Home / Romansa / Siasat Cinta Big Bos / Orang Tua Tak Restui Cinta Big Bos

Share

Orang Tua Tak Restui Cinta Big Bos

last update Last Updated: 2025-05-05 05:26:27

Natasya duduk terdiam seperti patung di kursi tamu rumah Pak Sudarmaji. Gadis itu ingin menangis tapi dia simpan dalam hati. Masih terbayang sikap sinis dan ketus Bu Sudarmaji padanya beberapa menit yang lalu.

"O, ini orangnya? Saya sudah tahu dari staf kantor Jayadi." Usai mengatakan itu, Bu Sudarmaji masuk ke kamar dan tak keluar lagi.

Natasya jadi serba salah. Jayadi belum juga kembali dari menemani pak Sudarmaji cek kesehatan ke dokter langganannya. Untung saja Bik Suminah pembantu di rumah Jayadi orangnya ramah.

"Diminum airnya nak, Natasya." Bik Suminah berasal dari keluarga miskin yang tinggal di desa terpencil. Ia bisa merasakan perasaan Natasya yang diperlakukan dengan ketus oleh Bu Sudarmaji.

"Iya Bu." Serasa tercekat tenggorokan Natasya saat meminum air putih dari gelas yang barusan diletakan Bik Suminah. Bik Suminah mencoba duduk sebentar di kursi tamu menemani Natasya. Ia hanya tersenyum pada Natasya sebagai isyarat agar Natasya bersabar. Mata Natasya berkaca-kaca. Ia tak mengerti harus bersikap seperti apa. "Bu, saya pamit saja. Tolong bilangin sama Pak Jayadi."

Harga diri Natasya terasa terluka. Ia merasa memang tidak pantas berada di rumah besar ini. Jayadi adalah orang kaya, anak dari keluarga kaya. Natasya hanya anak seorang penjual mie ayam. Tinggal di Jakarta hanya di rumah kontrakan sederhana. Gadis miskin yang cuma tamat SMP. Jayadi selain kaya raya juga telah berpendidikan S2.

"Nggak menunggu Den Jayadi pulang Nak?" kata Bik Suminah. Hati Bik Suminah jadi ikut sedih melihat gadis itu.

"Nggak usah Bu. Saya izin pamit saja." Natasya segera berdiri dan melangkah ke luar rumah. Dengan perasaan serba salah dan rasa iba Bik Suminah mengikuti dan mengantar Natasya ke halaman rumah. Pak Mardi salah seorang pekerja dan sekaligus sopir di rumah Pak Sudarmaji mencoba tersenyum pada Natasya. Bik Suminah mengedipkan mata pada Pak Mardi memberi isyarat. Pak Mardi paham maksud Bik Suminah.

Ojek online yang dipesan Natasya sudah sampai di depan gerbang rumah Pak Sudarmaji. Natasya menyalami dan mencium tangan Bik Suminah untuk pamit. Bik Suminah hanya geleng-geleng kepala dan merasa kasihan melihat gadis itu. Saat berpapasan dengan Pak Mardi, Bik Suminah menceritakan tentang peristiwa yang terjadi hingga Natasya tiba-tiba ingin pergi tanpa menunggu Jayadi kembali.

"Kasihan ya anak itu." Pak Mardi ikut berempati dengan Natasya.

"Iya, kasihan. Anaknya cukup baik kok, cantik juga," kata Bik Suminah sambil geleng-geleng. "Tapi itulah nampaknya Bu Sudarmaji kurang berkenan dengan latar belakang keluarganya yang miskin dan gadis itu juga cuma tamat SMP." Bik Suminah jadi bersemangat menceritakan tentang Natasya pada Pak Mardi

"Ya, ya, aku mengerti." Pak Mardi manggut-manggut.

