LOGINNamiya dan gadis bernama Putri yang di kurung di kamar yang sama di dandani oleh dua orang gadis di bawah pengawasan oleh wanita seperti bos yang di panggil madam tersebut.
Namiya dan Putri tidak bisa berontak karena selain ada sosok madam tersebut juga ada dua bodyguard bertubuh besar yang mendampingi madam itu. Di depan kedua bodyguard itu Namiya dan Putri di telanjangi dan di pakaian kan pakaian baru, sebuah gaun pendek setengah paha nyaris transparan berwarna merah menyala buat Namiya dan hitam pekat buat Putri. Saat pakaian nya di lucuti di hadapan dua pria tanpa ekskresi tersebut rasa nya harga diri Namiya sudah hancur seluruh nya. Setelah selesai kedua gadis itu di seret oleh kedua pria tersebut Namiya dan Putri hanya bisa melangkah terseok mengikuti pria pria tersebut. Namiya dan Putri dia bawa ke sebuah ruangan tertutup, di sana sudah ada lika gadis lain yang menggunakan pakaian kurang bahan yang sama seperti mereka berdua. Walaupun ada tujuh gadis di dalan ruang tersebut tapi tidak ada satu pun gadis gadis tersebut yang saling ngobrol. Namiya dan Putri yang merasa senasip saling menautkan tangan mereka untuk saling menguatkan. Tangan mereka sana sama gemetaran ketakutan, mereka berdua sudah bisa membayangkan hal buruk apa yang menunggu mereka saat lelang yang mereka bicara ka tersebut di mulai. "Aku takut mbak" lirih bisik Namiya dengan suara gemetaran. "Mbak juga sangat takut dek" ucap Putri dengan suara tak kalah ketakutan. Samar samar mereka mendengar suara di depan, seperti nya para peserta lelang sudah datang dan itu berarti nasib buruk mereka akan datang dalam waktu dekat. Air mata Namiya menetas, dia meratapi kelemahannya dan takdir buruk nya yang tergaris di telapak tangan nya. Satu persatu gadis gadis di sana di seret keluar dari ruangan hingga akhirnya nya hanya menyisakan Namiya sendirian saja, putri yang sangat ketakutan nyaris pingsan saat di seret keluar oleh dua orang bodyguard yang menyeretnya dengan kasar. Tapi entah karena lupa atau bagaimana saat mereka menyeret Putri yang seperti orang kesetanan kedua bodyguard tersebut lupa mengunci pintu, jangan kan mengunci mereka bahkan tidak menutup pintu tersebut dengan rapat. Namiya merasa mendapat karunia mendadak dari tuhan, dengan membuka sepatu hak tinggi yang di pasangkan dengan paksa ke kaki nya Nakiyah mengendap mendapat ke arah pintu. Berdasarkan jeda waktu antara pemanggilan masing masing gadis ada jeda sekitar sepuluh hingga lima belas menit. Dengan jantung berdebar debar Namiya melangkah keluar, ternyata pintu kamar tempat mengurung nya lumayan dekat dengan tempat madam mengadakan lelang, Namiya masih mendengar keributan di depan yang menyebutkan sejumlah uang secara bergantian. Namiya menatap sekeliling hingga akhir nya menemukan jalan ke arah dapur dan tempat cuci piring yang tadi dia lihat saat di bawa ke kamar tempat mereka menunggu di panggil. Dengan mengumpul keberanian Namiya berhasil sampai di dapur, tidak ada orang di sana, tapi ada satu pintu menuju keluar, Namiya hanya bisa berharap pintu tersebut tidak di kunci hingga dia bisa melarikan diri. Harapan nya terkabul, pintu memang di kunci tapi kunci nya tercantol begitu saja di lubang kunci. "Klik... Klik..." "Alhamdulillah ya Allah... Maaf Mbak Putri Miya kabur sendirian... Maaf...." ucap Namiya saat klik kedua saat kunci di putar terdengar di telinga Namiya. Cari gadis itu sampai dapat" teriakan madam terdengar dari dalam, wajah Namiya memucat dengan cepat Namiya berlari keluar, gelap... Tapi Namiya bisa melihat jalan besar tidak jauh dari pintu dapur. Dengan sekuat tenaga nya Namiya berusaha lari ke jalan raya, karena dalam bayangan nya jika dia di jalan raya pria pria di sana tidak akan berani mengejar nya, Namiya berencana berlari terus hingga nanti nya menemukan kantor polisi. "Aduh..." kaki telanjang Namiya tidak sengaja menginjak batu runcing, Namiya bisa merasakan ada cairan di kaki nya, seperti nya kaki nya berdarah. Tapi bukan itu yang Namiya takut kan, yang dia takutkan adalah dua pria di pintu depan yang mendengar suara teriakan kesakitan nya. "Itu dia...." "Kejar...." "Hai tunggu..." "Jangan lari..." "Berhenti..." Namiya tidak memperdulikan suara suara di belakang nya. Dia mempercepat langkah nya menuju jalan raya. Tanpa peduli dengan