Share

Semangkuk Bakso

Author: AgilRizkiani
last update Last Updated: 2023-10-03 08:00:00

"Jika aku memang mengawasimu kenapa?" tanya Elsyam. Walaupun dirinya terkejut karena Arini mengetahui apabila ia selalu mengawasi gerak-gerik dari wanita itu. "Kamu merasa keberatan?" 

Arini merengut, ia kesal ternyata menjadi seorang nyonya besar itu tidak menyenangkan. Kini dirinya merasa tidak memiliki privasi selain diawasi para pelayan dirinya juga diawasi oleh Elsyam. Namun, apalah dayanya kini tak bisa berbuat apa-apa.

Melihat Arini terdiam, membuat Elsyam sangat puas. "Itu rumahku, jadi aku bebas melakukan apa pun. Termasuk mengawasimu di kamar." Dirinya berkata dengan penuh kemenangan.

"Iya-iya, itu rumah Tuan. Bebas mau ngapain aja. Aku 'kan cuma numpang aja," tutur Arini. Itulah kenyataan pahit yang harus ditelan olehnya, rumah itu milik Elsyam, dirinya juga baru diakui sebagai seorang istri pagi tadi.

Arini mengangkat tangannya lagi, ia kembali memesan semangkuk bakso lagi. "Semangkuk lagi bakso saja tidak pakai mie." 

Elsyam, memberikan isyarat dengan satu jari agar para pelayan kembali ke rumah. Ia menarik kursi yang berada tepat di sebelah Arini. Semangkuk bakso berukuran jumbo berada di hadapannya. Jakunnya naik turun, aroma yang sangat memikat menerpa hidungnya.

Arini menuangkan sambal dan kecap. Aroma yang begitu segar menyeruk, apalagi bakso itu dilengkapi dengan tetelan sapi. "Enak sekali ini." Arini begitu menikmati bakso yang dirinya pesan itu.

"Mau?" tanya Arini.

Elsyam menggeleng, ia terus memperhatikan sang wanita menikmati semangkuk bakso itu. Dirinya hanya menelan ludah.

Arini mengarahkan potongan bakso itu ke arah mulut Elsyam, lelaki itu menggeleng pertanda penolakan. Namun, mulutnya terbuka.

"Jangan memaksa, Rin. Ini cuma sekali saja," ujar Elsyam menolak, tetapi dirinya terus mengunyah bakso  tersebut. "Beri sambal lagi." Elsyam memberikan perintah saat dirasa ada yang kurang dari cita rasa bakso tersebut. Langsung dituruti oleh Arini.

Arini kembali menyodorkan sendok yang berisi kuah bakso tersebut dan Elsyam langsung membuka mulutnya.

"Aku tahu kamu pasti sudah kenyang bukan, makannya memaksaku," ujar Elsyam. Ia terus memotong bakso itu dan memasukkannya ke dalam mulut sendiri. Namun, tak berkata jujur jika dirinya memang menginginkan makanan dari olahan daging tersebut.

Sudah lama sekali dirinya tidak pernah menikmati memakan bakso di pinggir jalan seperti ini. Perpaduan cita rasa daging sapi, kuah segar, manis kecap dan pedasnya sambal hingga membuat lelaki itu berkeringat. "Pas ini dengan cuacanya." Bibir Elsyam sudah merah efek

"Es teh, Pak," ujar Elsyam. Setelah dibuatkan lelaki itu segera menikmati es teh manis yang dipesan.

Arini hanya menggeleng, tadi lelaki itu menolak dan sekarang justru menghabiskannya. Ia memang sudah kenyang karena tadi sudah menghabiskan dua mangkuk bakso. Dirinya tidak menyangka jika lelaki itu mau makan di pinggir jalan, padahal jika berada di dalam rumah semuanya dilayani dan koki pun dari restoran ternama. Berbeda dengan dirinya makan di pinggir jalan sudah hal biasa bahkan, jika dirinya ingin membeli camilan yang harganya di atas lima puluh ribu saja masih dipikir-pikir, bagaimana hari esok dirinya makan.

"Ah, sudah aku tidak mau," ujar Elsyam. Lelaki itu mendorong mangkuk bakso menjauh darinya, lalu menyeka keringat dengan kemeja navi yang dipakainya.

"Orang tinggal mangkuknya aja," ucap Arini. Dirinya heran, tadi lelaki itu menolak tidak mau. Namun, justru habis tanpa sisa bahkan sampai kuahnya pun bersih. "Tadi nolak tidak mau, eh sekarang malah habis bersih." Arini menyindir ia heran dengan orang yang hidup dengan rasa gengsi, baginya rasa gengsi itu hanya akan membuat rugi saja tidak akan ada untungnya.

