Tuan Fandi terkejut. Ia menatap Ghalib dengan tatapan penuh selidik. Bahu pria paruh baya itu naik turun mengolah udara sambil tak lepas memandang Ghalib.
Ghalib menghela napas dan melepas cekalan di lengan Tuan Fandi.
“Apapun yang terjadi, aku akan tetap menikahi Lea.”
Kembali Tuan Fandi tercengang dengan ucapan Ghalib. Pria paruh baya itu belum sempat berkata apa-apa dan kini ucapan Ghalib seperti setengah mengancam kepadanya.
“Ayah gak pernah melarangmu untuk menikahinya, Ghalib. Selama kalian saling cinta, pasti akan Ayah restui.”
Ghalib mendengkus sambil menyipitkan mata melihat Tuan Fandi.
“Lalu … apa yang akan Ayah lakukan sekarang? Ayah akan menuruti perintah Nenek?”
Tuan Fandi terdiam sejenak. Panggilan Ghalib padanya sudah berubah dan itu membuat hatinya sedikit lega ketimbang tadi pagi.
Belum ada jawaban dari Tuan Fandi, tapi mata kelamnya sudah menatap penuh hangat ke putra
“Silakan tunggu sebentar, Tuan!!”Suara wanita penerima tamu membuyarkan lamunan Tuan Fandi. Pria paruh baya yang masih terlihat tampan itu hanya mengangguk sambil tersenyum datar. Sedangkan Ghalib sudah masuk lebih dulu ke ruangan yang disiapkan.Ghalib juga sudah duduk di salah satu sofa, menunggu dengan tenang kedatangan Tuan Kris.“Ayah tidak duduk?”Ghalib sontak bertanya saat melihat Tuan Fandi hanya berdiri diam di belakang pintu tanpa mencoba mendekat ke arah Ghalib.Tuan Fandi mendongak, membuat matanya bertemu dengan mata pekat Ghalib. Kemudian perlahan pria itu tersenyum.“Iya, hanya saja … sepertinya Ayah harus ke toilet sebentar, Ghalib.”Ghalib mengulum senyum sambil menganggukkan kepala mendengar ucapan ayahnya.“Ayah tinggal dulu.” Tuan Fandi menambahkan kalimatnya.Entah mengapa ide ke toilet tiba-tiba muncul di benaknya. Ghalib hanya tersenyum sambi
“Bisa saya bertemu Tuan Kris, Nona?” tanya Ghalib siang itu.Ia sudah tiba di perusahaan milik Tuan Eliot yang kini diambil alih oleh adiknya, Tuan Kris Husein. Ghalib datang bersama Tuan Fandi kali ini. Usai makan siang, mereka langsung meluncur ke tempat ini.“Apa sudah membuat janji sebelumnya, Tuan?” Wanita manis yang berhadapan dengan Ghalib malah mengajukan pertanyaan balik.“Sudah, Nona. Asisten saya yang membuatkan janji bertemu.”“Kalau boleh tahu dengan Tuan siapa?”“Saya Ghalib. Ghalib Haykal.”Wanita manis itu tersenyum, menganggukkan kepala kemudian tampak sedang melakukan panggilan. Sepertinya dia sedang mengkonfirmasi janji yang baru saja dibuat Ghalib tadi.Setelah beberapa saat akhirnya wanita resepsionis itu bersuara lagi.“Silakan langsung ke lantai 17, Tuan. Anda sudah ditunggu.”Ghalib tersenyum, ia langsung berpamitan kemudian b
“Eh … .”Tuan Fandi terkejut, menoleh ke Ghalib tanpa sempat bersuara. Pria tampan berdagu belah itu tersenyum sambil membalas tatapan ayahnya.“Aku sudah minta Pak Jonas membuat janji usai makan siang. Jadi kita bisa ke sana setelah ini. Ayah bisa, kan?”Jakun Tuan Fandi naik turun menelan saliva, tapi suaranya tercekat tak bisa keluar. Kemudian perlahan pria paruh baya itu mengangguk.Seketika Ghalib tersenyum lebar sambil menganggukkan kepala. Ini kali pertama ia sangat gembira mendapat jawaban dari ayahnya.“Iya, nanti Ayah temani. Kebetulan Ayah tidak sibuk hari ini, Ghalib.”Pada akhirnya Tuan Fandi bisa bersuara kembali. Ghalib mengangguk.“Kalau begitu, kita makan siang dulu, Yah. Setelah itu baru ke tempat Om Kris.”Tawaran Ghalib langsung diiyakan saja oleh Tuan Fandi. Ini adalah tawaran pertama yang dilakukan Ghalib untuknya. Tuan Fandi senang pada akhirnya Ghali
