Share

06 Barang Lelang

Author: Chykara
last update Last Updated: 2024-12-05 11:42:48

"Mbak Nuri yakin ini restoran?" tanya Namiya dengan suara bergetar, tampilan bangunan yang mereka tuju tidak seperti bayangan Namiya, tidak seperti restoran restoran yang Namiya lihat di televisi.

Setelah perpisahan penuh air mata akhir nya di sini lah Namiya sekarang, di sebuah tempat dengan pencahayaan yang minim dengan dua pria bertubuh besar dengan kaos hitam pas badan berdiri menjaga pintu.

"Iya ini memang restoran yang akan kita tuju, beda nya dengan restoran yang lain, restoran ini hanya buka mulai dari jam 11 malam saja, tapi kita karyawan sudah harus berkumpul sejak jam sembilan malam" ucap Nuri.

"Tapi mbak, aku pikir restoran nya buka pagi tutup nya malam, restoran apa yang buka nya malah malam" ucap Namiya.

"Sama aja, udah... ayo masuk, mbak kenalin sama madam Lesti pemilik restoran ini" ucap mbak Nuri sambil mencekal lengan Namiya dan menarik nya masuk ke dalam.

"Tapi mbak... perasaan ku nggak enak... entah kenapa rasa nya ada yang salah" ucap Namiya sambil berusaha melepaskan cekalan tangan mbak Nuri yang membelit lengan nya.

Tapi kekuatan mbak Nuri sangat besar, dengan gampang nya dia menyeret tubuh mungil Namiya masuk ke dalam.

"Mbak lepasin aku... aku mohon mbak tolong lepasin aku, aku nggak mau masuk" ucap Namiya yang masih berusaha melepaskan cekalan tangan mbak Nuri.

"Diam... diam..". bentak mbak Nuri dengan kasar, tidak ada lagi kelembutan yang seperti beberapa hari ini mbak Nuri tunjukan pada Namiya hingga gadis itu memberanikan diri ikut dengan nya ke ibu kota.

"Hari Jessica, udah bawa gadis baru aja? cantik juga, dapat dari mana?" seorang gadis dengan daster super mini dan transparan berwarna merah menyala menyapa mbak Nuri dengan nama yang asing di telinga Namiya.

"Hai Agnes, iya nih kebetulan, madam mana? aku bawa barang baru, bisa lah ya nambah nambah barang lelang besok malam, aku yakin dia akan laku mahal, masih ting ting, jangan kan jebol di grepe grepe aja belum pernah" ucap mbak Nuri.

Namiya mulai berontak saat mendengar ucapan mbak Nuri tapi mbak Nuri malah semakin mengeratkan cengkraman nya. Lengan Namiya udah memerah dan memar karena keras nya cengkraman mbak Nuri pada nya.

"Madam ada di kamar anak lelang, lagi training anak anak lelang supaya bisa laku keras" ucap gadis bernama Agnes tersebut yang Namiya yakin kalau itu juga nama palsu sama seperti nama mbak Nuri yang berubah jadi Jessica.

"Ayo..." ucap mbak Nuri sambil kembali menyeret tubuh mungil Namiya.

""Nggak mau, Aku tau apa yang mbak Nuri lakukan, dan aku nggak mau, lepasin aku mbak, aku mau pulang, aku nggak mau jadi gadis penghibur yang menjual kesucian nya" ucap Namiya.

Namiya mungkin memang masih polos tapi di bukan lagi seorang gadis kecil dia sangat mengerti bahaya apa yang sedang mengintai nya saat ini.

""Udah ikut aja, gadis desa dengan Pendidikan SMA berharap apa di ibukota? bukan kah kau bilang butuh uang banyak? ya sudah ayo, nggak usah munafik, sedih lu hanya beberapa hari aja, liat duit banyak lu juga bakal senang kok,sedih lu akan menghilang tanpa jejak" ucap mbak Nuri.

