Share

Bab 2

Author: Ratu As
last update Last Updated: 2025-12-15 15:22:18

“Kamu salah paham, dia memang bekerja di club. Tapi aku membawanya kemari karena dia berniat menolongmu. Bukankah kamu belum dapat pendonor ginjal untuk Zavi?”

Rey yang tadinya tak acuh kini berjalan mendekat. Dia menyambut Erik dan Anara untuk duduk lalu bicara serius. 

“Kamu sungguh ingin melakukannya?” 

Anara mengangguk yakin. “Benar, Pak Rey. Saya sehat, saya yakin bisa jadi pendonor untuk putra Anda. Semoga saja ginjal kami cocok,” ucap Anara dengan sesopan mungkin. 

Rey tampak berpikir, dia menimang sambil memperhatikan penampilan Anara. 

“Baiklah, besok kita cek dulu ke rumah sakit. Kalau cocok, saya ingin operasinya segera dilakukan–”

Rey sedikit ragu karena penampilan Anara yang sangat mencolok, namun masalah kesehatan putranya bukan sesuatu yang bisa diulur. Jadi dia memilih untuk mencoba menerima niat baik dari wanita itu.

“Tidak masalah, saya siap–” Anara bicara dengan senyum meringis. “Asal, soal uang itu… “

“Saya pasti akan memberinya–” sahut Rey tanpa perlu Anara menegaskan. 

Malam itu, kesepakatan pun berjalan dengan lancar. Anara punya harapan besar bisa memperoleh uang itu secepatnya. 

***

Sesuai janji, pagi ini Anara diperiksa di rumah sakit swasta terbaik di kota. Dia diantar langsung oleh Rey dan putranya. 

Sebelum Anara masuk ke ruang pemeriksaan dia lebih dulu menunggu bersama bocah yang dipanggil Zavi. Sejak tadi anak itu hanya duduk diam, dia bahkan malu-malu untuk menyapa Anara. 

“Hey, Zavi–” Anara membuka percakapan, meski sebelumnya mereka sudah berkenalan. Dia menggeser duduknya lebih dekat dengan anak itu. 

Keduanya duduk di bangku rumah sakit sambil menunggu Rey yang sedang bicara di ruang dokter. 

Zavi mendongak, dia menatap Anara namun tidak mengatakan sepatah kata pun. Wajah imutnya terlihat pucat dan tidak bergairah. Anak itu menderita penyakit ginjal bawaan sejak dia lahir. 

“Zavi, kalo Kakak tanya ada sesuatu yang pengen kamu minta saat ini…  Kamu mau apa?” tanya Anara basa-basi, hanya untuk mencair suasana agar tidak terlalu sunyi. 

Zavi tidak menjawab, wajahnya tak acuh dan kembali menatap ke arah lain. Namun Anara terus mengoceh. 

“Kalo Kakak mau uang–”

Jawaban Anara sedikit menarik perhatian bocah yang meresponnya dengan kening berkerut. 

“Uang enggak ada artinya kalo sakit,” celetuk anak itu dengan suara datar. 

Meski masih kecil, i anak itu punya pemikiran yang terbilang lebih di atas kemampuan anak-anak biasa.

Anara menoleh, dia tersenyum. “Tapi sakit pun kalo punya uang bisa sehat, loh–” 

Zavi tetap menggeleng, seolah sangat tidak setuju dengan apa yang Anara katakan. 

Anara terkekeh kecil, mengusap kepala anak itu dan tetap memasang wajah ramahnya. Namun Zavi tetap tidak luluh, anak itu susah sekali untuk beradaptasi dan dekat dengan seseorang selain ayahnya. 

“Rambutku sudah disisir rapi oleh Ayah. Jangan sembarangan menyentuhnya,” protes Zavi dengan bibir mengerucut. Dia merapikan lagi rambutnya. 

Protes dari anak itu tidak membuat Anara tersinggung, dia malah makin gemas dan ingin meledek. 

