Naka memasuki rumah masa kecilnya, sudah ada sang mama yang ternyata menunggu kedatangannya. “Halo ma..” sapa Naka mengecup mama Nyra Gasendra, yang berdiri menunggunya di rumah mewahnya.“Halo sayang. Mama merindukanmu, bagaimana keadaanmu nak?” tanyanya memeluk buah hati satu-satunya itu.“Aku baik,” jawabnya sopan.“Perusahaan bagaimana?” tanya mama Nyra, Naka menjawab secara general saja. Namun dia juga menunggu mamanya menanyakan kabar istrinya, namun sudah 10 menit dia disana dengan bergaia pertanyaan, sang mama belum juga menanyakan keadaan Ivanka.Naka bertanya keadaan oma yang sedang sakit, begitu pun sang papa. Mama Nyra menjawab dengan tenang, keadaan oma semakin membaik. Naka mengangguk, dia menunggu ada apa mamanya ingin menemuinya, dan kenapa tidak ada pembahasan mengenai istrinya disini.Merasa tidak ada pertanyaan mengenai istrinya, Naka memulainya dengan menyerukan keberadaan Ivanka. “Ivanka sedang di Singapura, dia menjalani perawatan disana,” ucap Naka tiba-tiba.
Anulika mendesah begitu melihat Naka duduk di sofa apartemennya, ah lebih tepatnya apartemen pria ini. Karena dia yang membelikan, maka otomatis Naka punya akses masuk kesini kapan pun dia mau. “Bisakah aku sendiri dulu?” tanya Lika dengan wajah datar, baru selesai mandi dan dia melihat kedatangan Naka, pria yang juga ayah dari dua bayi yang dikandungnya.Naka menghela napasnya, kepalanya mau pecah. Belum soal sang mama yang mau menjodohkannya kembali juga Ivanka yang meminta datang untuk menemaninya, dan kini Anulika. Tapi diantara semuanya, Naka lebih suka berada disini.“Aku membutuhkanmu.”“Membutuhkan tubuhku?” sindir Lika, Naka menggeleng dan berjalan merengkuh tubuh gadis itu. Ah perutnya sudah sedikit membesar.“Jangan berkata seperti itu,” tolak Naka.“Lalu apa?” Hardik Lika, dia emosi kalau ada Naka.“Lika, dengar. Aku tahu hubungan ini berawal dari kesalahan. Tapi sejak ada bayi ini, aku tidak merasa demikian.”“Kalau tidak ada bayi ini, juga kita akan berpisah, mas.”“Buk
Naka kembali ke Singapura, dia sudah izin pada Lika. Sebagai sesama perempuan, Lika mengizinkan. Tidak ada rasa sakit hati atau cemburu, yang ada hanya rasa penyesalan. Harusnya dia tidak melakukan perbuatan itu dengan Naka, sehingga membuahkan bayi kembar dalam kandungannya.Jangan nakal ..Jangan sampai mati ponsel kamu ..Jangan tidur malam ..Jangan lupa minum susu hamil ..Vitamin dan obat mual sudah aku atur, supaya kamu minumnya gampang ..Dan banyak jangan yang Naka berikan, sebelum pria tampan itu pergi meninggalkannya.“Iya ih, kenapa cerewet sekali,” pekik Lika, malas dengan semua larangan yang Naka berikan padanya.“Aku hanya khawatir, Lika.” Naka menatap sendu istri kecilnya yang semakin hari semakin cantik itu.“Aku mencintaimu,” ucap Naka, menarik bahu sempit itu dan mendekapnya erat. Naka hirup aroma tubuh Lika yang seakan menjadi candu untuknya.Cup..Tadinya Naka hanya ingin mengecup singkat saja, sialnya bibir mungil itu terlalu menggiurkan untuk ia abaikan.Naka be