"Miya nggak mau... Miya nggak mau jadi pelacur... Miya ikut mbak Nuri kerja ke kota untuk cari duit halal, buat sekolah adik adik... buka kan buat jadi gadis bayaran" Namiya masih mencoba berontak, tapi semakin dia berontak semakin keras cengkraman mbak Nuri di lengan nya.

Namiya yabg berontak akhir nya menarik perhatian orang orang di sana. Hingga seorang wanita yang seperti wanita berusia pertengahan empat puluh tahunan keluarga dari sebuah kamar di dampingi seorang pria bertubuh besar dengan pakaian serba hitam.

"Ada apa ini? kenapa heboh sekali? Jessica...??" tanya wanita itu sambil menatap Namiya dan mbak Nuri sembari bertolak pinggang.

"Madam, aku punya barang baru untuk madam, masih ting ting, dari wajah dan usia nya bisa jadi best seller madam, dia bisa jadi puncak lelang dengan harga tertinggi" Ucap mbak Nuri pada wanita yang dia panggil madam tersebut.

Madam berjalan mendekati mereka dan lalu dengan cepat mencekal dagu Namiya untuk melihat wajah gadis yang sudah penuh air mata tersebut.

"Benar wajah nya benar benar menjual, cantik dan tidak berlebihan, dengan sedikit make dan lingerie merah menyala siapa saja akan merogoh kocek mereka sedalam mungkin, Benny bawa dia ke dalam, kurung bersama gadis yang kemarin di jual ayah nya" Ucap madam Lesti.

"Baik madam" ucap nya.

Mbak Nuri mendorong Namiya hingga hampir saja jatuh tapi dengan cepat pria besar bernama Beny meraih lengan Namiya dan menyeretnya masuk.

Walaupun berteriak dengan keras Namiya masih mendengar dengan jelas bagaimana dengan tega nya mbak nuri menego f*e jatah diri nya karena berhasil mendapat gadis desa seperti Namiya pada madam Lesti yang di jawab dengan tawa terbahak germo tanpa hati tersebut.

Tenaga Namiya yang berontak tidak ada apa apa nya di bandingkan dengan tenaga pria tersebut.

Namiya di tarik ke sebuah kamar dan dengan kasar tubuh nya di dorong ke dalam saat dia mencoba berlari kembali ke arah pinta terdengar pria itu sudah kembali mengunci pintu tersebut.

"Buka... aku mohon... buka... aku nggak mau di sini, aku nggak jual diri, aku mohon..." teriakan Namiya sama sekali tidak di tanggapi oleh siapapun, tangan berkulit putih gadis itu sudah berubah warna menjadi merah dengan banyak memar akibat menggedor pintu kayu yang terkunci rapat.

"Percuma mbak, nggak akan di bukan juga, aku sudah melakukan hal yang sama tiga hari terakhir" sebuah suara menyapa Namiya.

Namiya yang sama sekali tidak tau tentang keberadaan orang lain di kamar tersebut reflek memutar tubuh nya.

Saat itu lah dia melihat seorang gadis berusia sekitar dua puluh empat tahunan duduk meringkuk dalam posisi janin di sudut ruangan, wajah nya yang manis tertutup rambut yang acak acakan.

"Mbak siapa? apa yang mbak lakukan di sini?" tanya Namiya.

"Sama seperti mu, saya juga di jual ke sini, jadi siapa yang menjual mu? pasti ayah mu kan?" tebak wanita itu dengan nada pahit dalam suara nya.

"Nggak mbak, Tapi tetangga saya, saya yatim piatu mbak, nggak punya ayah dan ibu" ucap Namiya lirih.

"Maaf..." ucap wanita itu dengan nada menyesal.

"Nggak papa mbak" Ucap Namiya sambil berjalan mendekati ranjang dan duduk di salah satu sisi, tidak jauh dari wanita itu.

"Saya di sini karena di jual oleh pria yang seumur hidup saya panggil ayah, dengan tega nya dia menukar saya dengan sejumlah uang" ucap wanita itu lirih.