Saat meninggalkan rumah keluarga Sudarmaji, Natasya bertekad dalam hatinya tak akan pernah lagi memasuki rumah itu. Harga dirinya telah terluka. Ia menyesali telah mencoba membiarkan dirinya hanyut sejauh ini. Mengapa ia tergoda mengikuti permainan yang diciptakan Jayadi. Kini saat dia mulai merasa nyaman dan jatuh cinta pada Jayadi, ia hanya merasakan kepedihan. Dasar gadis miskin tak tahu diri, batinnya. Pikiran Natasya melayang-layang walau tubuhnya ada di atas motor ojek online. Dadanya terasa sesak dan matanya kembali berkaca-kaca di balik kaca helem yang dipakainya.

***

Siang tadi saat Jayadi makan di sebuah restoran bersama Natasya tiba-tiba Bu Sudarmaji menelpon Jayadi. "Kamu bisa pulang ke rumah? Dada Papamu sakit seperti dua minggu yang lalu."

"Baik Ma, aku segera pulang." Jayadi menyelesaikan makannya. "Kamu ikut ke rumah ya, bisa jadi aku ke rumah sakit atau ke klinik menemani Papa." Jayadi memegang tangan Natasya. "Sekalian aku memperkenalkanmu pada mama."

"Tapi, Tapi, apa mamamu tidak kaget tiba-tiba melihatku datang ke rumah bersamamu. Aku juga belum siap bertemu kedua orang tuamu." Natasya kurang yakin dengan keberanian dirinya untuk bertemu orang tua Jayadi. Apalagi Jayadi juga telah sering menceritakan tabiat Bu Sudarmaji. Natasya kehilangan kepercayaan diri dan merasa tak sanggup bertemu dengan keluarga Jayadi yang kaya raya.

"Udah tak apa, aku yang akan bertanggung jawab kalau Mama memarahi atau tidak menerimamu." Jayadi coba meyakinkan Natasya agar bersikap santai saja menghadapi kedua orang tuanya.

"Kamu bisa ngomong begitu, aku yang belum siap. Kamu bisa mengerti nggak perasaanku?"

"Iya, aku mengerti. Kita hadapi bersama apapun sikap orang tuaku. Kamu harus percaya padaku." Jayadi terus berusaha meyakinkan Natasya. Natasya bisa memahami sikap Jayadi yang sedang dilanda kasmaran pada dirinya. Bu Sudarmaji dan Pak Sudarmaji tentu akan berpikir berbeda dengan putranya yang sedang dimabuk asmara. Kebanyakan orang tua mengharapkan anaknya berjodoh dengan orang yang sepadan. Orang tua akan bangga dengan calon menantu atau pasangan anaknya yang satu level dan sebanding dengan status sosial mereka. Pikiran itu menghantui Natasya. Membuat dia serba salah untuk bertemu kedua orang tua Jayadi. Apalagi pertemuan ini tiba-tiba dan dalam situasi yang kurang nyaman bagi Natasya. Saat inipun Jayadi harus mengurus papanya yang lagi sakit.

"Udah ah, jangan kebanyakan mikir!" Jayadi segera menarik lengan Natasya. Mereka bergegas menuju parkiran mobil. Saat dalam perjalanan pulang ke rumah Jayadi, perasaan Natasya sungguh-sungguh tak menentu. Ia sangat khawatir kalau-kalau Bu Sudarmaji tidak bisa menerima kehadirannya. Apalagi Jayadi bermaksud memperkenalkan Natasya untuk calon menantu keluarga Sudarmaji.

Pak Kosim membuka gerbang saat Jayadi dan Natasya sampai. Jayadi bergegas keluar dari mobil dan segera berlari ke dalam rumah. Ia menuju kamar dan segera memapah Pak Sudarmaji. "Gimana Pa?" tanya Jayadi pada Pak Sudarmaji dengan cemas.

"Sedikit pusing," jawab Pak Sudarmaji. Saat ini umur Pak Sudarmaji sudah enam puluh delapan tahun. Pak Sudarmaji sendiri dulunya dua kali menikah. Istri pertamanya meninggal dunia karena sakit dan tak punya anak. Pada umur tiga puluh lima tahun dia menikahi seorang perempuan bernama Marlina. Pernikahan yang kedua inilah pak Sudarmaji dikaruniai dua orang putera, Jayadi Sudarmaji dan Jefri Rahmat Sudarmaji.