Anulika merasa menyesal ke kamar mandi bawah, ternyata ramai dan dia seperti sedang jadi bulan-bulanan ditengah rekan kerjanya.“Lika, kamu itu lagi hamil yah. Perut kamu besar, begitu.” Ucapan salah seorang rekan kerja Lika, Bagai petir disiang bolong. Lika merasa sudah aman dengan pakaiannya yang kebesaran, namun masih terlihat chic sebenarnya.Lika menunduk, tangannya gemetar memegang ujung tas kerjanya. Pipinya memerah, matanya berkaca-kaca menahan malu dan takut. “Kamu ngomong apa sih,” balasnya berusaha tenang.“Kelihatan Lika. Hamil berapa bulan kamu?’ tanya rekan kerja kembali.Seperti di intimidasi untuk mengakui, membuat Lika muak. “Bukan urusan kalian,” serunya kesal.“Kamu kan belum nikah kan, Lika!”Ah sial, Kim sudah tidak ada. Ternyata masih ada saja yang julid padanya. “Ngurusin urusan orang lain saja.” Lika masih membalas berani. Tapi para rekan kerjanya sepertinya penasaran, jika terbukti maka biasanya itu akan menjadi bahan pergunjingan yang lain.Teh Yanti yang tib
Ivanka dibawa kembali ke Jakarta, dokter mengatakan hanya keajaiban yang dapat menyelamatkannya. Kanker sudah menjalar dan dipastikan kemo hanya untuk mengulur waktu saja untuk sebuah jawaban yang menyakitkan bagi keluarga Ivanka.Tapi Naka yakin keluarga Ivanka tidak ada yang peduli dengan wanita itu, bahkan mereka menyebut Ivanka anak penyakitan. Jujur, Naka sakit hati mendengarnya. Walau tidak ada rasa cinta, namun rasa empati sesama manusia cukup jelas dihatinya.“Aku kembali lagi,” kata Ivanka, kembali berbaring di ranjang rumah sakit.Naka tersenyum lebar. “Yes, kembali kesini bersama aku,” kekehnya.Ivanka bahkan sampai terkejut mendengar kekehan Naka yang belum pernah terjadi itu. Suaminya sangat dingin, pada siapa saja bahkan dirinya sebagai istri. Melihat Naka yang tertawa begitu, perasaan Ivanka pun menghangat.“Aku suka ketawamu,” kekeh Ivanka.“Maka aku akan terus tertawa.”“Tapi tidak di hari kepergianku. Karena mungkin hanya kamu saja yang menangisiku,” lirih Ivanka, di
Ivanka terbaring lemah di ranjang yang telah menjadi temannya selama berbulan-bulan ini, tubuhnya yang kurus kian hari semakin tak berdaya melawan kanker yang menggerogoti setiap sel. Nafasnya tersengal-sengal, namun ada hal yang lebih menyakitkan daripada sakitnya itu sendiri, yaitu pengkhianatan. Matanya yang sayu menatap Naka, suaminya, dengan tatapan yang penuh kekecewaan dan rasa sakit hati.Mungkin sama seperti yang kini dirasa Naka, ketika mengetahui jika istrinya tahu pengkhianatan yang telah ia lakukan. Apa Naka berkhianat disaat dia bertanggung jawab akan kesalaan yang ia lakukan pada Lika. Mereka tidak sengaja melakukan itu, Naka tidak mau membela diri. Dia akui dia bersalah, dan jalan satu-satunya adalah dengan mempertanggungjawabkan segala perbuatannya.Tapi, ketika Ivanka tahu. Ada rasa perih di hati Naka. Selain dia berkhianat dia juga mencintai Anulika."Aku sakit, aku tahu kamu butuh wanita lain," suaranya parau, nyaris tidak terdengar. Sentuhan tangannya yang dingin
Melihat siapa tamu yang datang, Nyra Gasendra langsung berdecak, malas. Dia lagi, bosan Nyra didatangi terus dengan permintaan konyol teman lamanya itu.“Hai besan, senang berjumpa denganmu,” sapa Adela masuk kedalam dengan gaya anggunnya.Nyra melengos, “Tapi aku tidak!” ketusnya menjawab.Adela terkekeh, “Jangan begitu, selain besan kita juga teman lama, bukan?”“Tidak ada teman yang memanfaatkan teman, Adela. Jadi berhenti menyebutku temanku!” sentak Nyra, dia memang Nyonya yang galak dan tegas. Sayangnya, dia merasa lemah jika berhadapan dengan teman lamanya ini.“Kau masih suka bercanda Nyra!” kekeh Adela tajam.Nyra merasa jantungnya berdebar kencang saat Adela menatapnya dengan sorot mata yang tajam. Ruang tamu yang seharusnya nyaman itu terasa seperti medan perang."Berhenti mendesakku, Adela," pekik Nyra, suaranya bergema di dinding-dinding yang dipenuhi foto keluarga. Belum diungkapkan kedatangannya, tapi Nyra tahu tujuan wanita ini menemuinya."Kenapa kau tidak bisa meminta
