Home / Romansa / Siasat Cinta Big Bos / Pendekatan Ala Si Bos

Share

Pendekatan Ala Si Bos

last update Last Updated: 2025-04-26 09:47:13

Jayadi meminum air putih dan setelah itu meneguk kopi usai menyantap mie ayam Bu Masna. Iya tersenyum pada Lena. Wika membereskan mangkok bekas mie ayam dari meja makan di ruang kerja Jayadi.

"Emm, ternyata mie ayamnya memang lumayan enak ya." Jayadi berkata seolah minta persetujuan Lena.

"Hehe, iya Pak." Lena tersenyum pada Jayadi. Sebenarnya dalam hati Lena merasa lucu dengan tingkah bosnya. Wika telah membawa mangkok-mangkok ke pantri dan tak kembali lagi ke ruangan.

"Eh, sudah kamu minta nomor handphone mereka?" Jayadi setengah berbisik pada Lena. Padahal di ruang itu tinggal hanya mereka berdua.

"Sudah Pak, ntar saya minta kirimkan pada Wika. Tadi Wika pas belanja mie ayam sekalian minta nomor WA anaknya Bu Masna."

"Bagus. Kamu simpan ya nomornya."

"Iya Pak." Lena kembali tersenyum pada Jayadi. Ingin dia rasanya menanyakan, apakah bosnya itu suka pada Natasya anaknya Bu Masna. Tapi Lena takut kena marah. Hati dan pikirannya menduga kuat akan hal itu. Mungkin si bos benar-benar kesengsem sama si gadis penjual mie ayam. Jangan-jangan dia sudah lama memperhatikan Natasya, pikir Lena.

"Hei, kok ngelamun!" Lena tersentak ketika Jayadi menegurnya dengan intonasi agak tinggi.

"Eh, nggak kok Pak, hehe. Saya izin balik ke ruangan saya Pak."

"Oke, jangan lupa proposalnya."

"Iya Pak, kira-kira setengah jam lagi saya antar ke sini."

"Oke."

Lena bergegas kembali ke ruangan kerjanya. Banyak pekerjaan yang harus segera diselesaikan. Salah satunya proposal yang ditagih Jayadi. Mereka mau ikut tender proyek bersakala besar. Reputasi Lena sebagai sekretaris yang cekatan dan terampil diuji kembali.

*****

"Namamu siapa?" Jayadi menatap gadis itu. Jayadi hanya pura-pura bertanya. Dia sudah tahu nama gadis itu dari Lena dan Wika

Natasya tak berani memandang wajah lelaki yang sering disebut sebagai big bos oleh para karyawan yang makan mie ayam di warungnya.

"Na..Natasya, Pak." Ia hanya memandang pinggir meja makan di ruang kerja Jayadi. Baru kali ini dia memasuki kantor dengan bangunan megah sepuluh lantai ini. Duh, kenapa Wika nyuruh aku ngantar mie ayam ke ruangan ini. Sial! Natasya hanya mengumpat dalam hati. Jangankan sama orang yang disebut big bos ini, sama satpam yang berbadan besar dan sedikit sangar di pintu masuk tadi saja, Natasya merasa gugup. Maklum dia hanya gadis dari keluarga miskin yang cuma tamat SMP. Sejak kecil dia hanya ikut ibunya berjualan. Waktu kecilnya dihabiskan di sebuah desa wisata pinggir pantai. Mereka berjualan minuman ringan murahan dan gorengan untuk wisatawan lokal. Hanya sesekali bule berbelanja air mineral. Tujuh tahun yang lalu orang tuanya memutuskan pindah ke Jakarta ini dan berjualan mie ayam.

"Bisa kamu temani saya makan mie ayam ini di sini?"Jayadi berkata pada Natasya sambil mengirim pesan pada Lena untuk menyuruh Dina membawa mangkok dari pantri.

"Iya Pak, cuma saya harus bantu ibu saya di warung."

