Share

Bab 215

Author: Aira Tsuraya
last update Last Updated: 2025-08-08 11:00:19

“APA!!!?”

Ghalib terkejut setengah mati. Padahal baru tadi siang ia berbincang dengan Pak Sonny dan masih dalam keadaan sehat bugar, tapi mengapa sekarang malah mendapat berita duka.

“Saya baru saja mendapat kabar dari anak buahnya, Tuan.”

Pak Jonas kembali menjelaskan. Ghalib tidak bersuara, hanya diam dengan tatapan mata kosong ke depan.

Ia masih ingat jika Pak Sonny mengatakan akan membantunya sampai tuntas. Beliau juga mengatakan kejanggalan atas semua hal yang menimpa perusahaan Ghalib. Bahkan soal korban keracunan itu masih diselidiki.

Namun, mengapa sekarang ia malah mendapat kabar duka? Apa ada yang mendengar percakapannya tadi siang? Apa ada yang telah mengkhianatinya?

“Tuan … apa sebaiknya Anda melayat ke rumah beliau? Siapa tahu Anda bisa mendapat informasi tentang semua ini?”

Ghalib mendengkus sambil menganggukkan kepala.

“Iya, benar, Pak. Aku harus ke sana. Cari tahu

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 216

    "Terima kasih atas kedatangannya, Tuan," ucap seorang wanita paruh baya seraya menjabat tangan Ghalib. Usai jam. pulang kantor, Ghalib bersama Pak Jonas langsung menuju rumah duka. Ia memang berencana melayat sekaligus ingin mengenal lebih banyak tentang pria baik itu. "Apa Anda teman suami saya, Tuan? Masalahnya baru kali ini saya melihat Anda."Istri Pak Sony kembali membuka obrolan. Ghalib hanya tersenyum menganggukkan kepala. "Iya, saya temannya. Bahkan tadi siang, baru saja saya bertemu beliau."Wanita paruh baya itu hanya menghela napas panjang. Tatapannya kosong ke depan dan terlihat kesedihan di rautnya. "Kita tidak tahu usia seseorang, Tuan. Mungkin sudah suratan takdir suami saya untuk meninggal dalam kecelakaan ini."Ghalib hanya diam, kepalanya beberapa kali mengangguk mengiyakan. Memang tidak ada yang tahu kapan dan bagaimana kita mati, hanya Tuhan yang tahu. Ghalib ingin bertanya lebih lanjut, tap

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 215

    “APA!!!?”Ghalib terkejut setengah mati. Padahal baru tadi siang ia berbincang dengan Pak Sonny dan masih dalam keadaan sehat bugar, tapi mengapa sekarang malah mendapat berita duka.“Saya baru saja mendapat kabar dari anak buahnya, Tuan.”Pak Jonas kembali menjelaskan. Ghalib tidak bersuara, hanya diam dengan tatapan mata kosong ke depan.Ia masih ingat jika Pak Sonny mengatakan akan membantunya sampai tuntas. Beliau juga mengatakan kejanggalan atas semua hal yang menimpa perusahaan Ghalib. Bahkan soal korban keracunan itu masih diselidiki.Namun, mengapa sekarang ia malah mendapat kabar duka? Apa ada yang mendengar percakapannya tadi siang? Apa ada yang telah mengkhianatinya?“Tuan … apa sebaiknya Anda melayat ke rumah beliau? Siapa tahu Anda bisa mendapat informasi tentang semua ini?”Ghalib mendengkus sambil menganggukkan kepala.“Iya, benar, Pak. Aku harus ke sana. Cari tahu