Anulika merasakan jantungnya berdebar kencang saat menginjakkan kaki di rumah megah milik Naka Gasendra, suaminya sendiri bersama istri pertamanya. Lika sepertinya menyesali keputusannya untuk datang, ketika Naka mengatakan Ivanka sudah mengetahui semuanya dan ingin bertemu dengannya.Mau apa? Lika juga tidak tahu, begitu pun Naka. Namun pria itu terus menenangkannya jika semua akan baik-baik saja. Sedikit memaksa Lika, seolah ini adalah permintaan terakhir dari Ivanka.Di sampingnya, Naka yang berbisik lembut, "Tenang saja ada aku," seolah memberi kekuatan, namun rasa bersalah masih menggelayuti hatinya. Setiap langkah yang mereka ambil menuju kamar Ivanka terasa berat. Lika menggenggam erat tangan Naka, mencari dukungan dalam ketidakpastian.Rumah ini begitu luas dan megah, wajar saja Naka adalah seorang bos besar. bahkan apartemen yang ia tempati juga semewah ini, rasanya adil sekali Naka memperlakukan mereka berdua.“Mas,” desah Lika. Naka menoleh dan tersenyum hangat, “Mas disini
Anulika terus memandang takjub akan kamar bayi perempuan yang sedang dikandungnya. Bagaimana tidak, kamar bayi dulu bekas kamar si kembar disulap sang suami sangat girly sekali.Kamar yang telah Naka siapkan untuk sang bayi perempuan memancarkan kesan lembut dan hangat. Dinding-dindingnya dicat dengan warna krim yang terang, memberikan kesan lapang dan bersih. Di sudut ruangan, terdapat tempat tidur bayi yang dilengkapi dengan kelambu tipis berwarna putih, menambah nuansa mimpian dan perlindungan.Di sekeliling kamar, terpajang beberapa pernak-pernik berwarna pink yang menambah keceriaan. Sebuah mobile dengan boneka kecil berbentuk bintang dan bulan menggantung di atas tempat tidur, siap menemani tidur sang bayi dengan lembutnya irama yang ditiupkan angin. Lantai kayu berwarna terang dipilih untuk kesan hangat dan alami, dan di atasnya terhampar karpet lembut dengan pola geometris sederhana yang nyaman untuk kaki kecil yang mungkin akan belajar merangkak di sana.“Bagus banget, mas.”
Lika berjalan dengan penuh semangat menuju kantor suaminya, hatinya berbunga-bunga membayangkan kejutan yang akan dia berikan kepada Naka. Bawaannya rindu terus sama sang suami tercinta.Lika ini jarang ke kantor Naka, padahal masih banyak teman-teman lama. Sudah jadi Nyonya besar dia, jadi menunggu suami pulang saja ke rumah.Ceklek,Dengan penuh keyakinan, dia membuka pintu ruangan suaminya sambil berseru lembut, "Papi sayang." Lika menyapa dengan mendayu lembut. Bara tidak ada di mejanya, pasti sedang mewakili suami di luar kantor.Deg,“Sayang,” sahut Naka membalas dengan raut terkehutnya.Namun, kegembiraannya seketika memudar saat melihat Naka sedang serius memimpin rapat dengan beberapa karyawan. Ruangan yang tadinya penuh dengan suara diskusi mendadak hening, semua mata memandangnya dengan tatapan terkejut.“Ehh, lagi rapat ya.” Lika meringis, malu sekali. Dia sudah menanyakan suaminya ada di kantor tidak, Naka menjawab ada. Memang ada, tapi sedang memimpin rapat.Lika merasa
