"Mbak Nuri yakin ini restoran?" tanya Namiya dengan suara bergetar, tampilan bangunan yang mereka tuju tidak seperti bayangan Namiya, tidak seperti restoran restoran yang Namiya lihat di televisi.
Setelah perpisahan penuh air mata akhir nya di sini lah Namiya sekarang, di sebuah tempat dengan pencahayaan yang minim dengan dua pria bertubuh besar dengan kaos hitam pas badan berdiri menjaga pintu. "Iya ini memang restoran yang akan kita tuju, beda nya dengan restoran yang lain, restoran ini hanya buka mulai dari jam 11 malam saja, tapi kita karyawan sudah harus berkumpul sejak jam sembilan malam" ucap Nuri. "Tapi mbak, aku pikir restoran nya buka pagi tutup nya malam, restoran apa yang buka nya malah malam" ucap Namiya. "Sama aja, udah... ayo masuk, mbak kenalin sama madam Lesti pemilik restoran ini" ucap mbak Nuri sambil mencekal lengan Namiya dan menarik nya masuk ke dalam. "Tapi mbak... perasaan ku nggak enak... entah kenapa rasa nya ada yang salah" ucap Namiya sambil berusaha melepaskan cekalan tangan mbak Nuri yang membelit lengan nya. Tapi kekuatan mbak Nuri sangat besar, dengan gampang nya dia menyeret tubuh mungil Namiya masuk ke dalam. "Mbak lepasin aku... aku mohon mbak tolong lepasin aku, aku nggak mau masuk" ucap Namiya yang masih berusaha melepaskan cekalan tangan mbak Nuri. "Diam... diam..". bentak mbak Nuri dengan kasar, tidak ada lagi kelembutan yang seperti beberapa hari ini mbak Nuri tunjukan pada Namiya hingga gadis itu memberanikan diri ikut dengan nya ke ibu kota. "Hari Jessica, udah bawa gadis baru aja? cantik juga, dapat dari mana?" seorang gadis dengan daster super mini dan transparan berwarna merah menyala menyapa mbak Nuri dengan nama yang asing di telinga Namiya. "Hai Agnes, iya nih kebetulan, madam mana? aku bawa barang baru, bisa lah ya nambah nambah barang lelang besok malam, aku yakin dia akan laku mahal, masih ting ting, jangan kan jebol di grepe grepe aja belum pernah" ucap mbak Nuri. Namiya mulai berontak saat mendengar ucapan mbak Nuri tapi mbak Nuri malah semakin mengeratkan cengkraman nya. Lengan Namiya udah memerah dan memar karena keras nya cengkraman mbak Nuri pada nya. "Madam ada di kamar anak lelang, lagi training anak anak lelang supaya bisa laku keras" ucap gadis bernama Agnes tersebut yang Namiya yakin kalau itu juga nama palsu sama seperti nama mbak Nuri yang berubah jadi Jessica. "Ayo..." ucap mbak Nuri sambil kembali menyeret tubuh mungil Namiya. ""Nggak mau, Aku tau apa yang mbak Nuri lakukan, dan aku nggak mau, lepasin aku mbak, aku mau pulang, aku nggak mau jadi gadis penghibur yang menjual kesucian nya" ucap Namiya. Namiya mungkin memang masih polos tapi di bukan lagi seorang gadis kecil dia sangat mengerti bahaya apa yang sedang mengintai nya saat ini. ""Udah ikut aja, gadis desa dengan Pendidikan SMA berharap apa di ibukota? bukan kah kau bilang butuh uang banyak? ya sudah ayo, nggak usah munafik, sedih lu hanya beberapa hari aja, liat duit banyak lu juga bakal senang kok,sedih lu akan menghilang tanpa jejak" ucap mbak Nuri. "Miya nggak mau... Miya nggak mau jadi pelacur... Miya ikut mbak Nuri kerja ke kota untuk cari duit halal, buat sekolah adik adik... buka kan buat jadi gadis bayaran" Namiya masih mencoba berontak, tapi semakin dia berontak semakin keras cengkraman mbak Nuri di lengan nya. Namiya yabg berontak akhir nya menarik perhatian orang orang di sana. Hingga seorang wanita yang seperti wanita berusia pertengahan empat puluh tahunan keluarga dari sebuah kamar di dampingi seorang pria bertubuh besar dengan pakaian serba hitam. "Ada apa ini? kenapa heboh sekali? Jessica...??" tanya wanita itu sambil menatap Namiya dan mbak Nuri sembari bertolak pinggang. "Madam, aku punya barang baru untuk madam, masih ting ting, dari wajah dan usia nya bisa jadi best seller madam, dia bisa jadi puncak lelang dengan harga tertinggi" Ucap mbak Nuri pada wanita yang dia panggil madam tersebut. Madam berjalan mendekati mereka dan lalu dengan cepat mencekal dagu Namiya untuk melihat wajah gadis yang sudah penuh air mata tersebut. "Benar wajah nya benar benar menjual, cantik dan tidak berlebihan, dengan sedikit make dan lingerie merah menyala siapa saja akan merogoh kocek mereka sedalam