Elsyam kembali kesikap semula yaitu kaku. Lelaki itu mengeluarkan dompet dan memberikan uang senilai seratus ribu. "Ambil saja kembaliannya."

"Maaf, Pak kurang. Tadi pelayannya udah sembilan mangkuk, Mbaknya ini dua mangkuk dan Bapak satu mangkuk juga." Tukang bakso itu menjelaskan apa saja yang sudah dipesan secara rinci.

Elsyam menatap tajam ke arah Arini yang sudah hendak melarikan diri. Lalu lelaki itu segera mencengkram tangannya. "Jangan harap bisa kabur, kamu." Ia kembali menyerahkan dua lembar uang seratus ribu lagi dan segera mengajak Arini untuk masuk ke dalam mobilnya.

Lelaki itu sengaja membukakan atap mobil karena memang cuaca pun tengah bersahabat hari ini.

"Mau ke mana?" tanya Arini. Ia heran karena Elsyam menjalankan mobil ke arah yang salah. Bukan jalan ke rumahnya.

"Ke mana saja," jawab Elsyam. Dirinya juga memang belum memiliki tujuan akan pergi ke mana, ia hanya ingin menikmati moment-moment yang sudah lama terlewati. Menikmati udara dan dirinya ingin berjalan-jalan karena selama ini ia tidak bisa melakukan hal tersebut untuk berpergian pun dirinya harus menyamar dan lainnya.

Elsyam menyalakan alunan musik yang begitu menenangkan. Menikmati suasana jalanan, ia memilih jalan yang dipenuhi pohon-pohon. Dirinya teringat tempat yang ia jadikan sebagai tempat ternyaman untuk menyendiri.

Tak ada obrolan Arini pun asyik menikmati pemandangan yang mereka lewati, tidak menyangka di tengah-tengah banyaknya gedung masih ada tempat yang begitu asri. Dipenuhi banyak pohon tinggi dan juga ada sebuah danau.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Simpanan Cantik Sang Presdir    Penuh Bahagia

    "Selamat, ya," ujar Arini. Wanita itu merentangkan tangan kepada sang kakak dan juga Santira.Abraham benar-benar merasa heran dengan reaksi yang diberikan oleh adiknya itu. Walaupun demikian, dirinya tetap saja membalas ucapan selamat dari adiknya tersebut.Arini juga langsung saja memberikan pelukan kepada Santira.Bu Widuri yang sejak tadi terheran-heran dengan kehadiran wanita yang dahulu hampir saja bertunangan dengan anaknya itupun, tidak tahan lagi dan akhirnya bertanya sebenarnya ada apa semua ini.Abraham langsung saja menjelaskan semuanya, perihal peristiwa dahulu tentang penculikan Elsyam dan tentang penangkapan Yordan yang semua itu dibantu oleh Santira. Dirinya memang ingin membersihkan cap buruk tentang calon istrinya itu di mata orang-orang. Mereka hanya mampu melihat Santira yang dulu saja, padahal Santira yang sekarang sudah sangat jauh berbeda."Mungkin semua orang memiliki masa lalu buruk, tetapi semua orang juga bisa berubah. Kita hanya manusia biasa, bukan Tuhan y

  • Simpanan Cantik Sang Presdir    Menikah

    Arini yang baru saja meninggalkan kursi, ia langsung berpapasan dengan kakaknya Abraham yang tengah menggendong sang putri."Kenapa maksain harus menggendong, sedangkan tangan Kakak saja masih sakit seperti ini." Arini langsung saja merebut Elea dari gendongan kakaknya, ia takut jika sakit di tangan kakaknya semakin parah dan juga dirinya takut juga sang anak terjatuh.Abraham, hanya menyengir saja walaupun tangannya memang masih sakit. Namun, dirinya sudah sangat merindukan sang keponakan. Ia benar-benar sudah tidak tahan lagi menahan rasa rindunya maka dirinya tadi langsung saja menggendong Elea walaupun tangannya memang masih sangat sakit. "Aku hanya merindukannya, aku ya jamin dia tidak akan jatuh kok Arini."Elsyam dan juga Ridho, tiba-tiba muncul dari belakang. Mereka berdua tengah asyik mengobrol satu sama lain. Keduanya juga langsung berhenti tepat di sisi Arini dan juga Abraham."Ada apa Sayang, kenapa marah-marah seperti itu?" tanya Elsyam.Arini langsung saja menatap ke ara

