Langit telah berubah warna dari hitam pekat menjadi putih kelabu sebelum mentari tiba pagi itu. Dari kaca kamar Hotel Indonesia Kempinski, Agus tahu sudah saatnya dia bangun, semalam yang indah bersama pujaan hatinya telah usai. Ada rasa tak rela saat dia harus melepas tubuh indah majikannya dari dekapan hangatnya.Layar ponsel Anita di nakas samping tempat tidur yang mereka berdua tempati menyala terus sejak semalam. Agus juga tahu itu mungkin suami majikannya yang mencari istrinya yang semalaman tak pulang ke rumah.Dia memilih tak ambil pusing dan malah melanjutkan kemesraannya pagi ini dengan menciumi tubuh molek yang masih terlelap dalam buaian mimpi indah itu. Agus suka menyentuh kulit halus Anita terutama di bagian dadanya yang membulat seukuran buah jeruk Bali.Sang pemilik tubuh molek itu menggeliat karena geli dengan sentuhan yang membangkitkan hasrat kewanitaannya. "Mass ... aahh!" Perlahan sepasang mata indahnya terbuka bersitatap dengan mata Agus yang seolah memujanya."P
Saat Agus masuk ke ruang tamu depan, Anita sedang tersungkur di lantai memegangi pipinya yang merah bekas telapak tangan. "Dasar wanita murahan! Kamu memang pantas dipukul. Cuihh!" Radit meludah di hadapan istrinya sembari bertolak pinggang.Sementara Anita dengan wajah basah oleh air matanya berkata, "Aku sudah bilang kalau aku minta cerai, Mas. Kamu bebas nikahi Sheila, pacar selingkuhan kamu itu!""Yang selingkuh sama sopir 'kan kamu, kenapa jadi Sheila yang dijadikan alasan?" kelit Radit tak terima.Anita bangkit dari lantai dan membuka tasnya lalu melemparkan berlembar-lembar foto ke wajah Radit hingga lembaran foto itu berhamburan ke mana-mana. Itu adalah foto mesra Radit dan Sheila baru-baru ini. Mereka berciuman dan berpelukan di tempat umum tanpa jengah. Kini Radit tahu bahwa selama ini dia telah dibuntuti oleh mata-mata suruhan istrinya. Dia pun bertepuk tangan sambil tertawa keras. "Hebat ... hebat ..., cocok jadi istri politikus, kamu Nit! Lalu mau kamu apa setelah menyu
Periode pemilihan calon legislatif tiba bulan ini, Radit sudah merogoh kocek dengan maksimal. Poster fotonya banyak menghiasi baliho dan spanduk di ibu kota. Tampangnya terbilang ganteng, muda, dan menarik perhatian terutama untuk daftar pemilih kaum Hawa. Raditya Poncobuwono, caleg nomor 2 dari Partai Banteng Ngamuk, wakil rakyat demi kemajuan bangsa, mohon doa restu. Demikian isi tulisan baliho yang terpajang di puluhan titik strategis perempatan lampu lalu lintas Jakarta. "Mas Radit, bagus banget deh fotonya di baliho!" puji Sheila seraya bergelanyut di lengan Radit di dalam mobil Expander hitam yang sedang melaju di jalan raya Jakarta Pusat.Dengan cengiran kuda Radit tertawa senang mendengar pujian pacarnya. "Pasti dong! Radit ... gitu loh. Besok coblosan jangan lupa pilih aku ya, La!" sahut pria tampan itu menatap wajah Sheila."Oya, Mbak Anita tahu nggak sih kalau kita masih jalan bareng, Mas?" tanya Sheila sembari membelai dada Radit yang bidang terbungkus kemeja biru muda m
Osaka, Jepang, 2 tahun yang lalu."Masss ... aakkhh! Enak bangetttt ...," desah wanita bertubuh seksi yang tergolek bersimbah peluh setelah bergumul panas di atas ranjang. Sang pria bertubuh kekar yang dipanggil oleh Gita masih terus berpacu di atas tubuh polosnya tanpa kenal lelah sebelum akhirnya menggapai puncak asmara mereka. "Ougghh, Gitaaa!" lenguhnya seiring pekikan nama wanita yang ia rajai di bawah tubuhnya.Bibir Radit dan Gita berpagutan mesra hingga menimbulkan bunyi berkecipak dua bibir yang saling beradu seiring sentuhan yang terus menyalakan gairah di tengah cuaca yang bersalju di negeri Sakura itu.Perjalanan dinas yang seharusnya membosankan bagi Radit, tak lagi demikian. Pasalnya, seorang wanita cantik bertubuh seksi yang sudah ia kejar-kejar berbulan-bulan di kantor dinas yang dia pimpin berhasil dia taklukan juga pada akhirnya.Anggita Rosanna, wanita cantik dengan tubuh tinggi semampai, berkulit kuning langsat. Dia adalah mantan Finalis Puteri Indonesia dari Jawa