mungkin, Benny bawa dia ke dalam, kurung bersama gadis yang kemarin di jual ayah nya" Ucap madam Lesti. "Baik madam" ucap nya. Mbak Nuri mendorong Namiya hingga hampir saja jatuh tapi dengan cepat pria besar bernama Beny meraih lengan Namiya dan menyeretnya masuk. Walaupun berteriak dengan keras Namiya masih mendengar dengan jelas bagaimana dengan tega nya mbak nuri menego f*e jatah diri nya karena berhasil mendapat gadis desa seperti Namiya pada madam Lesti yang di jawab dengan tawa terbahak germo tanpa hati tersebut. Tenaga Namiya yang berontak tidak ada apa apa nya di bandingkan dengan tenaga pria tersebut. Namiya di tarik ke sebuah kamar dan dengan kasar tubuh nya di dorong ke dalam saat dia mencoba berlari kembali ke arah pinta terdengar pria itu sudah kembali mengunci pintu tersebut. "Buka... aku mohon... buka... aku nggak mau di sini, aku nggak jual diri, aku mohon..." teriakan Namiya sama sekali tidak di tanggapi oleh siapapun, tangan berkulit putih gadis itu sudah berubah warna menjadi merah dengan banyak memar akibat menggedor pintu kayu yang terkunci rapat. "Percuma mbak, nggak akan di bukan juga, aku sudah melakukan hal yang sama tiga hari terakhir" sebuah suara menyapa Namiya. Namiya yang sama sekali tidak tau tentang keberadaan orang lain di kamar tersebut reflek memutar tubuh nya. Saat itu lah dia melihat seorang gadis berusia sekitar dua puluh empat tahunan duduk meringkuk dalam posisi janin di sudut ruangan, wajah nya yang manis tertutup rambut yang acak acakan. "Mbak siapa? apa yang mbak lakukan di sini?" tanya Namiya. "Sama seperti mu, saya juga di jual ke sini, jadi siapa yang menjual mu? pasti ayah mu kan?" tebak wanita itu dengan nada pahit dalam suara nya. "Nggak mbak, Tapi tetangga saya, saya yatim piatu mbak, nggak punya ayah dan ibu" ucap Namiya lirih. "Maaf..." ucap wanita itu dengan nada menyesal. "Nggak papa mbak" Ucap Namiya sambil berjalan mendekati ranjang dan duduk di salah satu sisi, tidak jauh dari wanita itu. "Saya di sini karena di jual oleh pria yang seumur hidup saya panggil ayah, dengan tega nya dia menukar saya dengan sejumlah uang" ucap wanita itu lirih. "Dan saya di jual oleh tetangga saya mbak, saya anak tertua dan memiliki tiga orang adik ibu saya sudah meninggal karena kecelakaan dan ayah saya... pria jahat itu minggat bersama janda dan meninggalkan utang yang tidak sedikit pada rentenir" ucap Namiya. "Mbak... apa nggak ada jalan keluar untuk kabur dari sini?" tanya Namiya lirih. .*****Namiya masuk ke rumah setelah turun dari taxi online sambil mengendong sosok sang putri yang tertidur dengan lelap, Nalisa dan Nafisa mengikuti langkah Namiya sambil menarik travel bag mereka. setelah tiga hari liburan di Semarang dan mengunjungi segala macam tempat mereka akhirnya kembali ke ibu kota, dan kembali ke kehidupan normal setelah bersenang senang sejenak. sesuai yang tidak pernah mereka rasakan saat sang ibu masih hidup. dan setelah mengantar kembali Namira ke kampus nya mereka langsung bertolak menuju bandara untuk kembali ke ibu kota. Arunika yang manjadi terlalu dekat dengan Namira menangis sesenggukan saat mereka berpisah dan berakhir bad mood sepanjang perjalanan di atas pesawat, dia hanya cemberut hingga akhir nya jatuh tertidur di dalam pesawat. "kalian dari mana saja tiga hari terakhir" ketiga gadis itu terperanjat saat sebuah suara menegur mereka saat mereka membuka pintu dan masuk ke dalam rumah. dia ruang tamu terlihat sosok Allarick duduk dengan waj
udara panas menyapa mereka berempat saat menjejak kan kaki keluar dari bandara Ahmad Yani yang dingin karena AC. "kita langsung ke tempat Namira atau ke hotel dulu mbak?" tanya Nalisa pada sang kakak saat mereka masuk ke salah satu taxi bandara. "kita istirahat dulu ke hotel kayak nya, kan Namira keluar nya juga jam tiga nanti, ngapain kita di sana sekarang, ini masih jam sebelas" ucap Namiya saat melihat jam yang melingkar di tangan nya. "benar juga, sekalian kita cari makan ya mbak, aku lapar banget" ucap Nafisa sambil mengusap perut nya "Tante Fisa lapar terus, padahal tadi di pesawat jatah nya mommy Tante Fisa yang habis kan" ucap Arunika pada adik bungsu mommy nya itu. "ye... kan Tante lagi dalam masa pertumbuhan, Tante butuh banyak energi untuk mengeksplorasi Semarang, dan Tante butuh banyak makan untuk itu" ucap gadis kelas satu SMA tersebut. "ye... bilang aja Tante emang suka makan" ucap Arunika sambil menjulurkan lidah nya. Namiya sengaja membooking hotel tidak
