dengan mata terbelalak, syok dengan tindakan yang sama sekali tidak mereka duga.

Rosalyn tidak peduli. Wajahnya tetap datar, tanpa ekspresi, seolah yang ia pecahkan hanyalah segelas air biasa.

"Rosalyn! Apa yang kau lakukan?! Kau sudah gila?!" teriak Hanna dengan suara yang melengking tinggi. Ia tak menyangka menantu yang selama ini diam dan lemah tiba-tiba melakukan hal gila seperti ini.

Tapi Rosalyn tidak menjawab. Ia hanya terus melangkah, melewati pecahan-pecahan guci itu. Berjalan menuju koridor panjang tempat ruang kerja suaminya berada.

Pikirannya yang kalut, tanpa sadar membawa langkahnya menuju ruang kerja William dengan cepat. Tapi sampai di sana, ia hanya diam saat kembali melihat pemandangan menyakitkan itu.

Pintu ruang kerja William sedikit terbuka, dan dari celah itu, terdengar desahan-desahan yang familiar.

Rosalyn berhenti di ambang pintu. Sebuah adegan vulgar terpampang jelas di hadapannya.

William, tengah bercumbu mesra dengan selingkuhannya, Irene Angel, artis papan atas yang karirnya kini sedang merangkak naik.

Sofa berantakan, pakaian berserakan, aroma parfum murahan Irene seketika menusuk hidungnya.

Melihat itu, napas Rosalyn tak bergeming. Wajahnya tetap datar, tanpa ekspresi, seolah yang ia lihat hanyalah dua patung tak bernyawa. Perasaannya terhadap William seolah sudah mati, terkubur di bawah tumpukan kekecewaan dan penindasan selama bertahun-tahun.

"William," panggil Rosalyn dengan suara yang datar, nyaris tanpa emosi. Ia bergerak masuk dengan santai.

Melihat kedatangan Rosalyn, William, dan Irene sontak terlonjak kaget. Mereka tak sempat menyembunyikan apa pun, hanya sebuah baju yang ia tarik asal untuk menutupi tubuh telanjang keduanya.

"K-kamu sudah pulang?" Tanya William dengan kaget, ia tak berpikir pemakaman selesai secepat itu.

"Bagaimana dengan pemakaman ibu?" Tanyanya lagi sambil bergerak bangkit menuju Rosalyn.

Tapi saat ia ingin memegang tangan Rosalyn, tubuh Rosalyn mundur seolah jijik dengan tatapan aneh yang tak pernah ia lihat sebelumnya.

Rosalyn hanya diam sambil menatap dingin William; tatapannya beralih ke belakang, di mana Irene tersenyum kemenangan seolah mengejek dirinya.

"Aku ingin cerai."

Dua kata itu meluncur lugas dari bibirnya; dia menatap William tajam penuh kebencian.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Siapa Sang Kekasih   Bab 52

    Hah...hah...hah Deru napas yang menggebu-gebu menyebar cepat melewati angin malam. Suara langkah kaki yang cepat namun lemah terdengar lirih dikala keheningan menyelimuti malam yang dingin. Hanna terus memaksakan kakinya yang renta untuk terus berlari, detak jantungnya menggila, dan ia bernapas dengan kasar seolah kesulitan meraih oksigen di tengah cuaca malam yang begitu dingin itu. Akhirnya... "Hah... aku bebas hah," ucapnya dengan tersengal-sengal. Sesekali ia menoleh ke belakang hanya untuk memastikan bahwa tidak ada seorang pun yang mengejar dirinya. Tapi meksipun begitu, ia enggan untuk berhenti. Ketakutan akan tertangkap dan diseret paksa kembali ke rumah sakit jiwa memenuhi dadanya; ia sudah susah payah kabur. Tak mungkin ia kembali tertangkap. Selama hampir sebulan ia terkurung di rumah sakit jiwa, dia diam-diam menyusun rencana untuk kabur. Menghafalkan jam ganti perawat, dan waktu istirahat satpam yang cepat, ia akhirnya berhasil berlari dan menyelinap keluar dari pe

  • Siapa Sang Kekasih   Bab 51

    "Nona, ini adalah vitamin yang harus Anda minum sekarang."Rosalyn hanya bergumam lirih tanpa menoleh pada Ren yang kini masuk ke dalam kamarnya. Tatapan matanya mengarah pada langit gelap seolah ada sesuatu yang terus menarik di sana."Udara di luar dingin, Nona, apa Anda tidak ingin masuk?" Ucap Ren dengan hati-hati, khawatir melihat majikannya yang masih asik melamun itu.Apa yang terjadi hari ini pastilah mengguncang majikannya itu, apalagi pelarian mendadaknya yang gagal, dan dia malah ditangkap oleh Sean Harris."Sebentar lagi, istirahatlah, Ren." Ucap Rosalyn tanpa menoleh sedikitpun.Ren hanya bisa mengangguk patuh saat mendengar ucapan Rosalyn. Sebelum berbalik, ia menatap Rosalyn. Sedikit lama, kekhawatiran terpancar dengan jelas di wajahnya."Anda juga harus beristirahat, Nona. Selamat malam." Ucapnya sopan, kemudian berbalik pergi.Sepeninggal Ren, kamar itu kembali hening. Hanya suara angin yang bergesekan dengan daun-daun kering yang memenuhi indra pendengarannya sekaran