cairan merah yang membuat telapak kaki nya basah. Karena tubuh nya yang mungil, Namiya bisa lari lebih cepat, dia terus berlari sambil terus berteriak. Tapi entah karena malam yang sudah larut atau memang tempat nya yang sepi tidak ada toko atau apapun lagi yang masih buka di kawasan tersebut. Saat Namiya akan menyebrang tiba tiba... "Ciiittt...." "Prang..." Sebuah mobil yang melaju cukup kencang menabrak diri nya, tubuh Namiya terlempar beberapa meter. Melihat itu dengan cepat pria yang mengejar Namiya berhenti, mobil sedan maybach hitam yang menabrak nya juga berhenti begitu juga beberapa mobil lain nya. Suasana langsung ramai dan heboh. Pria muda yang membawa maybach keluar dari mobil bersama seorang wanita. Dengan di bantu beberapa orang di sana mereka berdua membawa tubuh Namiya yang berlumur darah masuk ke dalam mobil. Dan dengan mobil itu melaju dengan kecepatan tinggi meninggalkan jalanan tersebut dengan membawa tubuh Namiya yang sudah tidak sadarkan diri. ***** Namiya membuka mata nya, hal pertama yang dia lihat adalah langit langit kamar putih bersih, Namiya merasa sakit di beberapa bagian tubuh nya. Namiya meraba kepala nya yang berdenyut denyut. Akhir nya dia sadar kalah kepala nya yang sakit tertutup perban tebal. "Ini di mana?" lirih suara Namiya terdengar oleh seorang wanita yang duduk menunggui nya. "Mbak udah sadar... Ini di rumah sakit, Saya panggilan kan suster ya" wanita berusia pertengahan empat puluhan tersebut bergegas berdiri dan berjalan keluar dari pintu. Tak lama dia kembali bersama seorang dokter dan perawat. Dengan cepat dokter tersebut memeriksa Namiya begitu juga perawat yang terlihat sibuk memeriksa infus dan mencatat beberapa hal yang di ucapkan oleh dokter. "Bagaimana rasa nya mbak? Apa ada yang sakit? Atau rasa tidak nyaman?" tanya pria tersebut. "Kepala..." ucap Namiya lirih. "Tentu saja, karena mbak baru saja menjalani operasi di kepala akibat pendarahan, dan mbak sudah koma selama empat hari, apa mbak ingat apa yang terjadi?" tanya dokter tersebut. Namiya menggeleng kan kepala nya. "Mbak mengalami kecelakaan lalu lintas, dan mengalami pendarahan hebat di kepala, untung saja pria yang menabrak mbak membawa mbak kesini dengan cepat hingga mbak bisa segera di operasi" ucap dokter tersebut. Mendengar penjelasan dokter perlahan lahan ingatan Namiya kembali, dia mulai ingat segala, dia sangat mensyukuri kecelakaan yang menimpa nya, lalu perlahan air mata nya mulai mengalir. "Dokter maaf apa boleh saya meminjam telepon saya harus menghubungi adik adik saya, mereka pasti sangat cemas..." tanya Namiya pada dokter di depan nya. ****"Mas mau ngebahas masalah apa?" tanya Namiya "ini tentang rumah tangga kita, mau di bawa kemana pernikahan ini? sejak kita rujuk di rumah sakit minggu lalu kita belum sempat ngobrolin ini karena sibuk dengan acara pemakaman dan tahlilan Moana" ucap Allarick Namiya menundukkan kepala nya, tidak tau mau menjawab apa pertanyaan sang suami. Seminggu ini mereka hidup seperti orang asing yang ngekos di rumah yang sama, hanya bertemu jika kebetulan keluar dari kamar. Tidak pernah makan bersama, tidak pernah ngobrol berdua, bahkan saat tidak sengaja bertemu di dapur atau di mana pun mereka hanya menyapa sekadar nya. "apa kamu terpaksa rujuk sama mas?" tanya Allarick lirih sambil menggenggam tangan gadis 24 tahun tersebut. "tidak mas... aku tidak terpaksa, ini permintaan terakhir mbak Moana, mana mungkin aku menyesal, hanya saja...." Namiya tidak melanjutkan ucapan nya. "hanya saja kenapa?" tanya Allarick "hanya saja aku juga tidak mengerti bagaimana cara nya semua ini bisa ke
dengan sangat kesusahan dan langkah kaki sempoyongan Namiya berhasil membawa Allarick yang setengah sadar ke dalam kamar nya di lantai dua. tubuh Namiya penuh oleh keringat, selain karena menopang tubuh besar Allarick, suhu tubuh Allarick yang tinggi membuat tubuh Namiya ikut kepanasan. "mas tidur rebahan dulu, aku mau ambil air buat kompres mas sekalian nyari Paracetamol buat bikin suhu tubuh mas kembali normal" ucap Namiya "jangan... jangan pergi, tolong temani aku di sini" dengan mata yang masih terpejam Allarick menarik gaun tidur Namiya mencoba menahan agar gadis itu tidak pergi. "mas... aku nggak lama, tunggu sebentar, aku cuma mau nyari obat buat mas Al, mas tunggu sebentar ya" ucap Namiya dengan lembut sambil membuka jemari Allarick yang mencengkram erat gaun satin nya. "tidak... ku mohon... jangan pergi..." Namiya Tidak tau buat siapa igauan yang keluar dari mulut suami nya itu, entah buat diri nya atau buat Moana yang sudah pergi meninggalkan mereka. Namiya jo