"Sebentar saja." Jayadi sedikit memaksa sambil memandang lekat pada wajah gadis itu. Wajah Natasya bersemu merah. Antara kesal dan takut. Sialan laki-laki ini, memang dia siapa, memaksaku menemaninya, mentang-mentang dia orang kaya raya. Natasya terus menggerutu dalam hatinya. Tapi lelaki ini sangat tampan dan kaya. Sesaat Natasya tersenyum tapi dengan wajah tetap menekur ke bawah. Ia berpikir, kenapa sih si Big Bos ini tiba-tiba minta ditemani makan mie ayam. Padahal dia juga baru kenal dan bertemu Natasya.

Dina masuk dan membawa sebuah mangkok yang diminta Jayadi.

"Mangkoknya, Pak." Dina meletakkan mangkok di atas meja. "Saya pindahkan mie ayamnya ke mangkok, Pak?" tanya Dina ragu-ragu.

"Nggak usah, biar saja."

"Baik, Pak. Ada lagi yang saya harus kerjakan, Pak?"

"Oh, ya, buatkan saya kopi seperti biasa." Jayadi berkata sambil melipat lengan kemeja panjangnya.

"Baik, Pak." Dina segera pergi ke pantri untuk membuat secangkir kopi.

Natasya hanya terdiam dengan tangan dan jemarinya diletakan di antara pahanya.

"Bisa kamu bantu pindahkan mie ayamnya ke mangkok?" Jayadi menggeser duduknya ke dekat meja. Parfumnya wangi merasuk ke hidung Natasya.

Dipenuhi kegalauan dan keraguan, Natasya menjawab, "baik, Pak." Natasya memindahkan mie ayam dari bungkus plastik ke mangkok. "Sudah, Pak." Ia mengangkat kepalanya sedikit namun tetap tak berani menatap mata lelaki di hadapannya itu.

"Ya, terimakasih. Kamu mau kerja dengan saya?" Jayadi berbicara dengan jemarinya tetap sibuk menulis pesan di handphonenya. Wajahnya terlihat datar namun terselip perasaan senang dan berbunga yang tersembunyi. Jayadi merasakan ada magnet tersendiri yang membuatnya merasa betah dan terikat dengan gadis ini.

"Kerja apa, Pak?" tanya Natasya dengan perasaan ingin tahu dan setengah berharap. Ia merasa heran dan terkejut, tiba-tiba si Big Bos ini menawarkan pekerjaan. Tidak pernah terpikirkan oleh Natasya untuk bekerja kantoran karena dia cuma tamat SMP. Lagian dia sudah terbiasa berdagang bersama keluarganya.

"Besok-besok saya kasih tahu. Sekarang kamu boleh pergi ke warung lagi. Ibumu sudah menunggu." Jayadi berkata seakan dia tidak melihat ke arah Natasya.

"Baik, Pak." Natasya berdiri dari kursi dengan kikuk dan kemudian meninggalkan ruangan kerja Jayadi. Sekilas Jayadi mencuri pandang ke arah Natasya saat dia membelakangi Jayadi. Duh memang cantik gadis ini. Bodinya juga bagus dan sedikit berisi. Jayadi tersenyum menyaksikan Natasya ke luar dari pintu.

Selama melangkah pergi dari ruangan Jayadi dan turun dari lift, pikiran Natasya dipenuhi pertanyaan. Mengapa bos perusahaan besar itu bertindak aneh padanya. Apa lagi dia baru pertama kali bertemu dan bertatap muka dengan Natasya. Saat mau keluar gedung, Natasya menyapa satpam yang duduk di meja piket. Satpam yang bernama Martono itu tersenyum pada Natasya. Ia bergegas menuju warung mie ayamnya di bawah terik matahari siang itu.

"Kok lama betul kamu kembali." tanya Bu Masna pada putrinya yang baru kembali.