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 214

    Saat yang bersamaan ponsel Kenan berdering nyaring. Ia tidak melihat reaksi Ghea apalagi mendengar suaranya. Ia langsung fokus dengan ponselnya dan melenggang keluar meninggalkan ruang rawat inap tersebut.“Dia benar masih hidup,” batin Ghea.Wajahnya pias, kakinya gemeteran dengan jantung yang berdetak lebih cepat dari biasanya seolah Ghea baru saja melihat hantu.“Sus, sini!!”Panggilan sang Dokter seketika menginterupsi kekalutan Ghea. Ghea mengangguk dan berjalan mendekat. Ini saatnya dia bekerja dan seharusnya fokus ke pekerjaannya.Untung saja Kenan tidak melihatnya tadi. Kalau tidak, pria itu pasti akan bertanya tentang Lea padanya. Tanpa ada seorang pun yang tahu, Ghea menghela napas lega sembari mengurut dadanya.Selang beberapa saat kemudian, Ghea sudah selesai bertugas. Ia berjalan menuju ruang istirahat, menghempaskan pantatnya dan tergesa mengambil ponsel di dalam tas.Napas Ghea tersenggal dengan

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 213

    “APA!!!??”Nyonya Emilia sontak terkejut usai mendengar permintaan Deasy. Tidak ia duga, wanita yang ia gadang-gadang dan selalu ia puji malah berkata seperti ini.Padahal nantinya usai Deasy menikah dengan Ghalib semua perusahaan milik keluarga Prasetya akan menjadi milik mereka sepenuhnya. Segitu khawatirnya Deasy dengan pembatalan sepihak dari Ghalib sehingga meminta seperti ini.“Nek … saya tidak meminta banyak. Bukankah itu tidak sebanding dengan harga diri saya dan keluarga yang dipermalukan jika sampai Ghalib membatalkan semuanya.”“Jadi saya rasa itu sebanding.”Nyonya Emilia mengangguk sambil mengatur napasnya.“Iya, kamu benar. Saya sama sekali tidak keberatan dengan syaratmu ini, Deasy.”Deasy sontak menghela napas sambil mengurut dadanya. Ia tahu berapa banyak kekayaan keluarga Prasetya, rasanya tidak masalah jika dia memintanya sedikit. Toh, kalau semua ucapan Nyonya

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 212

    “Deasy. Ada apa? Tidak biasanya kamu menelepon Nenek di malam hari.”Suara Nyonya Emilia terdengar dari seberang sana. Wanita itu sudah kembali ke kotanya. Ia tidak bisa stay di kota ini terus. Banyak hal yang harus ia kerjakan di kota asalnya.Itu juga sebabnya Nyonya Emilia meminta tolong Deasy melihat keadaan Ghalib begitu tahu Ghalib terlibat masalah dengan BPOM.Deasy yang sudah berada di kamarnya hanya tersenyum mendengar suara Nyonya Emilia. Setelah kejadian tadi sore di kantor Ghalib, Deasy memberanikan diri untuk menelepon Nyonya Emilia malam ini.“Maaf, Nek. Kalau saya mengganggu.”Nyonya Emilia tersenyum sambil menggeleng. “Tidak apa-apa. Kebetulan Nenek sedang senggang. Oh ya, bagaimana dengan Ghalib? Apa dia baik-baik saja?”Deasy menelan ludah sambil menggeram pelan. Ia jadi kesal tiap ingat kejadian tadi sore.“Iya, Ghalib baik-baik saja. Semua aman terkendali kok, Nek.”

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 211

    “Lea? Kamu beneran Lea? Kamu dimana sekarang? Biar aku jemput.”Ghalib tampak bersemangat. Matanya berbinar dengan sebuah senyum tersungging di wajahnya. Sesaat tadi dia merasa patah semangat dan tak bergairah, tapi setelah mendengar suara Lea semuanya berubah.“Iya, Ghalib. Aku beneran Lea. Aku belum bisa mengatakan posisiku, tapi aku baik-baik saja.”Ghalib terdiam, wajahnya kembali muram saat mendengar jawaban Lea.“Apa kamu marah padaku? Kamu benci padaku, Lea?”Terdengar helaan napas panjang di seberang sana, kemudian tidak lama suara Lea nan merdu kembali berkumandang.“Tidak. Aku tidak marah juga tidak benci. Aku hanya sedang menyusun rencana untuk membalas Mas Kenan.”Alis Ghalib terangkat satu dengan mata yang menyipit penuh rasa penasaran.“Kamu sudah tahu jika Kenan masih hidup.”Di seberang sana Lea menganggukkan kepala, sayangnya Ghalib tidak bisa m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status