“Oh ya? Pantas sekali kamu terlihat tampan, seperti ayahmu,” puji Anara dengan kedipan genit. 

Zavi melengos, tampaknya masih belum luluh dengan sikap bersahabat Anara. Anak itu tetap terkesan angkuh dan menjaga jarak meski tubuh kecilnya terlihat rapuh. 

“Nona Anara, mari ikut saya,” seorang perawat menghampiri Anara, menunjukan ruangan yang akan digunakan untuk pemeriksaaan. 

“Baik, Sus–”

Anara berdiri, dia lihat Rey dari kerjauhan yang berjalan kembali untuk menemani Zavi. Jadi dia tidak perlu cemas anak itu sendirian. 

***

Selama hasil tes pemeriksaan belum keluar, Anara hanya bisa harap-harap cemas. Dia tetap bekerja malam ini, datang menjadi wanita penghibur. 

Anara dengan gaun seksi berwarna merah terang, dia berdiri sembari menyanyikan lagu sesuai keinginan tamu. 

Tidak pernah terpikirkan sebelumnya dia akan bekerja di tempat seperti ini, namun keadaan yang terjepit membuatnya tidak punya pilihan.  Gara-gara denda sialan itu! 

“Nona, duduklah–” Seorang lelaki menariknya dan membawanya duduk di pangkuan. 

Anara tetap melanjutkan menyanyinya, sementara lelaki itu tidak berhenti mengusap-usap paha Anara. Sesekali menyelipkan uang di belahan baju wanita itu. 

Anara tersenyum genit, dia agresif kalau menerima uang. 

Lelaki itu menyodorkan dan memaksa dia untuk meminum minuman beralkohol. Anara meneguknya sebagai salah satu cara menghormati tamu, dia tidak bisa menolak selama permintaan itu menghasilkan uang. 

“Tidur denganku malam ini, kukasih kamu lima juta–” bisik lelaki itu dengan suara serak. 

Anara tersenyum tipis. “Maaf, Tuan. Aku hanya bertugas memandu lagu.” 

Kepala Anara sedikit berkunang, tidak biasanya dia mabuk hanya dengan satu teguk minuman beralkohol. 

“Aku bukan pelacur–” ucap Anara dengan kesadaran yang mulai goyah. 

Meski dia bekerja di tempat yang lekat dengan dunia bebas, sampai saat ini Anara masih memegang prinsipnya–jangan jual diri, kecuali satu milyar untuk satu malam! 

Dia berpegang teguh pada prinsip untuk menjaga diri. Memberi batasan harga paling mahal untuk dirinya sendiri, itu dia lakukan agar dia merasa ada setitik dalam dirinya yang berharga. 

“Kalau kuberi kebebasan untuk menawar, bagaimana? Minta berapa, aku sangat ingin–” Lelaki itu menyeringai penuh gairah. 

Tangan Anara mendorong dadanya ke sandaran sofa. “Satu milyar, aku bisa menemanimu siang-malam dan menjadi istrimu.”

Anara menjawab dengan sedikit mabuk. Jadi dia tidak memikirkan apa pun saat bicara. 

Tawa lelaki itu mengeras mendengar jawaban Anara, suaranya bahkan beradu dengan musik. Dia menatap Anara penuh cibiran. 

“Kalau untuk istri…  Aku bahkan bisa mendapat wanita yang lebih berkelas yang berasal dari keluarga terhormat. Untuk apa membuang uang untuk gadis malam sok jual mahal sepertimu!”

Lelaki yang juga mabuk itu tersinggung dan merasa kesal dengan Anara. Dia berdiri ketika Anara masih duduk di pangkuannya, sehingga tubuh ramping gadis itu tersungkur menghantam meja di depannya. 

Braaak! 

Minuman dan barang-barang di atas meja tersapu oleh tubuh Anara dan membuatnya berjatuhan ke lantai. 

