Share

Bab 2

Author: empat2887
last update Last Updated: 2023-03-08 22:45:48

"Bagus, Reno, kamu memang harus tegas, sama istri yang suka membangkang seperti si Mila ini. Ibu juga nggak suka mempunyai menantu, yang nggak nurut seperti dia. Hanya bisa membuat emosi saja," cicit Bu Risma.

"Oh ... jadi maksudnya, kalian berdua itu tidak suka sama aku, dan lebih suka dengan Mbak Wina? Begitu bukan?" tanyaku.

Aku bertanya dengan tegas, kepada Bu Risma dan juga Mas Reno. Aku ingin tahu maksud mereka berkata seperti itu kepadaku. Apakah hanya untuk menggertaku, atau mereka memang benar-benar tidak mengharapkan aku ada di dalam kehidupan mereka lagi.

"Kalau memang iya, terus kamu mau apa, Mila? Aku lebih memilih Wina, yang menjadi menantuku, daripada kamu," terang Bu Risma, perkataannya itu begitu menusuk hatiku.

"Bu ... Ibu jangan bicara seperti itu, Bu. Bagaimana mungkin, Ibu lebih memilih aku dan melepaskan Mila? Dia itu suaminya masih ada, serta masih berstatus menantu Ibu? Aku memang selayaknya pergi dari sini, Bu, sesuai dengan kemauannya Mila. Karena aku juga tidak mau membuat rumah tangga Reno berantakan," papar Mbak Wina.

Ia berkata dengan begitu bijak, tetapi aku yakin, kalau dia berkata seperti itu hanya karena sedang berada di hadapan mertua dan juga suamiku. Seperti biasa Mbak Wina memang pandai sekali bersilat lidah. Ia itu seperti ular berbisa, yang siap menggigit dan menyebarkan racunnya.

Aku berkata seperti ini bukan tanpa alasan. Karena setiap ia berkata dan melirikku, dia terus tersenyum jahat ke arahku. Maksudnya apa ia berbuat seperti itu? Kalau memang bukan karena ingin meledekku. Aku yakin, kalau sebenarnya Mbak Wina itu merasa puas, dengan pembelahan mertua dan juga suamiku. Karena memang itu tujuannya ia mengadu, kepada suami dan juga mertuakum

"Tuh, Reno, kurang apa coba si Wina ini? Menurut Ibu, dia ini udah tau diri banget jadi orang. Tapi kenapa Si Mila tidak suka sama dia? Ia malah selalu menganggap, kalau Wina itu jahat. Ibu yakin, kalau istrimu ini memang tidak war*s, hatinya bus*k penuh dengan iri dan dengki." Bu Risma kembali memuji sikap Mbak Wina, yang menurutnya bijak.

"Iya, Bu, aku juga tidak paham, dengan jalan pikiran Mila itu seperti apa? Kenapa bisa, ia mempunyai pikiran picik seperti itu kepada Mbak Wina? Padahal ia itu baik banget kepada Mila, ia bahkan mau membelanya. Tapi memang dasar Si Milanya saja yang tidak tau diri," timpal Mas Reno.

Ucapan suami dan mertuaku ini benar-benar menusuk hatiku, membuat luka yang tak berdarah di dalam sana. Bisa-bisanya mereka malah membela perempuan bermuka dua itu dibanding aku, yang masih berstatus istri dan menantu yang sah. Mereka berdua terang-terangan membela Mbak Wina, hanya karena menilai dari tutur kata Mbak Wina, yang sebenarnya penuh dengan racun.

"Bu, Mas, jika memang kalian lebih mendengarkan kata-kata Mbak Wina dan tidak mau mendengar apa kataku. Ya sudah, silakan saja kalian bawa Mbak Wina ini untuk tinggal di rumah Ibu karena aku tidak mau menampungnya lagi! Kalau memang kamu mau, kamu juga boleh kok tinggal di sana, Mas. Kamu tidak kembali ke sini lagi juga nggak apa-apa, malah itu lebih bagus," usirku.

"Kamu mengusir kami, Mila?" tanya Mas Reno tidak percaya.