"Ayo Pa, pelan-pelan saja," kata Bu Sudarmaji ikut membantu suaminya berjalan.

"Ma, aku tadi bersama Natasya, kebetulan lagi makan siang, aku mengajaknya ke sini." Jayadi coba menjelaskan soal Natasya yang ikut bersamanya. Bu Sudarmaji tak merespon pembicaraan Jayadi. Ia telah mendengar cerita tentang Natasya dari orang kantor Jayadi. Bu Sudarmaji kurang berkenan hubungan Jayadi dan Natasya.

"Cari yang sepadan kek." Itu pernah dikatakan Bu Sudarmaji pada Lena saat Lena berkunjung ke rumah keluarga Sudarmaji. Albert yang juga pernah berusaha meyakinkan Bu Sudarmaji soal Natasya gadis yang baik juga tidak berhasil membujuk Bu Sudarmaji. Bu Sudarmaji ikut membantu suaminya berjalan seolah tak mau memandang Natasya yang duduk serba salah di kursi ruang tamu. Natasya coba berdiri dan menyapa Pak Sudarmaji dan Bu Sudarmaji. Keduanya tak memberi respon pada Natasya.

Pak Sudarmaji sudah naik ke mobil Jayadi.

"Pak Kosim yang bawa mobil ya," kata Jayadi pada Pak Kosim. "Titip Natasya, Ma," kata Jayadi pada Bu Sudarmaji. Bu Sudarmaji tak merespon perkataan Jayadi. Pak Kosim menyetir mobil, sedang Jayadi duduk di bangku belakang. Jayadi memandangi Pak Sudarmaji dengan cemas. Mobil keluar dari gerbang rumah menuju klinik dan tempat dokter Bahtiar praktek. Dokter Bahtiar adalah dokter langganan keluarga Sudarmaji sejak dulu.

Natasya hanya berdiri bengong di ruang tamu rumah besar itu. Ia coba duduk dan berusaha untuk tenang. Saat Bu Sudarmaji masuk ke dalam rumah dan melewati ruang tamu, saat itulah hati Natasya seperti tersayat kata-kata Bu Sudarmaji. Akhirnya apa yang dikhawatirkan Natasya benar-benar terjadi. Bu Sudarmaji tidak berkenan dengan kehadiran Natasya di rumahnya. Melihat Natasya saja Bu Sudarmaji tidak mau apalagi akan menerima Natasya jadi menantu.

Aku harus mengakhiri semua ini, batin Natasya saat dia masih di atas motor ojek online menuju rumahnya. Hari itu Bu Masna tak jualan. Bu Masna memutuskan untuk istirahat jualan mie ayam. Kebetulan dia dan Nela putrinya juga habis mengantar suaminya pergi ke dokter. Natasya sampai di rumah dan dia langsung masuk kamar. Kamar Natasya satu berdua dengan Nela. Maklum rumah kontrakan mereka hanya memiliki dua buah kamar. Itupun susah payah Bu Masna mengumpulkan uang untuk membayar kontrakan setiap tahunnya. Nela sibuk dengan handphone saat Natasya masuk kamar dan langsung membenamkan mukanya pada bantal. Nela mengerti, Natasya sedang sedih dan dia tak mau mengganggu kakaknya itu. Tiba-tiba Isak tangis Natasya pecah namun dia coba menahan suara tangisnya. Ia terus membenamkan wajahnya pada bantal.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Siasat Cinta Big Bos    Desa Wisata Pantai (Bag 2)