“Dasar gadis jalang!” ucapnya dengan berdiri sempoyongan. “Kamu pikir siapa yang mau menawarmu satu milyar? Bahkan sepuluh juta pun tak sudi–” 

Anara mengaduh sakit, mengusap pinggangnya yang terbentur sisi meja. Kepalanya makin terasa berkunang. 

Dengan tatapan tak lagi ramah, Anara berdiri gontai. Dia tersenyum miring pada lelaki itu. 

“Bilang saja Anda tak mampu!” balasnya menantang. Ditambah dengan senyum sinis. 

“Apa? Kau sedang meremehkanku?” Lelaki itu melotot kesal. Emosinya tak terkendali karena terpengaruh oleh alkohol. 

“Jalang sepertimu, beraninya bicara begitu…  rasakan ini–” Tanpa aba-aba lelaki itu mengambil botol minuman yang terbuat dari kaca. Dia mengangkat dan mengayunkannya ke arah Anara. 

Pyaaar! 

Botol itu pecah berhamburan, namun bukan karena terkena kepala Anara, melainkan tepisan tangan dari lelaki lain yang kini melindungi Anara dari serangan itu. 

Anara sempat memejamkan mata, dia sudah ketakutan kepalanya akan pecah. Namun hingga bunyi benda pecah itu terdengar dia tidak merasakan apa pun. 

Anara membuka matanya, mengerjap ketika melihat seseorang yang berdiri untuk melindunginya. 

“Pak Rey? Ba--bagaimana bisa Anda di sini?” 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Siasat Menggoda Duda Kaya   Bab 5

    “Oh, tidak masalah. Dia justru unik dan lucu,” sahut Anara dengan senyum cerah. “Mmm, baiklah, kamu bisa turun untuk sarapan lebih dulu.” Rey mengalihkan pembicaraan. Dia menyuruh Anara untuk turun sementara dia menyusul Zavi. “Oke!”Rey lihat, gadis itu terlihat sangat percaya diri dan mempunyai aura positif yang kuat. Selain ramah, dia juga selalu ceria, padahal Rey yakin ada banyak beban hidupnya sampai harus bekerja keras bahkan rela menjual ginjal. *** “Ginjal kami cocok?” Anara berbinar senang saat Rey memberitahu tentang hasil pemeriksaan kemarin. Anara hampir saja meloncat kegirangan. Akhirnya dia punya kesempatan besar bisa melunasi hutang! Euforia membuat ekspresi Anara tidak terkendali. Anara jadi canggung ketika ditatap oleh dua lelaki berbeda usia itu dengan tatapan yang aneh. Buru-buru dia berdeham dan memperbaiki posisi duduknya. “Mmm, syukurlah. Karena cocok, berarti operasi bisa cepat dilakukan kan? Zavi harus cepat sehat,” ucap Anara perhatian. Zavi justru m

  • Siasat Menggoda Duda Kaya   Bab 4

    Setelah meminum obat dari Rey, Anara tertidur selama beberapa jam. Dia terbangun dengan kaget dan linglung. Dipikirnya dia ketiduran di club, namun saat otaknya mengingat kembali satu per satu yang dia lewati semalam, Anara pun berdecak frustasi. “Astaga, apa yang sudah kulakuan–” Anara baru teringat sudah bertindak tak sopan pada Rey. Dia begitu berani ingin mencium, bahkan memeluk dan meraba-raba dada lelaki itu. Sungguh biadab, untung Rey tahu Anara sedang dalam kondisi mabuk. Kalau tidak, bisa kena pasal pelecehan! Anara memindai sekeliling, dia berada di kamar mewah yang asing, namun dia bisa menembak jika itu bukan kamar hotel tapi mungkin rumah Rey. Anara melihat jam yang menunjuk pukul setengah empat, di luar masih gelap. Namun Anara tidak bisa kembali tidur. Kepalanya masih sedikit pusing tapi tidak terlalu parah, dia memilih ke kamar mandi dan membersihkan diri agar lebih segar. ***Saat keluar kamar, Anara mendengar suara anak menangis dan meracau lalu suara Rey yang

