Beranda / Romansa / Siasat Cinta Big Bos / Galau Bercampur Kesal

Share

Galau Bercampur Kesal

last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-16 09:31:50

Jayadi sampai di mulut gang. Ia berpikir sejenak dan memutuskan untuk mencari kafe. Ia ingin menenangkan pikirannya.

"Albert, kamu dimana?" Ia menelpon Albert sahabatnya sesaat setelah menghidupkan mobil.

"Lagi di rumah. Kenapa?"

"Temani minum yuk, kita ketemu di tempat biasa ya."

"Oke. Aku mandi dulu, terus menyusulmu ke sana ya."

"Oke. Sampai ketemu di sana."

"Sip deh." Albert menutup telepon dan bergegas mandi. Ratih istri Albert tengah asyik bermain dan melatih putranya berjalan. "Sayang, aku pergi menemani Jayadi ya. Lagi galau tuh kelihatannya manusia satu itu, haha."

"Iya, sayang. Hibur tuh sahabat tersayangmu, haha." Ratih menanggapi suaminya dengan tertawa juga. Albert bergegas pergi menuju kafe tempat dia dan Jayadi janjian. Saat Albert sampai, Jayadi sedang minum sendirian.

"Sori bro, agak macet."

"Uh, sudah satu jam aku di sini." Jayadi meneguk minuman yang ia tuang dari botol ke gelas kaca.

"Gimana lagi bro, macet." Albert tersenyum. "Ya namanya j
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Siasat Cinta Big Bos    Lisa Pilihan Mamaku

    "Hari ini, Lisa mau datang ke rumah, Pa." Bu Sudarmaji mengatakan itu pada Pak Sudarmaji yang sedang tiduran di kasur. Pak Sudarmaji membaca berita-berita di layar handphonennya. "Oh, iya Ma. Bagus deh. Dia belum balik ke Amerika?" "Belum, lagian dia akan lebih banyak di Indonesia. Dia kan lagi sedang penelitian untuk tugas akhir kuliahnya." Bu Sudarmaji memakai kosmetik di depan cermin besar di kamarnya. "Oo, gitu toh." "Iya, Pa. Nanti siang dia mau nemenin Mama ke tempat Mbak Aliya. Aku sama Lisa mau lihat cucu Mbak Aliya yang baru lahir kemarin. Itu tu Pa, anaknya Zaky putranya Mbak Aliya. Papa kan tahu Zaky kan?" "Tahu dong, kan udah sering ketemu. Oh, udah melahirkan istrinya Zaky ya." "Udah, Pa. Kemaren pagi melahirkannya kata Mbak Aliya. Saya dan Lisa di supermarket dulu beli kado." "Ya titip salam buat Mbak Aliya dan Mas Sartono." "Ya, nanti kusampaikan." Suara Lisa sudah terdengar masuk ke dalam rumah. "Bu, Non Lisanya sudah datang." Terdengar suara Bik S

  • Siasat Cinta Big Bos    Cleaning Service Baru

    Pagi-pagi Natasya sudah datang ke kantor. Ia telah berpakaian warna abu-abu seragam cleaning service di perusahaan milik Jayadi. Ia mulai menyapu dan mengepel di area lantai dua dan tiga gedung itu. Lena telah berpesan pada Bu Niar koordinator cleaning service agar menempatkan Natasya di lantai dua dan tiga. Lena dan Wika telah mengkaji itu, agar Natasya jarang bertemu dengan Jayadi. Biasanya Jayadi dari lobi langsung naik lift ke lantai sepuluh tempat ruangan kerjanya berada. "Hai!" Wika menyapa Natasya saat dia mau masuk ruangan kerjanya. Ruangan Wika bersama beberapa staf lainnya berada di lantai tiga. "Hai juga!" Natasya tersenyum pada Wika. "Terimakasih atas bantuannya." "Sama-sama," jawab Wika sambil tersenyum. Wika merasa lega telah membantu meringankan beban Natasya. Terlihat Natasya cukup pandai menempatkan diri. Dia lebih suka banyak bekerja dan menghindari ngobrol dengan orang-orang. Wika memang diperintahkan Bu Lena untuk mengawasi dan menjaga Natasya. "Ingat tak

