Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 15 : POV Juragan Yahya (2)“Diyya, kamu sudah tidur, Sayang,” bisikku di telinganya dengan tangan yang sudah jalan-jalan ke mana-mana.“Eh!” Diyya langsung bangun dan menatapku takut.Aku pasang senyum manis, rasanya sudah tak Sabar untuk segera menggarapnya.“Ju—juragan ... ma—mau ... a—apa?” tanyanya tergagap.“Ah, jangan pura-pura tak tahu, Sayang! Ini malam pengantin kita, apa kamu lupa?!” Aku menyunggingkan senyum.Dia memundurkan tubuhnya tapi aku segera meraih tangannya dengan cepat.“Ja-jangan ... Juragan!” Wajahnya memucat.“Ayolah? Aku sudah tak sabar!” ujarku dengan tak dapat menahan gejolak yang sudah naik ke ubun-ubun.“Jangan sekarang, Juragan, saya sedang hami!” bantahnya dengan wajah memohon, pucat pasi.“Kalau bukan sekarang, lalu kapan lagi? Kalau nungguin kamu sampai habis lahiran, itu sih kelamaan, aku nggak akan kuat!” ujarku dengan mencium tangannya.“Ta—tapi – “ Belum selesai ucapannya, gadis kecil dengan perut membuncit itu su
Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 16 : Rumah Sakit"Mas, Sandiyya masuk rumah sakit. Mas temani Endang ke sana, ya," pintaku sambil melipat sajadah dan membuka mukena."Udah lahiran muridmu itu, Dek?" tanyanya sinis sambil membuka sarung dan melipatnya."Diyya mengalami pendarahan, Mas. Tadi Suryati yang mengabari Endang. Kita ke sana ya, Mas!" bujukku lagi."Ah, kamu ini ... selalu saja sibuk mengurusi masalah orang lain. Kamu ini gak cocok jadi guru, Dek. Pindah saja kerja di dinas sosial atau juga jadi relawan!" omelnya lagi sambil memakai kemeja.Aku hanya manyun, mendengarkan ceramah pagi dari Si Brewok. Heran, lelaki yang satu ini suka sekali mengomel. Aku hanya ingin berbuat kebaikan dengan sesama ciptaan Allah. Bukankah kita wajib tolong-menolong jika ada yang kesusahan dan memerlukan bantuan? Apalagi Sandiyya itu muridku.Kuurungkan niat untuk segera pergi ke rumah sakit, melihat gelagat Mas Bilal yang tidak bersahabat. Kusiapkan sarapan untuknya, seperti hari biasa. Kami sa
Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 17 : Ponsel Mata TigaBeberapa hari kemudian, keadaan Sandiyya sudah semakin membaik. Janin yang ada di dalam kandungannya juga baik-baik saja. Aku bernapas lega setelah mendengar penuturan dari dokter."Sandiyya akan ikut pulang ke rumahku!" ucap Juragan Yahya nyaring.Suryati terlihat memohon, keduanya terlibat pembicaraan serius. Ingin rasanya menengahi, namun teringat pesan Mas Brewok. Kuurungkan niat itu. Apalagi dia sudah memberi ultimatum untuk tak mengajak Sandiyya ke rumah lagi. Semalaman aku sudah merayu untuk memperbolehkan mengajak Diyya tinggal di rumah sampai ia melahirkan nanti. Namun, Mas Bilal tetap tidak mengizinkan hal itu.Tiba-tiba, Juragan Yahya menarik tangan Sandiyya menuju mobilnya. Suryati hanya menangis dan tak berani melarangnya. Hem, aku tak bisa tinggal diam kalau begini."Pak Yahya, jangan berlaku kasar pada Sandiyya! Dia sedang mengandung," ujarku sambil berdiri di hadapannya."Hey, kamu Ibu guru sok pahlawan, jangan i
Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 18 : Ancaman Mas BrewokHari terus berlalu. Tanpa terasa kandungan Sandiyya sudah masuk usia 9 bulan. Tubuh kecil itu semakin kesusahan untuk bergerak dengan perut yang sudah sangat besar.Juragan Yahya masih mengunjunginya sekali-sekali, begitu menurut laporan dari Suryati. Aku tak bisa juga bersikeras untuk melarangnya menemui Diyya, sebab muridku itu memang sudah berstatus istrinya.Malam ini, aku dan Mas Bilal tidur agak awal karena dia pulangnya sore dan larut seperti biasanya. Sayup-sayup terdengar getaran ponsel dari atas nakas dan aku langsung menggapainya walau dengan mata setengah terpejam."Halo, Assalammualaiku," ujarku dengan tanpa melihat siapa yang meneleponku sekarang."Bu Endang, bisa tolong antar Diyya ke rumah sakit?" Suara Sandiyya terdengar dari ujung telepon."Iya, Nak, bisa. Diyya udah mau lahiran?" Mataku langsung terbuka lebar."Sepertinya iya, Bu." Nada suaranya terdengar lemah, ia seperti sedang menahan rasa sakit."Ya suda