  • Siasat Menggoda Duda Kaya   Bab 3

    Rey tidak menjawab pertanyaan Anara, dia fokus pada lelaki yang tadi memukulkan botol minuman. Rey menatap lelaki itu dengan tajam, namun ditanggapi dengan tak acuh dan omelan tak jelas. “Pak Rey, dia mabuk karena tadi minum banyak. Sepertinya dia tidak sadar siapa Anda. Tapi tolong… maafkan teman saya ini,” kata pria lain yang kini gugup dan tidak menyangka dengan kehadiran Rey. “Saya yang akan memberinya pelajaran–” Rey tidak memperpanjang masalah, kedatangannya ke sana juga bukan untuk berdebat. Jadi dia memilih untuk mengabaikan hal tadi, masih ada hal yang lebih penting harus dia bahas. “Saya ada perlu dengannya–” Rey beralih menatap Anara yang memijit pelipisnya. “Pak Rey, Anda mencariku?”Rey mengangguk lalu memintanya ikut keluar, tidak ada yang berani mencegah. Semua orang tahu jelas siapa Rey, mereka tidak mungkin berani menyinggung. Anara mengikuti langkah Rey dengan berjalan memegangi dinding. Perlahan, dia merasa banyak yang tidak beres. Selain kepalanya pusing, kak

  • Siasat Menggoda Duda Kaya   Bab 2

    “Kamu salah paham, dia memang bekerja di club. Tapi aku membawanya kemari karena dia berniat menolongmu. Bukankah kamu belum dapat pendonor ginjal untuk Zavi?”Rey yang tadinya tak acuh kini berjalan mendekat. Dia menyambut Erik dan Anara untuk duduk lalu bicara serius. “Kamu sungguh ingin melakukannya?” Anara mengangguk yakin. “Benar, Pak Rey. Saya sehat, saya yakin bisa jadi pendonor untuk putra Anda. Semoga saja ginjal kami cocok,” ucap Anara dengan sesopan mungkin. Rey tampak berpikir, dia menimang sambil memperhatikan penampilan Anara. “Baiklah, besok kita cek dulu ke rumah sakit. Kalau cocok, saya ingin operasinya segera dilakukan–”Rey sedikit ragu karena penampilan Anara yang sangat mencolok, namun masalah kesehatan putranya bukan sesuatu yang bisa diulur. Jadi dia memilih untuk mencoba menerima niat baik dari wanita itu.“Tidak masalah, saya siap–” Anara bicara dengan senyum meringis. “Asal, soal uang itu… ““Saya pasti akan memberinya–” sahut Rey tanpa perlu Anara menega

  • Siasat Menggoda Duda Kaya   Bab 1 Menjadi Wanita Penghibur

    “Denda dua ratus juta? Bapak serius?”Anara menggigit bibirnya kuat-kuat, tangannya sampai gemetar. Dia dituduh merusak barang di galeri tempatnya bekerja--sebuah patung antik peninggalan jaman kuno yang harganya fantastis. Bosnya menagih uang denda untuk sesuatu yang bahkan tidak Anara lakukan. Jumlah sebanyak itu, bahkan jika Anara bekerja tanpa henti selama setahun ini pun tidak akan mungkin mendapatkan sebanyak itu. “Kamu sudah bekerja cukup lama di tempat galeri barang antik ini. Kamu tahu jelas harga patung itu tidak murah–” Patung itu kecil, hanya seukuran dua puluh senti. Namun terbuat dari porselen putih gading berusia ratusan tahun. Berbentuk patung wanita oriental dengan kimono sederhana yang dihiasi goresan warna biru dan merah yang mulai pudar. Kilau glasirnya tampak lembut di bawah lampu galeri, dan stempel dinasti di bagian bawah menjadi bukti keaslian yang membuat nilai patung mungil dan rapuh itu mencapai ratusan juta rupiah.“Ta--tapi… Aku bahkan tidak pernah me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status