"Dan saya di jual oleh tetangga saya mbak, saya anak tertua dan memiliki tiga orang adik ibu saya sudah meninggal karena kecelakaan dan ayah saya... pria jahat itu minggat bersama janda dan meninggalkan utang yang tidak sedikit pada rentenir" ucap Namiya.

"Mbak... apa nggak ada jalan keluar untuk kabur dari sini?" tanya Namiya lirih.

.*****

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Anak Untuk Maduku   77

    "Mas mau ngebahas masalah apa?" tanya Namiya "ini tentang rumah tangga kita, mau di bawa kemana pernikahan ini? sejak kita rujuk di rumah sakit minggu lalu kita belum sempat ngobrolin ini karena sibuk dengan acara pemakaman dan tahlilan Moana" ucap Allarick Namiya menundukkan kepala nya, tidak tau mau menjawab apa pertanyaan sang suami. Seminggu ini mereka hidup seperti orang asing yang ngekos di rumah yang sama, hanya bertemu jika kebetulan keluar dari kamar. Tidak pernah makan bersama, tidak pernah ngobrol berdua, bahkan saat tidak sengaja bertemu di dapur atau di mana pun mereka hanya menyapa sekadar nya. "apa kamu terpaksa rujuk sama mas?" tanya Allarick lirih sambil menggenggam tangan gadis 24 tahun tersebut. "tidak mas... aku tidak terpaksa, ini permintaan terakhir mbak Moana, mana mungkin aku menyesal, hanya saja...." Namiya tidak melanjutkan ucapan nya. "hanya saja kenapa?" tanya Allarick "hanya saja aku juga tidak mengerti bagaimana cara nya semua ini bisa ke

  • Anak Untuk Maduku   77

    dengan sangat kesusahan dan langkah kaki sempoyongan Namiya berhasil membawa Allarick yang setengah sadar ke dalam kamar nya di lantai dua. tubuh Namiya penuh oleh keringat, selain karena menopang tubuh besar Allarick, suhu tubuh Allarick yang tinggi membuat tubuh Namiya ikut kepanasan. "mas tidur rebahan dulu, aku mau ambil air buat kompres mas sekalian nyari Paracetamol buat bikin suhu tubuh mas kembali normal" ucap Namiya "jangan... jangan pergi, tolong temani aku di sini" dengan mata yang masih terpejam Allarick menarik gaun tidur Namiya mencoba menahan agar gadis itu tidak pergi. "mas... aku nggak lama, tunggu sebentar, aku cuma mau nyari obat buat mas Al, mas tunggu sebentar ya" ucap Namiya dengan lembut sambil membuka jemari Allarick yang mencengkram erat gaun satin nya. "tidak... ku mohon... jangan pergi..." Namiya Tidak tau buat siapa igauan yang keluar dari mulut suami nya itu, entah buat diri nya atau buat Moana yang sudah pergi meninggalkan mereka. Namiya jo

  • Anak Untuk Maduku   76

    "mom... jadi bunda benar benar sudah meninggal ya?" Niscalla yang sedang di tidur kan oleh Namiya di ranjang nya bertanya lirih. "Kenapa Niscalla bertanya kayak gitu? memang nya Niscalla tau apa arti nya meninggal dunia?" tanya Namiya sambil mengelus punggung sang putra yang tertidur miring memeluk pinggangnya. "tau... meninggal itu adalah saat bunda tidak sakit lagi karena bunda sudah bersama Allah, dan Niscalla tidak akan pernah bertemu lagi sama bunda" ucap nya dengan suara bergetar. "apa Niscalla sedih? Niscalla merindukan bunda?" tanya Namiya. sang putra tidak menjawab tapi Namiya bisa merasakan anggukan kepala Niscalla di dada nya. "apa Niscalla tau, walaupun bunda udah bersama Allah, tapi bunda masih bisa melihat Niscalla, jadi Niscalla harus jadi anak Sholeh, jangan tinggalkan sholat, jangan lupa doakan bunda selalu bahagia bersama Allah " ucap Namiya "apa jika Niscalla banyak berdoa bunda akan masuk surga?" tanya Niscalla. "tentu saja, karena Allah sangat menci