    Jayadi hanya mendengar pembicaraan Lisa, Meri, Kepala Desa dan Pak Asep. Ia malah teringat Natasya. Jayadi sedang melamun saat bersama dengan Natasya di sebuah kamar hotel. Hampir saja waktu itu dia dan Natasya kehilangan kendali. Gairah Jayadi betul-betul hampir tak tertahankan. Untung saja Natasya punya benteng pertahanan yang kuat. Ya, hampir kebobolan, itulah situasinya. Natasya dengan lembut menenangkan gejolak seksual Jayadi. Dia mengelus-elus rambut Jayadi seperti anak kecil. Natasya mengajak Jayadi pergi jalan-jalan. Akhirnya Jayadi tidak jadi ikut menginap di hotel itu. Bayangkan kalau kebobolan dan Natasya hamil. Bisa heboh Mamanya dan keluarga besar Sudarmaji. Sejagat raya pun bisa heboh. "Hai, bengong saja, kita pergi ke cottage dan istirahat." Lisa menyadarkan Jayadi dari lamunannya. Lisa memegang tangan Jayadi seakan membimbing anaknya kembali ke mobil."Iya deh, Pak. Sampai jumpa besok pagi." Meri mengakhiri pertemuan awal mereka dengan kepala desa jelang senja itu. I

  • Siasat Cinta Big Bos    Desa Wisata Pantai (Bag 1)

    "Nah kita sudah hampir sampai, Mbak. Paling sekitar beberapa menit lagi sampai" Pak Asep menunjuk arah desa yang akan mereka tuju. Sebuah desa di pinggir pantai. Mereka telah melewati beberapa desa nelayan dan kini mereka lebih banyak melihat pemandangan berupa pohon kelapa, semak belukar dan pohon-pohon bakau di pinggir pantai. Nampaknya desa yang mereka tuju agak terisolir letaknya. Lisa samar-samar mendengar suara Pak Asep karena mulai terbangun dari tidurnya. "Oh iya ya?" Lisa menanggapi Pak Asep. Meri dan Lisa memandangi pemandangan pantai yang masih banyak ditumbuhi pohon kelapa. "Kamu belum pernah ke seni Mer?" "Belum," jawab Meri sambil celingak-celinguk memperhatikan pemandangan sepanjang jalan."Ah, percuma saja kamu kuliah di Bandung. Anak pencinta alam lagi," kata Lisa dengan nada mengejek."Anak Mapala lebih banyak ke gunung tau!" Meri membalas ejekan Lisa dengan nada singit."Sekitar tiga kilo lagi kita sampai di desa itu," terang Pak Asep pada Lisa dan Meri."Pangeranm

  • Siasat Cinta Big Bos    Persengkokolan Lisa dan Bu Sudarmaji

    Jayadi merasa dijebak oleh mamanya sendiri. Ia harus menemani Lisa mencari data untuk penelitiannya di desa di daerah Jawa Barat. Masih terngiang di pikiran Jayadi, kemaren mamanya ngotot memaksa Jayadi yang menemani Lisa cari data untuk penelitian tugas akhirnya. Lisa sudah tahu tempat yang akan dikunjunginya, sebuah desa wisata pinggir pantai. Ia ingin mencari data tentang kehidupan sosial masyarakat di sana. "Mulai besok kan libur panjang tu. Hari Senin dan Selasa tanggal merah. Kamu temani Lisa cari data penelitiannya ke desa." "Tapi Ma, ada hal yang harus saya kerjakan walaupun tanggal merah." "Udah, hari Selasa malam kan udah sampai lagi di sini. Rabu saja dikerjakan." Dengan perasaan gondok, Jayadi terpaksa melaksanakan perintah Bu Sudarmaji. *** Lisa memandang Jayadi dengan senyum manis dalam kereta menuju Bandung. "Kenapa kita harus naik kereta sih? Kenapa nggak bawa mobil sendiri saja? Kitakan bisa bawa Pak Mardi atau Pak Kosim nyetir mobil. Atau aku bisa aj