Lika dan Naka merasa senang, masalah Martha dapat diselesaikan dengan baik. Eza dan Rendi Surya juga sudah meminta maaf pada Naka, karena memang keduanya tidak terlibat dalam rencana Martha.Kini, Lika dan Naka sedang mengadakan acara gender reveal bagi anak ketiga mereka. Awalnya Lika tidak mau, karena si kembar dulu juga tidak ada acara. Namun, Mama Nyra mengatakan tidak apa-apa, karena keadaan sudah berubah menjadi membaik. Akhirnya Lika pun mau mengadakan acara itu.Di tengah taman hotel yang luas, berbagai dekorasi alam telah disiapkan dengan cermat untuk pesta gender reveal Lika dan Naka. Lika sendiri yang turun tangan, meski suaminya sudah melarang. “Sayang percuma pakai EO, kalau kamu juga yang atur,” pekik Naka, menarik pinggang suaminya,Lika tertawa, melihat suaminya merengut karena ditinggal istrinya keluar. Mereka sudah berada di hotel, tempat acara akan berlangsung besok. “Gemes mas, ini terlalu indah. Jadi aku mau ikut terlibat,” jelas Lika.“Nggak usah,” tegas Naka,
Lika mendekati suaminya, seharian ini dia membiarkan Naka dengan si kembar. Mereka mandi bareng, bermain, makan dan memberantakan rumah dengan segala isinya. Lika acuh saja, dia tahu Naka sedang berusaha mengembalikan mood-nya, setelah kejadian tadi malam.“Hei,” sapa Lika memberikan secangkit cokelat hangat untuk Naka.Naka menerimanya dengan senyuman manisnya, “Terima kasih sayang,” balasnya.Lika duduk di samping suaminya, menyenderkan kepala manja di lengan sang suami. “Kamu sudah membaik, mas?” tanyanya pelan.Naka mengangguk, “Yeah, berkat kamu sayang.”“Ingin membahasnya?”Naka terdiam, dia tahu soal apa tapi bingung mau memulainya darimana. “Entahlah, apa kamu bisa menerima ini, sayang.”“Maksud mas?” Lika menegakkan duduknya.Naka menghela napasnya berat, lalu memandang penuh cinta istri cantiknya. “Tadi malam sangat kacau, aku berjanji tidak akan mengulanginya kembali.”“Siapa yang taruh obat itu, mas. Gimana bisa, aku masih nggak ngerti?”Naka pun menjelaskan, jika dia hadi
Lika menatap suaminya, Naka, dengan kebingungan saat pria itu masuk ke dalam kamar mereka dengan langkah gontai.Brak!“Mas,” pekik Lika saat Naka masuk kamar dan langsung jatuh ke lantai.“Mas mabuk ya?” tanyanya seraya membantu suaminya berdiri.Wajah Naka pucat pasi dan keringat bercucuran membasahi kemeja yang dikenakannya. "Mas, kenapa?" tanyanya dengan suara yang penuh kekhawatiran.Naka tidak menjawab, hanya berjalan lunglai menuju kamar mandi sambil menahan dinding. "Lagi sayang," pekiknya, suaranya terdengar serak.“Lagi apa?” tanya Lika heran. “Isi dengan air dingin dan tambahkan es batu."Lika bergegas menuruti perintah suaminya, sambil hatinya berdebar kencang, takut ada sesuatu yang serius terjadi pada Naka. Dia mendengar suaminya menggeram kesakitan dari dalam kamar mandi.“Mas kenapa, jangan bikin aku panik,” pekik Lika, karena Naka langsung menyeburkan diri ke dalam bathube tanpa membuka bajunya.Hap!Naka menahan tangan Lika, saat istrinya mencoba melepaskan dasi yan
Suara musik makin menggema, padahal hari sudah sangat larut malam. Naka yang merasakan sedikit pusing, memutuskan untuk berdiam dulu. Mencoba menghilangkan rasa pusing di kepala, mungkin karena lampu kelap kelip dan musik yang begitu kencang. Membuat kepalanya menjadi pening.Sementara itu, Martha terus berbicara tentang peluang bisnis yang bisa mereka eksplorasi, sesekali tertawa dan menepuk bahu Naka. Naka hanya bisa mengangguk, sambil terus mencari strategi untuk bisa keluar dari situasi yang semakin membuatnya tidak nyaman ini.Naka merasa kepalanya berputar, tubuhnya tidak stabil seolah melayang. Dia memegangi dinding berusaha menjaga keseimbangan. Rendi tertawa kecil saat melihat Naka mengambil gelas itu, "Hanya sekali, Naka. Nikmati malam ini," katanya penuh arti.Sesudah minum, Naka langsung merasakan sesuatu yang aneh. Dia merasa panas dan dingin secara bersamaan, dan kepalanya seperti dipukul dengan palu.“Aku ke belakang dulu.” Naka berdiri dan pergi. Lebih baik dia kabur sa