“PESTA? Pertunangan?” ulang Ghalib. Jakun pria tampan itu naik turun dengan teratur usai mendengar ucapan Nyonya Emilia. Nyonya Emilia hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala menjawab pertanyaan cucu kesayangannya. “Iya, tempo hari saat makan malam harusnya kamu langsung bertunangan dengan Deasy. Hanya saja karena sesuatu hal jadi batal.” “Itu sebabnya, Nenek akan mengulang makan malam seperti tempo hari. Kamu tidak perlu khawatir, kita lakukan secara sederhana saja. Nanti kalau Nenek sudah pulih benar, akan Nenek buatkan pesta untuk kalian.” Tidak ada jawaban yang keluar dari bibir Ghalib. Ia hanya diam dengan mata yang fokus memandang sang Nenek. Tuan Fandi yang duduk di dekatnya, mengerti apa yang sedang dirasakan Ghalib saat ini. Putranya pasti ingin menolak dengan keras, tapi pastinya Ghalib sedang berpikir tentang kesehatan neneknya. Ia tidak mau terjadi sesuatu hal pada neneknya. “Eng … Nek, kalau memang seperti itu. Mengapa tidak nanti saja pestanya.” Setelah terdiam
“Iya, aku Kenan. Kamu pikir hantu?” jawab sosok itu yang tak lain Kenan.Pria paruh baya, asisten rumah tangga Husein itu hanya terdiam. Wajahnya pucat dengan mata membola dan mulut setengah terbuka. Sepertinya ini pertama kali dia melihat Kenan usai dinyatakan meninggal tempo hari.Tanpa menunggu jawaban art-nya, Kenan langsung mendorong pintu lebih lebar dan masuk ke dalam rumah. Ia berjalan ke ruang tamu dan duduk di salah satu kursi.Sementara sang Art mengikutinya dengan gugup dan ketakutan. Bahkan langkah kakinya sengaja tidak membuat suara sebisa mungkin. Ia tidak mau pria di depannya ini akan murka padanya.“Apa yang dilakukan Ghalib di sini?” tanya Kenan tiba-tiba.Pria paruh baya itu kembali tercengang, mendongak dengan mata melotot. Wajahnya kembali pucat dan bibirnya tampak bergetar. Sepertinya Kenan telah mengawasi interaksinya dengan Ghalib sejak tadi.Usai mengikuti Ghalib hingga apartemennya, Kenan ber
“Saya tidak tahu dia manusia atau bukan, tapi yang pasti pelaku di balik menghilangnya Nyonya Eliana dan Tuan Eliot berhubungan dengan Tuan Kenan.”Ghalib berdecak usai mendengar jawaban asisten rumah tangga itu. Ia menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan kasar.“Aku tidak percaya hantu. Aku yakin dia pasti Kenan.”Pria paruh baya itu tampak tercengang mendengar ucapan Ghalib. Ia melihat ke arah Ghalib dan memperhatikan pria tampan berdagu belah itu dengan saksama. Bahunya naik turun dengan dada kembang kempis usai mengolah udara, seolah baru saja marathon.“Mana ada hantu yang bisa berjalan. Apa kamu tidak melihat jika kakinya menapak di tanah dalam rekaman itu?”Ghalib menambahkan penjelasannya. Pria itu tertegun dan langsung melihat rekaman CCTV dalam ponselnya. Kemudian perlahan kepalanya mengangguk dan kembali melirik Ghalib.Sementara Ghalib hanya diam tak bereaksi. Kemudian ia sudah kembal