"mom... jadi bunda benar benar sudah meninggal ya?" Niscalla yang sedang di tidur kan oleh Namiya di ranjang nya bertanya lirih. "Kenapa Niscalla bertanya kayak gitu? memang nya Niscalla tau apa arti nya meninggal dunia?" tanya Namiya sambil mengelus punggung sang putra yang tertidur miring memeluk pinggangnya. "tau... meninggal itu adalah saat bunda tidak sakit lagi karena bunda sudah bersama Allah, dan Niscalla tidak akan pernah bertemu lagi sama bunda" ucap nya dengan suara bergetar. "apa Niscalla sedih? Niscalla merindukan bunda?" tanya Namiya. sang putra tidak menjawab tapi Namiya bisa merasakan anggukan kepala Niscalla di dada nya. "apa Niscalla tau, walaupun bunda udah bersama Allah, tapi bunda masih bisa melihat Niscalla, jadi Niscalla harus jadi anak Sholeh, jangan tinggalkan sholat, jangan lupa doakan bunda selalu bahagia bersama Allah " ucap Namiya "apa jika Niscalla banyak berdoa bunda akan masuk surga?" tanya Niscalla. "tentu saja, karena Allah sangat menci
Tangisan pilu Niscalla terasa mengiris hati Namiya dengan silet kala tubuh Moana yang sudah di balut kain putih di turunkan ke liang lahat. Namiya merasa hancur melihat tangis sang putra, satu-satu nya hal yang bisa dia lakukan hanya bisa memeluk erat sulung nya itu. Saat prosesi pemakaman itu selesai Niscalla tertidur di bahu Namiya, kelelahan karena terlalu banyak menangis. Saat satu persatu pelayat meninggalkan area pemakaman yang berada di komplek pemakaman elit di puncak sebuah bukit hijau itu hingga menyisakan keluarga inti saja. "Eyang pamit dulu," Winarti Nugraha pamit pada Allarick yang masih berlutut di dekat makam mbak Moana dengan tangan terangkat karena masih mengirimkan jutaan do'a buat sang istri. "baik eyang" ucap Allarick singkat sambil mengusap kan tangan nya ke wajah sebagai penutup do'a. "oh iya, eyang tunggu kamu di rumah utama, banyak yang harus kita bahas setelah ini tentang masa depan kamu dan Niscalla" ucap Eyang Winarti. "Aku tidak akan datang ey
"Mommy nggak papa bilang gitu sama nenek nya mas Al?" tanya Namiya sambil berjalan ke satu kursi di lorong yang panjang. "harus Nin... dia benar benar sudah keterlaluan, bagaimana pun kamu tetap menantu mereka, tidak seharusnya kamu di hina seperti itu, jika Allarick mendengar tadi, dia pasti melakukan hal yang sama dengan yang mommy lakukan" ucap mommy Noura dengan santai. "kalau dia kenapa napa gimana? mommy bisa di salah kan oleh semua orang" ucap Namiya sambil melirik Oma Allarick yang sedang di tenangkan oleh anak dan menantu nya dengan ekor mata nya. "tenang aja, kita di rumah sakit, kalau ada apa apa bisa langsung di periksa, kalau memang hal buruk terjadi ya udah anggap saja itu takdir, mommy yakin nggak ada yang akan menyalahkan mommy, yang ada mereka akan berterima kasih sama mommy" ucap mommy Noura dengan santai sambil duduk bersandar di kursi yang terasa sangat dingin. Namiya ikut diam dan kembali menatap sisi lain dengan ekor mata nya, perlahan dia melihat ibu Nas
"Saya terima nikah dan kawin nya Namiya Anggraini binti Burhan dengan mahar nya tersebut di bayar tunai..." Allarick menjawab dengan suara yang jelas walaupun bergetar dan tercekat di tenggorokan nya "Alhamdulillah..." lirih suara Moana terdengar penuh kebahagiaan. "karena secara negara kalian masih terikat pernikahan, tidak ada hal lagi yang harus di perbarui dan di catat, jadi saya pamit dulu" ucap pak penghulu "terima kasih banyak pak, sudah bersedia di panggil tengah malam gini, " ucap Allarick "Sama sama pak, kalau begitu saya pamit ya" ucap bapak tersenyum sebelum keluar dari ruang HCU di ikuti dokter dan perawat laki laki yang menjadi saksi ijab qabul rujuk Namiya dan Allarick "makasih ya dek... sekarang kalian udah suami istri lagi, mbak udah lega, jika nanti janjian mbak datang mbak nggak akan punya beban lagi" ucap Moana "mbak... aku mohon jangan bilang gitu, aku takut mbak, aku belum siap kehilangan mbak Moana, Niscalla juga masih membutuhkan bunda nya" ucap Namiy