"Kalau iya, memangnya kenapa? Ingat ya, Mas. Rumah ini atas nama aku dan aku yang selalu membayar cicilan setiap bulanya. Jadi kamu tidak sepantasnya mengusir aku dari rumahku sendiri, yang ada kalian yang seharusnya pergi. Selama ini aku selalu diam dan sabar menghadapi ulah kalian, tetapi maaf kesabaranku juga ada batasnya. Jika kalian tidak mau menuruti aturanku, ya sudah pada minggat saja kalian semua. Jangan pernah lagi kalian tinggal dirumahku lagi," usirku dengan begitu tegas

Wajah Mas Reno begitu pucat, saat mendengar ucapanku. Mungkin ia tidak menyangka, kalau aku akan berkata seperti itu. Selama ini aku selalu diam, tetapi bukan karena aku takut. Aku hanya masih menghargai mereka semua, tetapi kali ini aku merasa sudah cukup sabar, makanya aku berontak.

Mungkin mereka lupa, kalau aku ini adalah manusia, yang punya hati dan juga perasaan. Aku bukanlah wayang, yang bergerak jika dimainkan oleh dalang. Jadi aku juga bisa melawan, sekiranya mereka semua menindasku dan berbuat yang tidak sesuai dengan keinginanku.

Bersambung ...

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Aku Siapa
kerennnn.........
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 71

    "Aku lebih memilih memaafkannya, Mas. Karena sepertinya dia bersungguh-sungguh meminta maaf kepadaku. Akupun tidak mau menyimpan dendam, apalagi orang tersebut sudah mengatakan maaf," terangku.Mas Reynaldi pun manggut-manggut, saat mendengar penuturanku tentang keputusan apa yang aku ambil."Baguslah kalau memang begitu, kamu memang orang baik, Mila. Kamu tidak mempunyai rasa dendam, walaupun orang tersebut telah menyakiti kamu," puji Mas Reynaldi."Ya memang harus seperti itu, Kan mas? Lagian untuk apa juga aku memperpanjang masalah, toh dia juga sudah berjanji tidak akan mengulanginya lagi dan dia juga telah mengucapkan kata maaf. Itulah yang penting buatku,"Setelah itu kami membahas tentang persoalan lain, yaitu membicarakan masalah pertunangan kami, yang akan dilaksanakan besok malam. Kami akan melaksanakan pertunangan tersebut di sebuah gedung, yang telah kami persiapkan jauh-jauh hari. Lumayan banyak juga orang yang akan kami undang, yaitu keluarga dekat kami, seluruh karyaw

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 70

    "Oh, ada Maya ya, Bi. Ya sudah, Bi, bilang sama Maya tunggu sebentar ya," pintaku."Iya, Non," sahut Bi Ratih.Aku pun segera merapikan pakaian, serta memakai kerudung, lalu setelah selesai baru aku menemui Maya beserta keluarganya. "Mila, maaf aku menganggu," ucap Maya dengan lembut.Maya tidak seperti biasanya yang selalu bersikap arogan. Ia bertanya saat aku baru saja masuk ke ruang tamu. Padahal tadinya aku berniat mau menyapa mereka duluan, tapi ternyata malah didahului oleh Maya."Lho ... kenapa kamu meminta maaf, Maya? Memangnya kamu punya salah apa sama aku," tanyaku berpura-pura tidak mengerti."Mila, kamu jangan melaporkan aku ke Polisi ya! Aku mohon, Mila," pinta Maya memelas.Memangnya kamu salah apa, hingga aku harus melaporkan kamu ke Polisi?" Aku masih tetap berpura-pura tidak tahu, tentang apa yang telah dilakukannya. Maya pun kemudian menjelaskan semuanya, tentang perbuatannya yang menyewa orang untuk mencelakaiku tempo hari.Dia terus memohon kepadaku, jika dia ti

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 69

    "Maaf, semuanya, kami sebagai pihak rumah sakit sudah semaksimal mungkin memberikan yang terbaik untuk pasien. Namun sayang, pasien tidak bisa bertahan dan ia meninggal dunia," terang Dokter."Innalillahi wainnailaihi roji'un," ucap kami serempakHatiku terhenyak saat mendengar kabar duka yang diucapkan oleh sang dokter yang telah menangani Mas Reno selama ini. Mbak Wina pun menangis, ia memelukku erat. Aku pun tidak kuasa menahan haru dan akhirnya ikut menangis. Aku merasa ikut sedih karena Mas Reno meninggal, sebab ia tidak kuat menahan peluru yang bersarang di pinggangnya. Karena kata dokter, peluru tersebut sampai mengenai ginjalnya. Mengerikan memang, tapi inilah jalan hidup yang harus dijalaninya. "Sudahlah, Mbak, kamu yang sabar ya. Mungkin ini memang jalan Mas Reno untuk kembali kepada pemilikNya. Kita doakan saja, semoga Mas Reno bisa diterima amal ibadahnya, serta meninggal dalam keadaan husnul khotimah." Aku berusaha membujuk Mbak Wina, supaya ia tidak berlarut dalam kes