  • Siasat Cinta Big Bos    Ujian Berat Jayadi

    Wika memutuskan bicara dengan Lena setelah bertemu Natasya. Ia minta bertemu Lena malam hari di sebuah kafe. Keduanya langsung berangkat dari kantor. Kebetulan tadi mereka juga lagi banyak kerjaan, jadi pulangnya sudah hampir magrib. Sebagian karyawan ada yang juga harus lembur untuk penyelesaian laporan sebuah proyek di daerah Kalimantan. "Kamu minum, apa?" "Saya minuman yang ini Bu." Wika menunjuk daftar menu yang ada. "Aku minum ini saja deh. Makanannya? Kalau aku, kwetiau, terus ini. Dan juga ini." Lena menulis beberapa daftar makanan di kertas pemesan. "Saya ini saja, dan ini, Bu." Giliran Wika mencatat pesanan makanan untuknya. Wika memberikan kertas daftar pesanan makanan mereka pada pelayanan restoran yang berdiri menunggu. "Apa yang ingin kamu sampaikan? " "Soal Natasya, Bu. Kemaren saya bertemu dengannya." "Ya, ada apa dengan dia?" "Saya kasihan melihatnya, Bu. Ia minta bantuan saya untuk carikan pekerjaan." "Terus gimana?" "Ya saya kan bingung Bu. Saya

  • Siasat Cinta Big Bos    Misi Rahasia Gunadi Bag 2

    "Nela kita harus cari pekerjaan lain untuk membantu ibu." Natasya berbicara dengan Nela saat mereka tinggal berdua di rumah. Bu Masna menemani Pak Dudid yang kini harus rawat inap di rumah sakit. Pak Dudid kemaren tiba-tiba pingsan setelah batuk-batuk tiada henti. "Kerja apa kak?" "Ya apa saja yang bisa kita kerjakan. Penting bisa menghasilkan uang. Keuangan ibu benar-benar menipis. Apalagi beberapa kali ibu harus mengeluarkan biaya untuk keperluan pengobatan Bapak. Belum lagi kebutuhan harian kita untuk makan." "Terus, kita mau kerja apa?" Nela yang masih muda menyikapi Natasya dengan polos. Seperti Natasya, Nela hanya mengerti membantu ibunya jualan mie ayam. Natasya terdiam mendengar perkataan adiknya. Tiba-tiba dia teringat Jayadi. Ia ingat janji Jayadi memberinya pekerjaan. Tapi kini situasi sudah berbeda. Ia telah terluka terlalu dalam. Ia tak mungkin lagi bertemu Jayadi. Bu Sudarmaji pasti akan lebih menghina dan merendahkannya. Ia telah bersumpah mengakhiri hubungan

  • Siasat Cinta Big Bos    Misi Rahasia Gunadi

    "Lena, bisa ke ruangan saya lagi!" Jayadi memanggil Lena lewat telepon. Baru sekitar sepuluh menit yang lalu Lena keluar dari ruangan Jayadi. "Baik, Pak." Lena bergegas menuju ruangan Jayadi kembali. Kira-kira soal apa ya, apa ada yang lupa dibahas dalam rapat tadi, pikir Lena. Lena duduk di hadapan Jayadi sambil menunggu apa yang akan disampaikan Jayadi. Sudah dua menit Lena duduk bengong di hadapan Jayadi, dia malah sibuk dengan handphonenya. "Eh, itu. Kok Bu Masna nggak buka warung hari ini ya?" Jayadi serupa orang berbisik dan menggosip pada Lena. "Oh itu, Pak." Lena tersenyum pada Jayadi. "Saya pikir ada yang lupa kita bahas dalam rapat tadi, hehe." Lena tertawa. "Ini juga penting loh, hehe." Giliran Jayadi yang tertawa. "Iya, Pak. Paham, hehe." Mereka saling tertawa. Lena sudah paham isi hati Jayadi. " Eh, Pak, waktu saya antar kue bikinan saya dan mertua ke rumah Bapak dua minggu yang lalu, Bu Sudarmaji nanyain saya, Pak." "Oh, nanya apaan, Mama saya?" Jayadi penasara

  • Siasat Cinta Big Bos    Warung Mie Ayam Bu Masna Kok Tutup

    Jayadi sampai di kantor dengan mata sedikit mengantuk. Lena telah menunggunya di depan pintu ruangan kerja Jayadi. "Pagi Pak." Lena menyapa dan langsung membukakan pintu ruangan Jayadi. "Pagi. Jadi kita meeting siang ini?" Jayadi memastikan lagi pada Lena rencana rapat nanti siang. "Jadi Pak. Semua sudah dikasih tahu." "Oke, persiapkan segala sesuatunya. Apa ada kendala dengan rekanan dan mitra kita?" Jayadi coba menggali sedikit informasi dari Lena. "Sejauh ini belum ada kendala berarti Pak. Paling ada beberapa kendala teknis yang masih bisa diatasi." "Oke nanti siang kita bahas semuanya." "Baik, Pak." Lena hendak melangkah ke luar ruangan kerja Jayadi. "Lena!" Lena memutar langkahnya kembali dan menghadap pada Jayadi. "Ya, Pak." "Suruh Dina buatkan saya kopi seperti biasa." Jayadi duduk di kursi eksekutif sambil menyandarkan tubuh dan kepalanya. "Baik, Pak." "Agak lebih kental kopinya ya." "Baik, Pak." Lena segera bergegas ke luar ruangan. Ia melihat Wika t