  • Siasat Cinta Big Bos    Lisa Pilihan Mamaku

    "Hari ini, Lisa mau datang ke rumah, Pa." Bu Sudarmaji mengatakan itu pada Pak Sudarmaji yang sedang tiduran di kasur. Pak Sudarmaji membaca berita-berita di layar handphonennya. "Oh, iya Ma. Bagus deh. Dia belum balik ke Amerika?" "Belum, lagian dia akan lebih banyak di Indonesia. Dia kan lagi sedang penelitian untuk tugas akhir kuliahnya." Bu Sudarmaji memakai kosmetik di depan cermin besar di kamarnya. "Oo, gitu toh." "Iya, Pa. Nanti siang dia mau nemenin Mama ke tempat Mbak Aliya. Aku sama Lisa mau lihat cucu Mbak Aliya yang baru lahir kemarin. Itu tu Pa, anaknya Zaky putranya Mbak Aliya. Papa kan tahu Zaky kan?" "Tahu dong, kan udah sering ketemu. Oh, udah melahirkan istrinya Zaky ya." "Udah, Pa. Kemaren pagi melahirkannya kata Mbak Aliya. Saya dan Lisa di supermarket dulu beli kado." "Ya titip salam buat Mbak Aliya dan Mas Sartono." "Ya, nanti kusampaikan." Suara Lisa sudah terdengar masuk ke dalam rumah. "Bu, Non Lisanya sudah datang." Terdengar suara Bik S

  • Siasat Cinta Big Bos    Cleaning Service Baru

    Pagi-pagi Natasya sudah datang ke kantor. Ia telah berpakaian warna abu-abu seragam cleaning service di perusahaan milik Jayadi. Ia mulai menyapu dan mengepel di area lantai dua dan tiga gedung itu. Lena telah berpesan pada Bu Niar koordinator cleaning service agar menempatkan Natasya di lantai dua dan tiga. Lena dan Wika telah mengkaji itu, agar Natasya jarang bertemu dengan Jayadi. Biasanya Jayadi dari lobi langsung naik lift ke lantai sepuluh tempat ruangan kerjanya berada. "Hai!" Wika menyapa Natasya saat dia mau masuk ruangan kerjanya. Ruangan Wika bersama beberapa staf lainnya berada di lantai tiga. "Hai juga!" Natasya tersenyum pada Wika. "Terimakasih atas bantuannya." "Sama-sama," jawab Wika sambil tersenyum. Wika merasa lega telah membantu meringankan beban Natasya. Terlihat Natasya cukup pandai menempatkan diri. Dia lebih suka banyak bekerja dan menghindari ngobrol dengan orang-orang. Wika memang diperintahkan Bu Lena untuk mengawasi dan menjaga Natasya. "Ingat tak

  • Siasat Cinta Big Bos    Ujian Berat Jayadi

    Wika memutuskan bicara dengan Lena setelah bertemu Natasya. Ia minta bertemu Lena malam hari di sebuah kafe. Keduanya langsung berangkat dari kantor. Kebetulan tadi mereka juga lagi banyak kerjaan, jadi pulangnya sudah hampir magrib. Sebagian karyawan ada yang juga harus lembur untuk penyelesaian laporan sebuah proyek di daerah Kalimantan. "Kamu minum, apa?" "Saya minuman yang ini Bu." Wika menunjuk daftar menu yang ada. "Aku minum ini saja deh. Makanannya? Kalau aku, kwetiau, terus ini. Dan juga ini." Lena menulis beberapa daftar makanan di kertas pemesan. "Saya ini saja, dan ini, Bu." Giliran Wika mencatat pesanan makanan untuknya. Wika memberikan kertas daftar pesanan makanan mereka pada pelayanan restoran yang berdiri menunggu. "Apa yang ingin kamu sampaikan? " "Soal Natasya, Bu. Kemaren saya bertemu dengannya." "Ya, ada apa dengan dia?" "Saya kasihan melihatnya, Bu. Ia minta bantuan saya untuk carikan pekerjaan." "Terus gimana?" "Ya saya kan bingung Bu. Saya