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 68

    "Aku kok malas banget ya, Mas. Apalagi jika mengingat semua perbuatannya, ujarku."Mas paham, Mila, tapi kamu juga jangan seperti itu. Kita harus tetap berbuat baik kepada siapa pun, walaupun orang tersebut telah menyakiti kita," tegur Mas Reynaldi.Perkataannya itu membuat aku malu, padahal yang seharusnya julid itu dia. Karena Mas Reno merupakan mantan suamiku, sedangkan dia merupakan calon suamiku. Tapi kini malah dia yang mengingatkan aku, supaya aku mau menengok mantanku tersebut."Iya, Mas, kamu benar. Ternyata aku telah salah telah berpikir seperti itu," ucapku."Itu manusiawi kok, Mila. Karena yang namanya manusia pasti mempunyai salah dan khilaf. Makanya sekarang Mas ngingetin kamu, barangkali kamu sedang khilaf kan," sahut Mas Reynaldi."Bener, Mas, terima kasih ya kamu telah mengingatkan aku. Ya sudah kalau begitu, ayo kita ke rumah sakit! Kita ajak Mama sama Papa ya, barangkali saja mereka juga mau menengok, biar sekalian kita berangkat bareng," kataku.Aku pun kemudian s

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 67

    "Keadaan Pak Reno untuk saat ini masih hidup, ia membutuhkan perawatan secara medis. Semoga saja dia bisa selamat," sahut Pak Polisi.Aku merasa ngeri saat mendengar Pak Polisi menjelaskan, tentang keadaan Mas Reno saat ini. Ternyata ia di tembak polisi karena berusaha melawan pihak yang berwajib. Pantas saja jika tadi terdengar suara tembakan, serta terdengar suara jeritan bahkan suara tembakannya sampai terdengar dua kali.Aku tidak menyangka, jika Mas Reno sampai segitunya. Hanya karena niat ingin mengusai harta bendaku, sehingga ia menjadi seorang kriminal, yang harus berhadapan langsung dengan aparat kepolisian. Ia bahkan sepertinya tidak kapok, telah membuat Ibu dan adiknya meninggal dunia. Atau mungkin juga ia belum tahu, jika Bu Risma dan juga Reni telah tiada. Kemudian aku melirik ke arah Mbak Wina, ia hanya tertunduk tanpa bersuara. Tetapi wajahnya begitu pucat, entah karena sedang sakit, atau karena kaget dengan semua yang terjadi barusan kepadanya. "Jadi maksudnya, Mas R

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 66

    "Siap, Mas. Apa pun yang terjadi nanti dan hukuman apa yang akan ditanggungnya, itu merupakan resiko yang harus dia pertanggung jawabkan," jawabku."Ya sudah, jika kamu sudah siap. Biar para polisi segera melakukan tugasnya dengan sebaik mungkin," pungkas Mas Reynaldi.Ia mengakhiri perkataannya, aku pun mengiyakan apa yang dikatakan oleh Mas Reynaldi. Kemudian kami berdua kembali fokus untuk melihat para polisi, yang sedang melakukan tugasnya tersebut. Ada sekitar delapan orang polisi yang menjalankan misi ini. Para polisi tersebut mengepung rumah, yang dikatakan detektif ada kedua tersangka tersebut. Setelah itu salah satu polisi mendobrak pintu, hingga akhirnya pintu terbuka. Kemudian setelah pintu terbuka, masuklah empat orang polisi. Sedangkan keempat orang lainnya berjaga-jaga di luar. Tidak berapa lama setelah polisi masuk, terdengar dua kali suara tembakan dari dalam rumah tersebut, serta jeritan seseorang entah siapa itu. Entah apa yang terjadi di dalam sana, sehingga terde

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status