Share

Bab 181

Penulis: Aira Tsuraya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-22 11:00:13

“Hmmmpppff … .”

Wanita dengan tangan terikat dan mulut terlakban itu melotot sambil bergumam tak jelas. Bahkan tubuhnya terus bergerak seolah berusaha melepaskan ikatannya. Namun, sepertinya pria manis itu tidak mempedulikan ulahnya.

Ia hanya terkekeh dengan suara tawa yang sengau dan tidak enak didengar.

Mata Lea terus mengerjap sambil menatap penuh kebencian. Ia menyesal harus tergesa meninggalkan rumah sakit semalam. Andai dia menuruti permintaan Tuan Fandi untuk tinggal sejenak dan menunggu Ghalib keluar, pasti tidak akan bernasib seperti ini.

Lea tidak menyadari jika pria di sampingnya ini terus menguntitnya. Bahkan ia meminta sopirnya menyamar sebagai driver taxi online. Hingga Lea berakhir di sini.

Entah berapa lama tubuh Lea terombang-ambing di dalam mobil dalam kondisi terikat. Ia sangat lelah dan sesekali matanya terpejam saat di perjalanan. Hingga tiba-tiba ia merasa tubuhnya dibanting sangat keras ke atas kasur.

<
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 192

    “Iya, aku Kenan. Kamu pikir hantu?” jawab sosok itu yang tak lain Kenan.Pria paruh baya, asisten rumah tangga Husein itu hanya terdiam. Wajahnya pucat dengan mata membola dan mulut setengah terbuka. Sepertinya ini pertama kali dia melihat Kenan usai dinyatakan meninggal tempo hari.Tanpa menunggu jawaban art-nya, Kenan langsung mendorong pintu lebih lebar dan masuk ke dalam rumah. Ia berjalan ke ruang tamu dan duduk di salah satu kursi.Sementara sang Art mengikutinya dengan gugup dan ketakutan. Bahkan langkah kakinya sengaja tidak membuat suara sebisa mungkin. Ia tidak mau pria di depannya ini akan murka padanya.“Apa yang dilakukan Ghalib di sini?” tanya Kenan tiba-tiba.Pria paruh baya itu kembali tercengang, mendongak dengan mata melotot. Wajahnya kembali pucat dan bibirnya tampak bergetar. Sepertinya Kenan telah mengawasi interaksinya dengan Ghalib sejak tadi.Usai mengikuti Ghalib hingga apartemennya, Kenan ber

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 191

    “Saya tidak tahu dia manusia atau bukan, tapi yang pasti pelaku di balik menghilangnya Nyonya Eliana dan Tuan Eliot berhubungan dengan Tuan Kenan.”Ghalib berdecak usai mendengar jawaban asisten rumah tangga itu. Ia menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan kasar.“Aku tidak percaya hantu. Aku yakin dia pasti Kenan.”Pria paruh baya itu tampak tercengang mendengar ucapan Ghalib. Ia melihat ke arah Ghalib dan memperhatikan pria tampan berdagu belah itu dengan saksama. Bahunya naik turun dengan dada kembang kempis usai mengolah udara, seolah baru saja marathon.“Mana ada hantu yang bisa berjalan. Apa kamu tidak melihat jika kakinya menapak di tanah dalam rekaman itu?”Ghalib menambahkan penjelasannya. Pria itu tertegun dan langsung melihat rekaman CCTV dalam ponselnya. Kemudian perlahan kepalanya mengangguk dan kembali melirik Ghalib.Sementara Ghalib hanya diam tak bereaksi. Kemudian ia sudah kembal