  • Siasat Cinta Big Bos    Ciuman dalam Gelap

    Lisa memegang tangan Jayadi saat masuk dalam gedung bioskop. Kini Jayadi pasrah dan menyerah saja. Ya mau apalagi, di keramaian begini juga, batin Jayadi. Jayadi sebenarnya juga tak terlalu risih. Sepintas orang pasti menyangka bahwa dia dan Lisa pasangan kekasih. Bahkan mungkin mereka menduga pasangan suami istri. Ya pasangan suami istri yang serasi. Mungkin inilah sangkaan orang-orang di bioskop ini. Barangkali ada yang merasa iri dan kagum. Jayadi hanya tersenyum saat Lisa menggandengnya dengan mesra. Bahkan kepala Lisa sedikit agak disandarkan pada bahu Jayadi. "Kenapa cengengesan sih," bisik Lisa pada Jayadi. "Uh dasar mengejekku ya." Lisa mencubit lengan Jayadi. "Duh, sakit tau." Suara protes Jayadi tertahan karena takut jadi pusat perhatian. Lisa merasa lucu dengan tingkah Jayadi. Ia senang melihat muka kesal Jayadi. Ia malah menambah kemesraan sikapnya pada Jayadi. Mereka duduk di bangku posisi tengah dan agak kepinggir. Lisa menarik lengan Jayadi dan mencari nomor kursi

  • Siasat Cinta Big Bos    Nonton Yuk!

    "Nonton yuk!" Lisa tiba-tiba punya agenda tambahan. Usai kawan-kawannya bubar, saat malam menjelang, Lisa malah ajak Jayadi nonton film. "Loh kitakan belum mandi dan ganti pakaian nih. Bau dong."Jayadi coba menolak secara halus ajakan Lisa. "Nggak usah mandi. Filmnya bagus loh. Film baru produksi Hollywood." Lisa coba meyakinkan Jayadi. "Tapi, tapi, aduh gimana ya. Masa kita nggak pulang dulu." "Tak apa, nggak usah pulang. Mau ya, ya, mau ya." Lisa merengek manja. Dia mulai leluasa berpegangan pada tangan Jayadi. Sialan nih cewek, udah mulai kelihatan manja dan ngeyel, umpat Jayadi dalam hati. "Aduh, gimana ya." Jayadi bimbang. Lagian Jayadi sudah lama meninggalkan kebiasaan nonton film. Itu hanya dulu waktu masih kuliah. Itupun kalau diajak Albert dan kawan-kawan kuliahnya yang lain "Filmnya bagus loh, aku kan penasaran gitu." "Uh, dasar," gerutu Jayadi. "Eem, gitu dong, asyik dikit jadi orang. Sesekali keluar dari kebiasaan dan aturan. Biar hidup tak membosankan."

  • Siasat Cinta Big Bos    Nikmati Permainan Lisa

    "Hai! Apa kabar?" Lisa merasa sangat senang bertemu dua orang kawan kuliahnya dulu. "Kabar baik say. Kenalkan Marlo suamiku." Rindi salah seorang di antara dua sahabat Lisa mengenalkan suaminya. "Hai!" Lisa menyalami Marlo diikuti Jayadi. "Jayadi." Jayadi menyebutkan namanya pada teman-teman Lisa dan pasangan mereka yang telah menunggu di kafe ini sejak satu jam yang lalu "Kenalkan ini Reinald." Susi mengenalkan tunangannya. Lisa dan Jayadi menyalami Reinald. "Gantengnya," bisik Rindi pada Susi sambil melirik Jayadi. "Ya cocok sekali dengan Nona Amrik ini." Susi berkata sambil mengedipkan mata menggoda Lisa. "Kapan menikahnya?" Rindi kembali nyeletuk."Jangan lama-lama loh. Nanti keburu basi." "Emang makanan," balas Lisa sambil tertawa ngakak. Jayadi hanya senyum-senyum dikulum. Ah, gue nikmati saja permainan sandiwara Lisa ini, hitung-hitung buat hiburan, batin Jayadi. Menyenangkan hati Lisa kan nggak ada salahnya, pikir Jayadi. Jayadi asyik dengan kelucuan di pikiran

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status