"Itu Bu, tadi Pak Jayadi, yang sering dipanggil si Bos itu minta bantuanku." Natasya menjawab pertanyaan Bu Masna sambil kembali sibuk melayani pembeli. Nela adik Natasya sibuk mencuci mangkok-mangkok di belakang spanduk yang mereka pakai untuk mengelilingi tempat duduk pembeli.

"Minta bantuan apa?" Bu Masna merasa penasaran dengan apa yang dikatakan Natasya. Bu Masna menyendok kuah mie ayam untuk beberapa mangkok pesanan baru.

"Menemaninya makan mie ayam."

Jantung Bu Masna hampir berhenti berdetak. "Apa?" tanya Bu Masna penuh keraguan dan ingin memastikan lagi ucapan putrinya.

"Disuruh menemaninya makan mie ayam. Iya Bu, aku juga heran tingkah si Big Bos itu." Natasya kembali membawa dua mangkok pesanan baru dan meletakkannya di atas meja. Pesanan itu untuk dua orang pegawai supermarket yang ada di seberang jalan. Pembeli mie ayam yang sedang makan tak terlalu memperhatikan pembicaraan ibu dan anak gadisnya itu. Termasuk tiga orang karyawan perusahaan Jayadi yang juga sedang jajan mie ayam Bu Masna.

"Ngapain disuruh menemaninya makan mie ayam. Emang nggak ada orang di kantor sebesar itu yang bisa disuruh menemani." Bu Masna berceloteh dan disertai senyum karena merasa aneh dan lucu mendengar cerita putrinya. Tiba-tiba melintas pikiran ganjil di kepala Bu Masna. Apa iya, Pak Jayadi itu tertarik pada anak gadisnya. Ah nggak mungkin orang seperti itu tertarik pada Natasya anak penjual mie ayam.

"Nggak ngerti juga tuh." Natasya menanggapi celoteh ibunya.

Bu Masna baru dua kali melihat langsung wajah Jayadi, bos perusahaan besar yang sering disebut Big Bos oleh karyawannya yang sering jajan mie ayam di sini. Bu Masna memang pernah mendengar bahwa si Big Bos itu belum beristri. Sekilas dia mendengar itu ketika para karyawan menggosipkan si Big Bos. Bu Masna juga sering mendengar Jayadi kian sukses dan usahanya makin berkembang pesat. Semuanya dia dengar dari cerita dan pembicaraan karyawan kantor Jayadi. Bu Masna sendiri belum pernah berbicara langsung dengan Jayadi. Ia hanya tahu wajah tampan bos muda itu. Bu Masna memang merasa ada yang ganjil dengan si Big Bos. Dua hari yang lalu Wika karyawannya disuruh beli mie ayam Bu Masna sampai dua puluh porsi. Bu Masna sempat bertanya pada Wika untuk siapa pesanan sebanyak itu. "Disuruh pesan sama Bos Besar." Begitu kata si Wika.

Bu Masna jadi senyum-senyum sendiri memikirkan si Big Bos. Apalagi mendengar cerita putrinya yang barusan bertemu si Big Bos.

"Bu, dua mangkok mie ayam!" seru Natasya mengejutkan ibunya yang tengah asyik dalam lamunan.

"Iya, iya," jawab Bu Masna bergegas menyiapkan dua mangkok pesanan baru. Sejak seminggu ini suami Bu Masna, Pak Dudid tidak lagi ikut membantu mereka jualan. Kepalanya sering sakit dan dadanya sering sesak. Ia lebih banyak Istirahat di rumah dan membantu mengurus pekerjaan di rumah saja semampunya. Waktu dicek ke dokter umum lima hari yang lalu dikatakan dokter kelelahan dan kurang istirahat. Sudah dikasih obat sama dokter di puskesmas namun belum juga pulih. Akhirnya hanya Bu Masna dan kedua orang putrinya yang jualan mie ayam.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Siasat Cinta Big Bos    Kejutan di Pernikahan Jefri dan Lisa