  • Siasat Cinta Big Bos    Misi Rahasia Gunadi Bag 2

    "Nela kita harus cari pekerjaan lain untuk membantu ibu." Natasya berbicara dengan Nela saat mereka tinggal berdua di rumah. Bu Masna menemani Pak Dudid yang kini harus rawat inap di rumah sakit. Pak Dudid kemaren tiba-tiba pingsan setelah batuk-batuk tiada henti. "Kerja apa kak?" "Ya apa saja yang bisa kita kerjakan. Penting bisa menghasilkan uang. Keuangan ibu benar-benar menipis. Apalagi beberapa kali ibu harus mengeluarkan biaya untuk keperluan pengobatan Bapak. Belum lagi kebutuhan harian kita untuk makan." "Terus, kita mau kerja apa?" Nela yang masih muda menyikapi Natasya dengan polos. Seperti Natasya, Nela hanya mengerti membantu ibunya jualan mie ayam. Natasya terdiam mendengar perkataan adiknya. Tiba-tiba dia teringat Jayadi. Ia ingat janji Jayadi memberinya pekerjaan. Tapi kini situasi sudah berbeda. Ia telah terluka terlalu dalam. Ia tak mungkin lagi bertemu Jayadi. Bu Sudarmaji pasti akan lebih menghina dan merendahkannya. Ia telah bersumpah mengakhiri hubungan

  • Siasat Cinta Big Bos    Misi Rahasia Gunadi

    "Lena, bisa ke ruangan saya lagi!" Jayadi memanggil Lena lewat telepon. Baru sekitar sepuluh menit yang lalu Lena keluar dari ruangan Jayadi. "Baik, Pak." Lena bergegas menuju ruangan Jayadi kembali. Kira-kira soal apa ya, apa ada yang lupa dibahas dalam rapat tadi, pikir Lena. Lena duduk di hadapan Jayadi sambil menunggu apa yang akan disampaikan Jayadi. Sudah dua menit Lena duduk bengong di hadapan Jayadi, dia malah sibuk dengan handphonenya. "Eh, itu. Kok Bu Masna nggak buka warung hari ini ya?" Jayadi serupa orang berbisik dan menggosip pada Lena. "Oh itu, Pak." Lena tersenyum pada Jayadi. "Saya pikir ada yang lupa kita bahas dalam rapat tadi, hehe." Lena tertawa. "Ini juga penting loh, hehe." Giliran Jayadi yang tertawa. "Iya, Pak. Paham, hehe." Mereka saling tertawa. Lena sudah paham isi hati Jayadi. " Eh, Pak, waktu saya antar kue bikinan saya dan mertua ke rumah Bapak dua minggu yang lalu, Bu Sudarmaji nanyain saya, Pak." "Oh, nanya apaan, Mama saya?" Jayadi penasara

  • Siasat Cinta Big Bos    Warung Mie Ayam Bu Masna Kok Tutup

    Jayadi sampai di kantor dengan mata sedikit mengantuk. Lena telah menunggunya di depan pintu ruangan kerja Jayadi. "Pagi Pak." Lena menyapa dan langsung membukakan pintu ruangan Jayadi. "Pagi. Jadi kita meeting siang ini?" Jayadi memastikan lagi pada Lena rencana rapat nanti siang. "Jadi Pak. Semua sudah dikasih tahu." "Oke, persiapkan segala sesuatunya. Apa ada kendala dengan rekanan dan mitra kita?" Jayadi coba menggali sedikit informasi dari Lena. "Sejauh ini belum ada kendala berarti Pak. Paling ada beberapa kendala teknis yang masih bisa diatasi." "Oke nanti siang kita bahas semuanya." "Baik, Pak." Lena hendak melangkah ke luar ruangan kerja Jayadi. "Lena!" Lena memutar langkahnya kembali dan menghadap pada Jayadi. "Ya, Pak." "Suruh Dina buatkan saya kopi seperti biasa." Jayadi duduk di kursi eksekutif sambil menyandarkan tubuh dan kepalanya. "Baik, Pak." "Agak lebih kental kopinya ya." "Baik, Pak." Lena segera bergegas ke luar ruangan. Ia melihat Wika t

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status