Share

Bab 24

"Kamu tahu, gak Num? Tadi saat aku mengantarkan Cahaya ke rumah Sandi, dia sedang marah-marah sama istrinya."

"Masa, Fir? Terus terus, gimana reaksi mereka saat kamu yang bawa anaknya?"

"Seneng, dong. Sampai bilang makasih beberapa kali. Oh, iya Num. Sandi minta aku buat bujuk kamu agar tidak menggugat cerai ke pengadilan. Dia bilang, dia sangat mencintai kamu. Di depan istrinya, lho dia bilang kayak gitu. Dasar tidak punya perasaan, tuh bapak-bapak," ujar Safira terkekeh.

"Ah, paling juga hanya pencitraan dia mah. Mana mau aku balik lagi ke sana. Kapok."

Kami tertawa bersamaan membicarakan calon mantan suamiku itu.

Sepulangnya dari bertemu dengan Devano, entah kenapa pikiranku terasa ringan. Kesediaan dia untuk mendampingiku hingga sidang selesai, membuat tumpukkan beban di pundak perlahan terasa menghilang. Aku optimis, jika perceraianku akan berjalan dengan lancar. Meskipun, nanti akan ada drama penolakan dari pihak Mas Sandi.

Besok pagi, aku akan berangkat ke pengadilan untuk
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yung
gk usah peduli lagi sama suami berhianat,kebahagiaan anak ada pada ibu nya bukan pada ayah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status