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 190

    “Tuan, apa Anda baik-baik saja?” tanya seorang pria.Ghalib perlahan membuka mata, mengerjapkan beberapa saat sambil memperhatikan sekitar. Sesekali ia mengusap kepalanya yang masih sakit akibat pukulan tadi.Ghalib melihat sudah berada di dalam ruang tamu sebuah rumah dan sedang terbaring di atas sofa. Pelan-pelan ia mencoba mengingat apa yang baru saja terjadi, kemudian mata pekatnya menatap tajam pria yang berdiri di depannya.“Apa kamu yang memukulku tadi?”Pria itu menunduk, menyembunyikan wajahnya kemudian mengangguk.“Saya minta maaf, Tuan. Saya tidak tahu jika Anda yang datang.”Ghalib mendengkus. Ia sudah duduk di sofa sambil melihat ke arah pria di depannya. Ghalib mengenali pria di depannya ini. Ia adalah salah satu asisten rumah tangga di keluarga Husein.Rupanya meski sudah pindah rumah, pria ini masih saja setia mengikuti majikannya.“Saya pikir tadi yang datang orang jaha

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 189

    “Ghalib!!”Panggilan Tuan Fandi sama sekali tidak membuat pria tampan itu menjawab. Karena gemas, Tuan Fandi langsung merampas ponsel Ghalib.Kini matanya terbelalak seraya membaca pesan dalam ponsel itu.“Kenan masih hidup!!” Tuan Fandi menoleh ke Ghalib dengan tatapan bertanya.“Apa maksudnya ini, Ghalib? Bukannya Kenan mantan suami Lea itu sudah mati.”Ghalib tidak berkata sepatah pun, tapi sudah meminta kembali ponselnya. Kepalanya mengangguk dengan wajah penuh ketegangan terlihat jelas di sana.“Iya, harusnya dia sudah mati. Aku dan Lea menghadiri pemakamannya tempo hari.”Tuan Fandi terdiam, berdecak sambil berulang menggelengkan kepala.“Namun, Lea pernah berkata jika dia yakin kalau Kenan masih hidup dan sedang menunggu saat yang tepat untuk membalas dendam padanya.”Mata Tuan Fandi melebar. “Jangan-jangan Kenan di balik menghilangnya Lea, Ghalib.&

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 188

    BRAK!!!Tiba-tiba pintu ruangan Ghalib terbuka lebar dan tampak Pak Jonas berjalan tergesa masuk ke dalam ruangan. Deasy tersenyum masam saat melihat kedatangan pria itu.Pak Jonas berdiri di depan Ghalib sambil menundukkan kepala seolah sedang minta maaf karena membiarkan Deasy masuk begitu saja ke ruangannya.Deasy berdecak, dengan sudut mata melihat Pak Jonas.“Baik, aku tunggu kamu di rumah sakit. Aku tidak mau Nenek marah.”Usai berkata seperti itu, Deasy langsung memutar tubuhnya dan berlalu pergi meninggalkan mereka berdua.Ghalib hanya diam, rahangnya menegang menatap kepergian Deasy.“Maafkan saya, Tuan. Saya sedang ke toilet saat Nona Deasy masuk. Jadi saya ---”Pak Jonas menjeda kalimatnya saat melihat tangan Ghalib terangkat ke udara. Pria tampan berdagu belah itu menatap Pak Jonas dengan kesal.“Ini pertama dan terakhir kali, dia masuk ke sini tanpa izin, Pak. Ingat itu!!!&rdquo

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 187

    “Jadi Paman sudah melaporkan menghilangnya Lea?” tanya Ghalib di telepon siang itu.Ia sudah seharian menunggu kedatangan Tuan Iwan ke tempatnya, tapi nyatanya ia malah mendapat panggilan jika paman Lea itu sudah melapor sendiri ke polisi.“Iya, Ghalib. Paman tidak mau merepotkanmu terus.”Ghalib terdiam. Jakunnya naik turun menelan saliva, sesekali ia mengacak rambutnya. Padahal ia sangat ingin membantu selain itu sebelumnya Ghalib sudah mengenal beberapa orang di kepolisian akibat kasus Kenan tempo hari.Siapa tahu kenalannya itu bisa mempercepat pencarian Lea, tapi sepertinya Tuan Iwan memang benar-benar tidak mau merepotkannya.“Kata polisi, mereka akan segera mencari keberadaan Lea. Kamu tidak perlu khawatir.”Suara Tuan Iwan kembali terdengar di seberang sana. Ghalib hanya terdiam sambil berulang menganggukkan kepala. Ia tidak bisa berbuat banyak lagi.Arifin yang biasanya mengurusi hal ini se

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status