Siapa yang Menghamili MuridkuBab 19 : LahiranSandiyya sudah berbaring di kamar rawat. Kini perutnya tak lagi buncit, wajah pucat dengan mata terpejam."Diyya .... " panggilku sambil menggenggam tangannya. "Maafkan Bu Endang tak bisa datang tadi malam," sambungku.Diyya membalas genggaman tanganku lalu membuka sedikit mata dan berkata, "Gak apa-apa, Bu.""Cepat pulih ya, Nak! Bayi kamu laki-laki. Bu Endang mau lihat dia dulu, ya!" ujarku dengan menyeka air mata yang tak mau berhenti untuk terus berjatuhan saat melihat Sandiyya.Sandiyya hanya mengangguk lalu memejamkan mata kembali, kondisinya begitu lemah. Setelah pamit dengan Suryati, aku langsung bergegas menuju ruang bayi.Sosok mungil itu terbaring dalam inkubator. Segera kutanyai perawat, apa yang terjadi hingga ia harus berada di situ?"Bayi Nyonya Sandiyya beratnya tidak normal, maka dengan itu ia harus masuk inkubator dulu.""Memang beratnya berapa, Sus?""Hanya 2 kilo, Bu."Ya tuhan, kecil sekali bayinya. Kasihan, air matak
Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 20 : Ponsel yang TertukarHal yang pertama kulakukan adalah membuka aplikasi WhatsApp, kemudian menelusuri chat-annya. Tak ada yang aneh, hanya ada pesan dariku dan Juragan Yahya saja. Hem, Diyya juga tak memiliki grup. Kemudian lanjut ke galery foto, barangkali ada foto Si Om. Kubuka satu persatu, ada banyak foto Sandiyya bersama teman-temannya dengan berbagai fose. Penampilannya di situ tak tampak seperti anak SMP lagi, gaya berpakaiannya sungguh mentereng dan dewasa. Aku tak menyangka kelakuan muridku ini di luar sekolah sungguh berbeda dan liar.Kutarik napas sejenak, lalu melanjutkan membuka foto-foto tersebut. Ada satu foto yang menarik perhatianku, yaitu foto Sandiyya bersama tiga orang temannya juga seorang pria yang wajahnya dikasih stiker. Tubuhnya tinggi tegap dengan kemeja warna biru garis-garis serta jam tangan warna hitam dengan merk terkenal. Apa mungkin dia ayah si baby mungil? Tapi mereka tak berpose mesra, malah berfoto ramai-ramai.
Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 21 : Telepon MisteriusSemoga Sandiyya tidak tahu kalau ponselnya sudah kugeledah. Oh iya, iseng-iseng, kutekan nomor ponsel Mas Bilal. Bukannya su'udzon, Mas, aku hanya ingin memastikan ketakutan Sandiyya padamu tak beralasan.Kuhembuskan napas lega dan langsung mengakhiri panggilan kala tak ada nama suamiku di layar ponselnya. Kembali kuamati foto yang tadi, fostur prianya mirip dengan Mas Bilal, sama-sama tinggi berisi dan berkulit gelap. Oh, Ya Tuhan, ini gak mungkin suamiku! Gak mungkin dia bergaul sama cabe-cabean begini. Kubuang jauh-jauh pikiran itu, buktinya tak ada nomor Mas Brewok di ponsel Diyya. Fix, Mas Bilal tak tahu apa-apa. Mulai sekarang berhenti berprasangka buruk padanya.***Pukul 06.15, aku sudah memacu motor matic kesayanganku menuju rumah sakit untuk menukar ponsel dengan Sandiyya. Sesampainya di sana, terlihat Juragan Yahya sedang duduk di samping tempat tidur Diyya. Hhmm ... Apa bandot tua itu tidur di sini tadi malam? Sok p
Siapa yang Menghamili MuridkuBab 22 : Pilihan SulitTanpa menunggu lagi, aku langsung bergegas menuju Hotel Cendana. Rasa penasaran ini begitu menggebu, membuatku tak sabar ingin melihat otak di balik hamilnya murid kebangganku itu. Murid yang kuharapkan bisa menyonsong masa depan yang cerah.Beberapa saat kemudian, aku sudah berada di tempat tujuan. Berdiri di depan kamar 103 dengan jantung berdebar kencang.Pintu terbuka begitu saja, aku celingukan dan tanpa sadar telah menginjakan kaki di dalam ruangan yang dicat serba putih itu.Pintu kamar tertutup dengan keras, membuat jantungku hampir copot. Aku berlari menuju pintu dan menarik gagangnya."Mau ke mana Bu Endang?" tanya seorang pria berkemaja biru garis-garis dengan memakai topeng stiker, persis dengan yang di foto.Aku ketakutan, dan mencari sosok Sandiyya yang katanya ada di sini. Namun, kemudian muncul empat pria lagi yang tampilannya sama dengan pria yang pertama. Kini ada lima pria dengan postur, pakaian dan topeng yang sa