  • Simpanan Cantik Sang Presdir    Arini Melunak

    Elea, gadis berpipi gembil itu tampil dengan cukup menawan. Balutan gaun putih, lalu rambut yang diikat dua benar-benar membuatnya nampak begitu seperti boneka hidup. Orang-orang yang melihat putri dari Arini itu pun mereka terlihat sangat gemas. Apalagi Elea anak itu selalu tersenyum ramah kepada siapapun orang yang menyapanya."Anaknya Pak Elsyam benar-benar sangat cantik."Arini dan juga suaminya memang tengah menghadiri sebuah acara besar tahunan. Di mana, di sana banyak sekali rekan-rekan bisnis dari Elsyam. "Sini biar aku yang gendong." Elsyam merentangkan tangannya, ia langsung saja mengambil putrinya ke dalam gendongan. Tak mungkin dirinya melepaskan Elea, di tengah-tengah keramaian seperti ini.Elea memang sering diajak untuk menghadiri acara-acara penting perusahaan dari ayahnya. Karena si kembar sudah sering menolak, mereka memiliki kegiatan lain dan lebih senang bersama dengan kakek neneknya karena selalu mau menuruti keinginan mereka berdua. Sedangkan, Elea lebih memilih

  • Simpanan Cantik Sang Presdir    Kecelakaan

    "Bagaimana keadaannya?"Arini bertanya kepada seorang dokter yang baru saja keluar dari ruangan kakaknya itu. Tadi memang suaminya ditelepon oleh pihak rumah sakit jika Abraham mengalami sebuah insiden kecelakaan. Mereka berdua langsung saja menuju ke rumah sakit, karena memang hanya mereka berdualah pihak keluarga dari Abraham.Dokter mencoba menenangkan Arini yang terlihat begitu panik, memang saat suaminya menjelaskan jika pihak rumah sakit menelpon dirinya karena Abraham kecelakaan. Wanita itu langsung saja menjadi begitu sangat khawatir kepada kakaknya tersebut."Pasien sudah boleh dijenguk, mungkin untuk beberapa hari ini dia hanya perlu waktu untuk istirahat saja."Arini menggangguk begitu juga dengan Elsyam mereka langsung saja memilih untuk masuk ke ruangan di mana Abraham dirawat.Wajah panik dari Arini berubah seketika menjadi masam lagi, saat melihat seorang wanita yang tengah berdiri di samping kakaknya itu.Abraham pun langsung saja menoleh ia melihat Arini dan juga suam

  • Simpanan Cantik Sang Presdir    Arini Merajuk

    Setelah Arini berhasil menidurkan sang putri, yang memilih untuk bermain dengan ponselnya. Di seberang dirinya ada Elsyam yang tengah berkutat dengan laptopnya.Lelaki itu memang sudah paham bagaimana cara menangani amarah sang istri, ia memilih untuk diam karena jika dirinya terus berkata pasti hari ini akan semakin marah dan kesal saja. Dirinya yakin jika esok pagi pasti amarah dari istrinya sudah reda maka dari itu ia memilih untuk diam.Arini pun memilih untuk melihat-lihat aplikasi orange tempat di mana dirinya berbelanja bahkan 1 bulan ia bisa menghabiskan puluhan juta karena menurutnya. Lebih baik berbelanja online karena ia tidak perlu harus repot-repot datang ke toko dan memilih, mungkin bedanya jika berbelanja online kita harus sabar menunggu.Ia tidak mempedulikan tentang pesan-pesan yang dikirimkan oleh kakaknya itu. Dirinya masih sangat marah dan ia juga tidak bisa berpikir dengan jernih untuk saat ini. Maka dari itu hal ini memilih untuk diam daripada ia berkata dan just

  • Simpanan Cantik Sang Presdir    Terbongkar

    Elsyam memegangi Arini, ia takut jika sampai istrinya itu justru berbuat yang tidak-tidak kepada kakaknya. Tatapan dari Arini benar-benar terlihat begitu murka kepada kakaknya itu, sejak tadi Ia terus saja menuntut sang kakak untuk menceritakan semuanya."Aku tidak menyangka jika selama ini Kakak bisa membohongi adiknya sendiri sampai sebegitu lamanya," ungkap Arini.Abraham yang sejak tadi terus saja diberondong pertanyaan oleh Arini pun, ia benar-benar perangainya sebagai orang yang tegas langsung sirna seketika di hadapan Arini. Memang sejak dirinya mengetahui jika Arini adalah adiknya, ia benar-benar menganggap Arini seperti ibunya sendiri, apalagi saat adiknya marah wanita itu pasti akan sangat sulit untuk dibujuk.Lelaki itu sejak tadi berusaha memberikan isyarat kepada Elsyam, ia berharap jika adik iparnya itu dapat membantu.Arini masih menatap tajam ke arah mereka berdua. Ia tidak menyangka jika ternyata mereka bisa menyimpan rahasia yang begitu besar, pantas saja selama ini

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status