Share

Silakan Pergi Bersama Selingkuhanmu, Mas!
Silakan Pergi Bersama Selingkuhanmu, Mas!
Penulis: Siti_Rohmah21

Bab 1

"Jangan pergi, lelaki itu berkhianat." Mata Mbak Giska berembun saat aku hendak pamit ke luar kota mengurus bisnisnya seperti biasa. Dia bicara dengan bahasa isyarat karena istri pertama suamiku itu bisu. Bukan hanya itu, tubuhnya hanya mampu berada di atas ranjang, ia tak berdaya.

"Kenapa, Mbak? Khianat bagaimana?" tanyaku padanya. Namun, hanya uraian air mata yang jatuh membasahi pipi kakak maduku tersebut. 

Tiga tahun yang lalu aku memutuskan untuk menjadi madu. Kala itu permintaan secara tertulis hitam di atas putih yang menjadi saksi bahwa pernikahan kedua ini atas restu istri pertama suamiku.

Giska, nama wanita yang begitu anggun dan baik hatinya, usianya terpaut lima tahun lebih tua dariku, dia 27 tahun, sedangkan aku 22 tahun. Namun, di usia mudanya, Mbak Giska Yolantika mengalami kelumpuhan dan bisu akibat kecelakaan yang terjadi tiga tahun lalu.

Dia terus menggelengkan kepalanya, hal ini membuatku semakin berat meninggalkan orang yang telah kuanggap sebagai malaikat. Ya, karena Mbak Giska lah, nyawa kedua orang tuaku tertolong. Mereka bisa menjalani operasi berkat uang yang disodorkan olehnya ketika aku menyetujui menjadi madunya.

"Mbak Giska bisa ceritakan padaku, Mbak. Apa yang telah Mas Firman lakukan padamu?" pintaku pun dengan bahasa isyarat, khawatir kalau bicara dengan keras Mas Firman dengar. Meskipun suami kami ada di ruangan kerjanya, tapi ruangan ini penuh dengan penyadap.

Kemudian, Mbak Giska menoleh ke arah laci yang berada di sebelah kiri. Kamar ini kamarnya, aku sebagai madu tidak pernah sekali pun lancang menggeledah. 

"Ada sesuatu di sana?" tanyaku memastikan, Mbak Giska pun mengangguk. "Oke, aku coba buka ya, Mbak, mohon izin," tambahku pun masih dengan bahasa isyarat.

Kemudian, aku langkahkan kaki ini ke arah laci tersebut dan membukanya tanpa mengulur waktu.

Deg!

"Hanya kunci?" Aku segera menoleh lagi ke arah Mbak Giska, kenapa dengan kunci ini? Sebegitu pentingkah?

Aku kembali duduk di sebelahnya berbaring. Kemudian tersenyum ke arahnya.

"Ini kunci?" tanyaku padanya.

"Duplikat!" suruh Mbak Giska singkat dengan bahasa isyarat.

"Ya udah nanti aku suruh Mas Firman," jawabku sambil bangkit. Namun, dia menggelengkan kepalanya. "Kalau begitu suruh Mbok Tuti," usulku lagi. Namun, jawabannya sama, Mbak Giska menolak.

Astaga, aku kesulitan berkomunikasi dengan Mbak Giska kalau begini. Namun, sejujurnya penasaran dengan apa yang ingin ia katakan.

Aku membasahi bibir seraya mencari cara supaya paham maksud Mbak Giska itu apa. Namun, tiba-tiba handle pintu terlihat bergerak, aku yakin itu Mas Firman yang mau masuk, segera aku kembalikan kunci yang berada di laci tadi.

Benar saja dugaanku, ternyata Mas Firman yang masuk. Ia menghampiri kami berdua.

"Loh, Nurma, kamu belum berangkat? Katanya mau ke luar kota." Mas Firman berdiri di depan laci tadi. Lalu sambil mengajakku bicara terlihat jarinya ke arah laci tersebut dan mengambil kunci tadi. 

'Untung sudah aku taro lagi, tapi gelagat Mas Firman membuatku curiga. Kenapa sembunyi-sembunyi mengambil kunci?' batinku sambil menautkan kedua alis.

"A-ada telepon tadi dari Adnan, katanya jadwal ke luar kota dipending minggu depan," jawabku gugup.

"Oh, batal. Hm, lagian baru pulang dari luar kota kemarin, sekarang sudah harus berangkat lagi, jangan-jangan siasat Adnan aja kali," sindir Mas Firman kemudian ia putar badan lalu melangkah hendak pergi tanpa permisi.

"Tunggu, Mas. Kamu mau ke mana?" tanyaku penasaran.

"Aku mau ke kantor satunya, kamu di sini temani Giska dulu ya," suruh Mas Firman. "Ingat, jangan keluar kamar sebelum aku memanasi mobil ya, soalnya aku mau ambil sesuatu dulu di ruangan kerja." Mas Firman menambah serangkaian pesan padaku.

Setelah Mas Firman pergi, Mbak Giska memberikan isyarat padaku. "Kamu ikuti, dia mau ke ruang bawah tanah," suruh Mbak Giska dengan bahasa isyaratnya.

Ruang bawah tanah? Setahu aku ruangan itu sudah tidak boleh lagi dihuni oleh Mas Firman sejak lima bulan lalu. Katanya kalau kita membuka pintu ruangan bawah tanah maka barang-barang akan berjatuhan di dalamnya terlalu penuh dan sumpek.

Aku ikuti Mas Firman dengan hati-hati, tiap kali dia berbalik, aku bersembunyi di mana pun tempat yang aman. Setibanya di dekat pintu bawah tanah, barulah aku bersembunyi dan tidak bergerak lagi.

Mas Firman masuk, kemudian keluar lagi membuka pintunya.

Deg!

'Wanita? Siapa wanita yang keluar dari balik pintu itu?' batinku bertanya-tanya. 

"Aduh capek, Mas, kucing-kucingan begini tiap kali istri keduamu pulang dari luar kota. Selama dia di luar kota sih aman, pembantu, satpam, semua kan orang baru yang kamu bayar khusus," ucap wanita yang tidak kuketahui namanya.

Sesak, dada ini terasa sesak saat dia membicarakan aku barusan. Terdengar lekat di telinga ini bahwa semua pekerja ternyata orang suruhan Mas Firman.

"Sabar, baru satu perusahaan yang atas namaku, satu lagi belum. Kamu sabar ya, setelah ini kita akan usir Giska dan Nurma dari rumah ini," jawab Mas Firman dengan disertai tawa renyah.

Astaga, ternyata Mas Firman orang jahat, kasihan Mbak Giska, sudah tidak punya orang tua, kini hartanya mau dikuasai oleh Mas Firman. Aku takkan biarkan ini terjadi. 'Setelah perusahaan pindah lagi ke tangan Mbak Giska, maka kamu harus pergi dari rumah ini bersama selingkuhanmu, Mas!' batinku dengan tangan mengepal.

To be continue

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Aleeaaz
Wah,, lain dari yang lain.. Biasanya istri kedua jahat bgt ke istri pertama...
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Ijin baca ceritanya
goodnovel comment avatar
Dian
greget ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status