    Jayadi berangkat berdua ke Jakarta dengan Natasya. Selain menghadiri pernikahan Jefri, Jayadi juga akan minta restu orang tuanya untuk segera menikahi Natasya. Sampai di Jakarta, Jayadi dan Natasya sengaja menginap di hotel termegah tempat pesta pernikahan Jefri dan Lisa akan diadakan. Jayadi datang diam-diam dan mengambil dua kamar. Satu untuk Natasya dan satu untuk dirinya. Natasya sengaja berdiam diri di kamar. Jayadi ingin memberi kejutan pada semua orang. Semua orang pasti menyangka Jayadi sendirian.Iven organizer yang mengurus semua rangkaian acara sebenarnya juga sudah menyiapkan kamar untuk orang-orang tertentu, termasuk anggota keluarga besar ke dua belah pihak. Seluruh keluarga besar Sudarmaji Kiyosan dan keluarga mempelai wanita juga sudah ada di hotel. Jayadi menemui Jefri di kamarnya pukul sembilan malam. Jefri sedang sibuk mencoba setelan pakaian bersama dua orang tim rias pengantin. Jefri tersenyum pada Jayadi. "Ah, saudaraku tersayang sudah muncul."Keduanya berpelu

  • Siasat Cinta Big Bos    Cerita Tentang Para Penculik

    Jayadi menjemput Natasya pukul delapan pagi. Bu Masna dan Nela sibuk menyiapkan untuk jualan hari ini. Pagi sehabis subuh Natasya pun ikut membantu ibunya. Natasya telah menunggu di depan ruko karena Jayadi akan jalan ke tempat Natasya. Natasya tersenyum bahagia melihat kekasihnya datang dengan motor. Di sini Natasya seakan telah memiliki Jayadi seutuhnya."Kami pamit, Bu." Jayadi pamit pada Bu Masna yang juga telah berdiri di samping Natasya. "Iya, hati-hati, Nak Jayadi.""Baik, Bu." Nela menyusul mendekati Jayadi dan Natasya yang sudah naik ke motor. "Hati-hati calon Kakak Ipar." Nela menggoda Jayadi."Huss! Gadis pantai." Natasya bersungut. "Haha." Nela tertawa.Jayadi tersenyum pada Nela dan memutar stank motor. Mereka melaju di jalan raya sepanjang pantai. Natasya memeluk erat Jayadi. Angin pantai membuat keduanya serasa terbang di udara. Jayadi berhenti di sebuah lokasi wisata yang menyewakan jetski."Kamu mau naik itu?""Mau dong.""Kamu nggak takut?""Ngapain takut. Aku

  • Siasat Cinta Big Bos    Senja Nan Indah

    Natasya memandang matahari yang perlahan turun. Langit jelang senja itu begitu indah. Natasya menyandarkan kepalanya di bahu Jayadi. Mereka duduk berdua terhanyut dalam perasaan yang tak kan pernah terlupakan. "Aku ingat mimpi-mimpiku yang sering kali diwarnai laut, pantai dan matahari senja."Jayadi tersenyum mendengar Natasya. Angin pantai meniup daun-daun pohon kelapa yang ada di semak-semak di sebelah kanan fila. Di seberang jalan hanya hamparan pasir pantai. Agak ke selatan ada lahan kosong dan bukit kecil. Ke arah Barat sederet dengan fila Jayadi terdapat kafe-kafe dan warung-warung untuk para wisatawan. Jalan panjang yang mengikuti pinggir pantai bisa dilihat dari beranda lantai dua fila."Besok kita keliling naik motor ya. Aku ingin menikmati hari-hari di sini sebelum aku mau melamar kamu.""Kamu yakin orang tuamu akan merestui hubungan kita sekarang.""Aku sangat yakin sekarang ini. Kalau perlu aku akan bersujud memohon di kaki mama."Natasya melirik ke samping dan memandan