  • Siapa Sang Kekasih   Bab 50

    "Rosalyn,"Langkah kaki Rosalyn sontak terhenti saat mendengar suara tegas kakeknya. Kakinya yang sudah menginjak anak tangga pertama sontak berbalik. Rencana melarikan diri ke kamar dan mengunci pintu sontak sirna.Sepeninggal Sean, suasana mansion Hans yang sebelumnya begitu damai berubah menjadi penuh ketegangan. Rosalyn jelas tahu apa penyebabnya, tapi perjuangan melarikan dirinya sia-sia. Ia menggigit bibirnya resah saat kakinya akhirnya sampai kembali pada ruang tamu.Posisi Hans dan Alexander tak berubah sama sekali, hanya saja tatapan mereka semakin dingin. Suasana yang begitu mencekam itu tak terelakkan. Rosalyn hanya bisa duduk di sofa dengan tidak nyaman, seakan sofa empuk itu mempunyai duri tajam yang kini menusuk tubuhnya dengan kejam."Jelaskan ini semua, Rose," ucap Hans dengan tegas sambil menatap Rosalyn dengan lurus, begitu juga dengan Alexander yang kini menatap adiknya itu penuh dengan rasa kebingungan.Rosalyn sontak menunduk, ia memainkan tangannya dengan ragu ka

  • Siapa Sang Kekasih   Bab 49

    Mata Rosalyn membelalak penuh; ia tak pernah menyangka Sean akan mengatakan hal yang tidak masuk akal seperti itu. "Berhenti main-main, Tuan Harris," bisik Rosalyn sambil melotot tajam, tapi ekspresi Sean tak berubah. "Saya serius." Balas Sean dengan tenang. "Sebentar, menikah? Kenapa? Kau benar-benar hamil anak pria ini, Rosalyn?" Tanya Alexander meragukan pendengarannya sendiri. Dia menatap adiknya itu dengan ekspresi rumit. Roslayn tidak mungkin, kan? "Rose?" Panggil kakeknya membuat Rosalyn dilanda perasaan panik. Kata-kata Sean jelas menarik sesuatu yang besar, hampir seperti bencana. Menikah? Tidak mungkin, omong kosong apa yang sedang dibualkan pria menyebalkan itu. "Maaf kek, aku perlu berbicara dengan Sean." Ucap Rosalyn menahan amarahnya sambil menyeret Sean pergi. Beruntung Sean hanya menurut dan mengikuti langkahnya menuju taman depan mansion kakeknya yang luas. "Apa kau begitu ingin berduaan denganku sampai menarikku ke tempat sepi seperti ini?" Goda Sean

  • Siapa Sang Kekasih   Bab 48

    Wajah Sean Harris mengeras, tatapannya membeku, dipenuhi amarah dan ketidakpercayaan setelah mendengar pengakuan Rosalyn. "Ini bukan anakku? Kau tidur dengan pria lain?" Tanyanya tak percaya."Iya kenapa?" Jawab Rosalyn dengan berani. Dia balas menatap tajam Sean, berusaha menyembunyikan jantungnya yang kini berdebar kencang."Hahaha, usaha yang bagus, Rosalyn." Bisik Sean tiba-tiba mendekat dan mencengkram erat lengan Rosalyn."Tapi sayangnya aku tidak percaya kebohonganmu itu." Lanjut Sean sambil tersenyum kejam.Rosalyn menggigit bibirnya kesal."Terserah kau mau percaya atau tidak. Aku sendiri saja tidak tahu siapa ayahnya; yang pasti itu bukan kamu." Ucap Rosalyn sambil memalingkan wajahnya ke samping, menghindari tatapan mata Sean yang seolah bisa membolongi nya."Benarkah?" Gumam Sean mendengus, senyumnya kini kembali licik, tetapi matanya tetap mengkilat dingin. "Kalau begitu, mari kita buktikan. Kita akan melakukan tes DNA untuk membuktikan siapa ayah anak itu."Rosalyn ter

  • Siapa Sang Kekasih   Bab 47

    Sean gila! Pria ini benar-benar gila!Rosalyn hanya bisa meringis malu saat semua orang di bandara melihat ke arah dirinya. Seolah dirinya hanyalah karung besar, Sean dengan mudah berjalan sambil menggendongnya melewati lautan manusia di bandara.Tatapan penuh akan rasa penasaran terus tertuju kepadanya; Rosalyn akhirnya menunduk dan membiarkan rambutnya menutupi wajahnya. Yang bisa ia lihat hanyalah lantai bandara yang terus berganti.Tak lama, ia merasa dilemparkan. Pandangannya yang sebelumnya terbalik sontak normal saat punggungnya menyentuh bantalan empuk sofa mobil.Rosalyn memejamkan matanya saat rasa pusing menyerang dirinya. Seolah aliran darah yang sebelumnya naik di kepala, kini turun drastis, menyebar tak menentu ke keseluruhan tubuhnya.Klik, suara kunci seat belt menyadarkan dirinya. Rosalyn sontak membuka matanya, tapi betapa terkejutnya ia saat melihat mobil sudah melaju dengan cepat keluar dari bandara."Ini adalah penculikan!" Teriak Rosalyn dengan marah sambil menat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status