  • Anak Untuk Maduku   77

    Tangisan pilu Niscalla terasa mengiris hati Namiya dengan silet kala tubuh Moana yang sudah di balut kain putih di turunkan ke liang lahat. Namiya merasa hancur melihat tangis sang putra, satu-satu nya hal yang bisa dia lakukan hanya bisa memeluk erat sulung nya itu. Saat prosesi pemakaman itu selesai Niscalla tertidur di bahu Namiya, kelelahan karena terlalu banyak menangis. Saat satu persatu pelayat meninggalkan area pemakaman yang berada di komplek pemakaman elit di puncak sebuah bukit hijau itu hingga menyisakan keluarga inti saja. "Eyang pamit dulu," Winarti Nugraha pamit pada Allarick yang masih berlutut di dekat makam mbak Moana dengan tangan terangkat karena masih mengirimkan jutaan do'a buat sang istri. "baik eyang" ucap Allarick singkat sambil mengusap kan tangan nya ke wajah sebagai penutup do'a. "oh iya, eyang tunggu kamu di rumah utama, banyak yang harus kita bahas setelah ini tentang masa depan kamu dan Niscalla" ucap Eyang Winarti. "Aku tidak akan datang ey

  • Anak Untuk Maduku   76

    "Mommy nggak papa bilang gitu sama nenek nya mas Al?" tanya Namiya sambil berjalan ke satu kursi di lorong yang panjang. "harus Nin... dia benar benar sudah keterlaluan, bagaimana pun kamu tetap menantu mereka, tidak seharusnya kamu di hina seperti itu, jika Allarick mendengar tadi, dia pasti melakukan hal yang sama dengan yang mommy lakukan" ucap mommy Noura dengan santai. "kalau dia kenapa napa gimana? mommy bisa di salah kan oleh semua orang" ucap Namiya sambil melirik Oma Allarick yang sedang di tenangkan oleh anak dan menantu nya dengan ekor mata nya. "tenang aja, kita di rumah sakit, kalau ada apa apa bisa langsung di periksa, kalau memang hal buruk terjadi ya udah anggap saja itu takdir, mommy yakin nggak ada yang akan menyalahkan mommy, yang ada mereka akan berterima kasih sama mommy" ucap mommy Noura dengan santai sambil duduk bersandar di kursi yang terasa sangat dingin. Namiya ikut diam dan kembali menatap sisi lain dengan ekor mata nya, perlahan dia melihat ibu Nas

  • Anak Untuk Maduku   75

    "Saya terima nikah dan kawin nya Namiya Anggraini binti Burhan dengan mahar nya tersebut di bayar tunai..." Allarick menjawab dengan suara yang jelas walaupun bergetar dan tercekat di tenggorokan nya "Alhamdulillah..." lirih suara Moana terdengar penuh kebahagiaan. "karena secara negara kalian masih terikat pernikahan, tidak ada hal lagi yang harus di perbarui dan di catat, jadi saya pamit dulu" ucap pak penghulu "terima kasih banyak pak, sudah bersedia di panggil tengah malam gini, " ucap Allarick "Sama sama pak, kalau begitu saya pamit ya" ucap bapak tersenyum sebelum keluar dari ruang HCU di ikuti dokter dan perawat laki laki yang menjadi saksi ijab qabul rujuk Namiya dan Allarick "makasih ya dek... sekarang kalian udah suami istri lagi, mbak udah lega, jika nanti janjian mbak datang mbak nggak akan punya beban lagi" ucap Moana "mbak... aku mohon jangan bilang gitu, aku takut mbak, aku belum siap kehilangan mbak Moana, Niscalla juga masih membutuhkan bunda nya" ucap Namiy

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status