  • Siasat Cinta Big Bos    Fila dan Takdir Dua Sejoli

    Natasya telah benar-benar sadar. Ia duduk di pinggir tempat tidur. Ia memandang Jayadi sambil memegang kepala Jayadi yang masih di pahanya. "Ayo bangun, nggak enak dilihat Pak Gugun." Natasya merasa risih dengan tingkah Jayadi. Pak Gugun yang mulai sadar tentang hubungan kedua muda-mudi itu, "Saya keluar saja," kata Pak Gugun.Jayadi yang sudah menyadari tingkahnya yang seperti kanak-kanak, segera berdiri. "Nggak usah, Pak. Ayo kita duduk di beranda saja."Mereka bertiga keluar dari kamar utama fila itu. Natasya mengusap mata dan wajahnya yang masih basah oleh bekas air mata. Natasya mulai tersenyum. "Ini memang orang aneh, Pak," kata Natasya sambil memandang Pak Gugun. Pak Gugun tersenyum dan mulai kembali santai. "Jadi kalian ini sepasang kekasih yang terpisah?" kata Pak Gugun tertawa. "Keponakan Pak Gugun ini menghilang seperti bidadari balik ke surga, Pak."Natasya menyandarkan bahunya pada Jayadi. "Panjang ceritanya, Pak." Natasya menghela nafas. "Nanti ibu dan Nela bisa ikut

  • Siasat Cinta Big Bos    Hantuku dan Kekasihku

    Mereka sampai di desa pukul sepuluh malam. Pak Gugun menurunkan Natasya dan Nela di ruko kontrakan Masna. Pak Gugun pulang dengan mobil Natasya.Malam itu Natasya dan Nela tidur nyenyak karena kelelahan di perjalanan. Natasya bangun saat ibunya tengah sibuk memasak kuah mie ayam yang aromanya tercium sampai ke lantai dua.Setelah mencuci muka, Natasya turun ke lantai satu ruko ikut membantu ibunya dan Nela. Mereka menyelesaikan semua persiapan untuk membuka warung jam sepuluh seperti biasanya. Bu Masna melihat wajah Natasya tak terlalu gembira. "Gimana perjalanannya ke Jakarta. Bagaimana pembicaraan dengan Cristian?""Christian banyak memberi saran dan masukan Bu. Katanya keluarganya juga punya beberapa usaha kuliner dan restoran di beberapa kota.""Oh ya. Baguslah bisa belajar banyak dari dia.""Iya Bu. Bahkan dia menawarkan untuk investasi dengan modal lebih besar.""Terus apa jawaban kamu?""Aku pertimbangkan dulu. Soalnya aku ingin memulai usaha kita dengan modal yang kita punya

  • Siasat Cinta Big Bos    Galau Berat

    Mendengar semua cerita tentang Jayadi, hati Natasya tak henti dirundung kesedihan. Ia berdoa dalam hati agar Jayadi baik-baik saja. Melihat Natasya yang tadinya penuh semangat, tiba-tiba murung Wika jadi iba."Sabar saja, semua pasti sudah Tuhan atur." Wika coba menghibur Natasya."Iya Wik. Aku pasrah saja. Akan kucoba mengikuti alur takdir Tuhan."Wika mencoba tersenyum agar Natasya juga berlapang hati dengan semua cobaan hidupnya."Senyum dong kembali. Semangat lagi dong. Kamu akan jadi pengusaha sukses suatu hari nanti, sahabatku." Wika memberi motivasi dan mengingatkan kembali tekad Natasya untuk sukses dalam berbisnis.Natasya kembali tersenyum. "Untuk saat ini aku akan fokus dengan cita-citaku membangun usaha sendiri yang lebih besar. Doakan aku selalu, Wik.""Iya, Sayang." Wika tersenyum dan menepuk-nepuk bahu Natasya."Aku juga tak mungkin berharap hubunganku dengan Jayadi kembali walaupun Lisa akhirnya memilih Jefri. Belum tentu juga Bu Sudarmaji menerimaku karena sejak awal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status