Dug!Dug!Huaaaaaaa… “Mamiiiii…” jerit Galaxy saat galen menggetuk kepalanya dengan mainan.Lika menghela napas penuh kesabaran, si kembar berantem lagi. Namanya anak laki-laki, bermainnya selalu adu fisik memang.Merasa jantungnya berhenti sejenak melihat Gala dan Galen, anak kembarnya yang berusia dua tahun, saling dorong dan terjatuh bersamaan. Dari kejauhan, tangis mereka menggema, memecah kesunyian sore itu. Mama Nyra, yang baru tiba langsung mendengar keributan itu. Dari pintu masuk ia bergegas mencari sumber suara."Kenapa ini?" tanya Mama Nyra seraya memisahkan kedua cucunya yang masih saling tarik.Gala, dengan mata berkaca-kaca, menunjuk ke arah mainan truk kecil yang tergeletak di antara mereka. "Galen ambil mainan Gala, Oma!" ujarnya dengan suara terisak.Sementara Galen, yang juga tidak kalah sedihnya, menggenggam erat mainan itu. "Tapi Gala yang mulai, dia yang dorong Galen dulu!" sahutnya, mencoba membela diri.Mama Nyra menghela napas, hatinya terasa berat melihat cucu
Degh!Lika menggenggam lengan kemeja Naka dengan erat, matanya menyala seakan bisa membakar apa saja yang dilihatnya. Noda lipstik merah di kain putih itu seperti bukti pengkhianatan yang tidak bisa dipungkiri.“Mas…!” teriaknya memanggil sang suami yang sudah merebahkan diri di ranjang. Habis pulang bekerja, main dengan anak lalu masuk kamar.Naka kaget, ia kira istrinya jatuh di kamar mandi. Dengan berlari Naka menemui sang istri yang ternyata sudah ada di hadapannya.“Kenapa sayang, kamu kenapa?” desah Naka khawatir.Lika manyun, kesal sekali hati ini."Mas selingkuh ya? Siapa ini? Kenapa ada lipstik di kemeja kamu?" suaranya meninggi, penuh tuduhan.Naka terpaku, kebingungan menyelimuti wajahnya. Dia memandangi kemeja yang ditunjuk Lika, sama terkejutnya.Hah!Kenapa ada noda merah di bagian lengan kemejanya.“i-ini..”“Nggak ngaku? Tega kamu, mas!” pekik Lika.Naka menarik kemeja itu, melihat dengan seksama. "Sayang, aku nggak tahu noda ini darimana," katanya, suaranya mencoba me
Naka melingkarkan tangannya di pinggang sang istri, kemudian mengecupi leher jenjang Lika yang terekpose sempurna. Karena wanita itu hanya mengenakan dress hamil model kemben.“Senang kan?” tanya Naka memeluk istrinya dari belakang.Lika yang sedang mengeluarkan pakaian dari koper hanya bisa mengangguk dan melenguh dengan mesra.“Mandu dulu sana,” kata Lika lembut.Namun Naka menolak, dia hanya mau mandi Bersama istrinya. “Mandinya sama kamu,” bisiknya dan mengulum daun telinga Lika dengan penuh perasaan.“Mas ih, katanya dinas. Kok malah mesum sama aku sih,” ketus Lika berpura-pura. Naka tertawa, dia memang sengaja mengajak istrinya ke Bandung menemaninya dinas.Lika akan di dalam hotel, sedangkan Naka dengan pekerjaannya. Tidak begitu sibuk, makanya dia bisa mengajak Lika. Naka diminta jadi pembicara di sebuah seminar dan Naka juga akan melakukan pertemuan dengan klien bisnis di Bandung.“Mesum sama istri sendiri boleh banget,” kata Naka lagi, dekat sekali sampai Lika bisa merasakan