"Mas Allarick barusan datang ya mbak? apa kalian rujuk lagi?" Nalisa yang baru saja pulang dari rumah teman nya yang membantu nya untuk mempersiapkan skripsi nya yang sudah hampir selesai. Nalisa Hampir menyelesaikan pendidikan S1 psikologi nya, dan di perkirakan tahun ini dia akan bisa wisuda, Dan walaupun Nalisa bilang dia ingin langsung mencari pekerjaan, tapi Namiya berharap adik nya yang cerdas itu bisa lanjut S2 dulu, biar bisa mendapat pekerjaan yang lebih baik. Walaupun mommy Noura sudah menawarkan pekerjaan sebagai tim HRD di kantor nya untuk Nalisa, tapi gadis itu bilang ingin mencoba mencari pekerjaan dengan usaha nya sendiri terlebih dahulu. Tapi jika memanggil tidak ada kesempatan untuk nya, dia bersedia mengambil salah satu pilihan yang di tawarkan oleh Namiya dan mommy Noura, entah itu melanjutkan S2 atau bekerja di perusahaan ekspor impor milik mertua sang kakak. "rujuk??? ya nggak lah... mbak nggak mungkin bisa melakukan hal seperti itu lagi, lagi pula kondisi
Setelah mengobrol lebih dari satu jam bersama sang ayah Arunika akhirnya tertidur juga di dalam pelukan hangat sang ayah, sesuatu yang sudah dia rindukan selama bertahun tahun. dia memeluk erat tubuhku tubuh Allarick seakan enggan melepaskan pelukan, seakan jika dia mengendor kan pelukan ayah nya akan hilang dan berakhir menjadi mimpi semata. Allarick membiarkan Arunika mendekapnya seerat itu karena dia pun merasa sangat merindukanmu dekapan sang anak yang hilang selama empat tahun. Baru setelah Allarick merasakan Arunika tertidur semakin lelap dan pelukan nya mengendur, dia melepaskan pelukan sang putri dan kembali duduk. sebelum dia berlalu meninggalkan kamar Arunika dia mengecup ubun ubun sang anak berkali kali, seakan ingin meluapkan kerinduan yang terpendam sekian lama. Dengan enggan Allarick berdiri, dan keluarga dari kamar, masih ada satu urusan lagi yang menunggu nya di luar kamar. istri muda nya.... Namiya.... banyak yang harus mereka bahas dan Allarick tidak
"ting tong... tong tong..." suara bell pintu terdengar dari luar. Namiya bergegas mencuci tangan nya yang belepotan tepung untuk membuka kan pintu. Saat sampai di depan pintu Namiya melihat pintu sudah di buka kan oleh Arunika, ternyata gadis yang sedang menonton TV di ruang tengah itu Sudah membuka kan pintu terlebih dahulu. "Om cari siapa?" samar samar Namiya mendengar Arunika bertanya pada tamu yang berdiri di depan pintu. Namiya mempercepat langkah nya, tapi saat dia melihat siapa yang berdiri di depan pintu langkah Namiya terhenti, tubuh nya membeku dan terpaku. Langkah nya semakin berat untuk mendekati sosok pria tampan yang sudah berjongkok di hadapan Arunika dengan mata berkaca kaca. "mas..." lirih suara Namiya tercekat di tenggorokan tak mampu terucap. seluruh rasa bergejolak di dalam dada nya, cinta dan rindu yang mati matian dia kubur selama empat tahun terakhir berakhir sirna dan kini rasa itu kembali ke permukaan dan menjadi berkali kali lipat. apa lagi s
"bagi bos... ini hasil penyelidikan yang bos minta hari itu" Rudy yang melihat Arthur masuk ke dalam restoran langsung menyerahkan sebuah amplop kuning besar pada sang bos "lumayan cepat juga kerja teman kamu Rud, baru satu mingguan dia sudah menyerahkan laporan nya, nanti aku transfer ya untuk biaya nya" ucap Arthur sambil menerima amplop tersebut lalu berjalan masuk ke dalam kantor pribadi nya yang berada di sisi kanan kitchen. Dengan tidak sabar Arthur membuka amplop dengan cara merobek sisi atas amplop dan mengeluarkan beberapa lembar kertas yang seperti nya fotocopy an. "ternyata benar dia sudah menikah, dan memiliki satu orang putri" ucap Arthur sambil menatap lembaran kertas tersebut. "ternyata dia menantu nya buk Noura, bukan anak angkat nya, seperti yang dia katakan hari itu, tapi bukan nya anak buk Noura cuma satu satu nya, dan dia sudah meninggal" "apa Namiya menjadi istri simpanan? atau istri kedua? bagaimana sekarang apa dia masih bersama anak buk Noura?" ucap A