"Gita ini bintang FTV ya kalau saya nggak salah?" pancing Anita sembari memerhatikan wajah selingkuhan suaminya itu dengan seksama.Gita pun tersenyum bangga dan menganggukkan kepalanya. "Iya, benar, Mbak. Ada beberapa judul FTV yang baru selesai syuting dan sudah mulai tayang di Surya TV. Mbak Anita apa suka nonton FTV?" sahutnya ramah."Ohh ... ikutan anak-anak yang kerja di butik saya yang biasa nonton FTV aja kok, tapi memang pernah lihat wajah Gita karena cantik di atas rata-rata jadi ingat," jawab Anita memuji kecantikan selingkuhan suaminya.Sebelum dia kemudian berkata ke Radit, "Mas, jangan sampai jadi viral lho beritanya. Pesannya 'kan kalau ke aku, jangan bikin skandal sama selingkuhanku. Nah ... Gita ini artis lho, mana lagi naik daun pula. Apa mau kalau Mas Radit masuk berita infotainment?!"Radit pun sontak gelagapan mendengar sindiran halus Anita yang ada benarnya. Dia pun memijit pelipisnya yang mendadak terasa pening. Ribut sih nggak, tapi runyam iya.Tak puas begitu
Jantung Agus seolah selalu berpacu kencang setiap berhadapan dengan majikannya yang binal berduaan. "Mbak ... nggak jadi bobo siang?" desah Agus saat tubuh kekarnya dipepet Anita di balik pintu apartment yang baru saja disewa itu.Pemuda itu membatin, 'Lagunya Ahmad Dhani banget 'di setiap ada kamu kenapa jantung ini berdetak lebih kencang seperti genderang mau perang'Anita menyusuri dada bidang yang ditumbuhi bulu lebat itu dengan bibirnya sambil memelintir puncak dada Agus hingga pria itu mengerang memejamkan matanya. "Aku lagi pengin main-main deh, Mas ... badan Mas Agus gemesin soalnya," jawabnya santai.Akhirnya Agus memilih untuk membiarkan majikannya itu berbuat nakal sepuasnya dengan tubuhnya. "Mas Agus apa bisa mijit?" "Bisa, Mbak. Apa mau saya pijit?" jawab Agus menatap Anita yang lebih pendek sehasta dari tinggi badannya. Tubuh majikannya yang menggairahkan itu menempel erat di hadapannya membuat kepalanya pusing.Anita pun tersenyum lebar. "Wah, asik! Mau dong dipijitin
Semalaman memeluk pujaan hatinya membuat hati Agus berbunga-bunga. Sejak mendengar bahwa besok pagi Agus harus ikut seleksi pemain timnas untuk ajang AFC, Anita menahan diri tidak memancing keganasan yang akan berakhir dengan pergumulan ranjang yang menguras stamina.Wanita itu tahu bahwa Agus lebih memerlukan stamina untuk hal lain yang akan menentukan masa depan pemuda itu di bidang sepak bola. Dipeluk boleh, dicium boleh, ditusuk jangan, kata Anita pada Agus saat tadi malam mulai bergairah. Ketika langit berubah warna menjadi lebih terang di sisi timur, cahaya kekuningan itu menembus ke tirai tipis warna putih yang menutupi kaca jendela unit apartment Fallpoint yang baru disewa Anita kemarin siang. Tubuh molek itu menggeliat mengusir rasa kantuk yang masih menguasai raganya. Tanpa selembar pakaian pun saat ia tidur semalam di bawah bed cover karena tak ada rencana menginap di luar rumah. "Pagi, Cantik ...," sapa Agus sembari menatap wanita di sebelahnya yang mulai membuka sepasa
"Iwan, Pak Bandi, jangan salah paham. Kayaknya Mas Radit salah makan obat jadi ngelantur ngomongnya. Jangan sampai aku jadi bahan gosip ya!" pesan Anita dengan nada tegas kepada dua karyawannya yang ada di halaman depan teras.Dia lalu bersedekap di hadapan Radit. "Mas, kalau masih butuh aku, tolong mulutnya dijaga!"Dengan sigap Agus membukakan pintu mobil sedan Camry hitam itu untuk majikannya lalu ia berlari-lari ke sisi bangku pengemudi. Mereka berdua meninggalkan Radit berdiri tertegun menatap kepergian mobil itu.Setelah mengantarkan Anita ke Mall Plaza Senayan, Agus bergegas mengambil sepeda motor Yamaha Vixion miliknya di parkiran mall itu juga. Dia segera melaju menuju ke Stadion Utama Gelora Bung Karno untuk mengikuti seleksi pemain timnas yang akan menjadi punggawa membawa nama Indonesia di turnamen sepak bola se-Asia.Di lapangan hijau itu Agus melihat pelatihnya Pak Rinto Sibutar Butar. Segera saja dia berlari mendekat untuk menyapa pria beruban berkulit gelap bergigi put