Namiya masuk ke rumah setelah turun dari taxi online sambil mengendong sosok sang putri yang tertidur dengan lelap, Nalisa dan Nafisa mengikuti langkah Namiya sambil menarik travel bag mereka. setelah tiga hari liburan di Semarang dan mengunjungi segala macam tempat mereka akhirnya kembali ke ibu kota, dan kembali ke kehidupan normal setelah bersenang senang sejenak. sesuai yang tidak pernah mereka rasakan saat sang ibu masih hidup. dan setelah mengantar kembali Namira ke kampus nya mereka langsung bertolak menuju bandara untuk kembali ke ibu kota. Arunika yang manjadi terlalu dekat dengan Namira menangis sesenggukan saat mereka berpisah dan berakhir bad mood sepanjang perjalanan di atas pesawat, dia hanya cemberut hingga akhir nya jatuh tertidur di dalam pesawat. "kalian dari mana saja tiga hari terakhir" ketiga gadis itu terperanjat saat sebuah suara menegur mereka saat mereka membuka pintu dan masuk ke dalam rumah. dia ruang tamu terlihat sosok Allarick duduk dengan waj
udara panas menyapa mereka berempat saat menjejak kan kaki keluar dari bandara Ahmad Yani yang dingin karena AC. "kita langsung ke tempat Namira atau ke hotel dulu mbak?" tanya Nalisa pada sang kakak saat mereka masuk ke salah satu taxi bandara. "kita istirahat dulu ke hotel kayak nya, kan Namira keluar nya juga jam tiga nanti, ngapain kita di sana sekarang, ini masih jam sebelas" ucap Namiya saat melihat jam yang melingkar di tangan nya. "benar juga, sekalian kita cari makan ya mbak, aku lapar banget" ucap Nafisa sambil mengusap perut nya "Tante Fisa lapar terus, padahal tadi di pesawat jatah nya mommy Tante Fisa yang habis kan" ucap Arunika pada adik bungsu mommy nya itu. "ye... kan Tante lagi dalam masa pertumbuhan, Tante butuh banyak energi untuk mengeksplorasi Semarang, dan Tante butuh banyak makan untuk itu" ucap gadis kelas satu SMA tersebut. "ye... bilang aja Tante emang suka makan" ucap Arunika sambil menjulurkan lidah nya. Namiya sengaja membooking hotel tidak
"Mas Allarick barusan datang ya mbak? apa kalian rujuk lagi?" Nalisa yang baru saja pulang dari rumah teman nya yang membantu nya untuk mempersiapkan skripsi nya yang sudah hampir selesai. Nalisa Hampir menyelesaikan pendidikan S1 psikologi nya, dan di perkirakan tahun ini dia akan bisa wisuda, Dan walaupun Nalisa bilang dia ingin langsung mencari pekerjaan, tapi Namiya berharap adik nya yang cerdas itu bisa lanjut S2 dulu, biar bisa mendapat pekerjaan yang lebih baik. Walaupun mommy Noura sudah menawarkan pekerjaan sebagai tim HRD di kantor nya untuk Nalisa, tapi gadis itu bilang ingin mencoba mencari pekerjaan dengan usaha nya sendiri terlebih dahulu. Tapi jika memanggil tidak ada kesempatan untuk nya, dia bersedia mengambil salah satu pilihan yang di tawarkan oleh Namiya dan mommy Noura, entah itu melanjutkan S2 atau bekerja di perusahaan ekspor impor milik mertua sang kakak. "rujuk??? ya nggak lah... mbak nggak mungkin bisa melakukan hal seperti itu lagi, lagi pula kondisi
Setelah mengobrol lebih dari satu jam bersama sang ayah Arunika akhirnya tertidur juga di dalam pelukan hangat sang ayah, sesuatu yang sudah dia rindukan selama bertahun tahun. dia memeluk erat tubuhku tubuh Allarick seakan enggan melepaskan pelukan, seakan jika dia mengendor kan pelukan ayah nya akan hilang dan berakhir menjadi mimpi semata. Allarick membiarkan Arunika mendekapnya seerat itu karena dia pun merasa sangat merindukanmu dekapan sang anak yang hilang selama empat tahun. Baru setelah Allarick merasakan Arunika tertidur semakin lelap dan pelukan nya mengendur, dia melepaskan pelukan sang putri dan kembali duduk. sebelum dia berlalu meninggalkan kamar Arunika dia mengecup ubun ubun sang anak berkali kali, seakan ingin meluapkan kerinduan yang terpendam sekian lama. Dengan enggan Allarick berdiri, dan keluarga dari kamar, masih ada satu urusan lagi yang menunggu nya di luar kamar. istri muda nya.... Namiya.... banyak yang harus mereka bahas dan Allarick tidak
"ting tong... tong tong..." suara bell pintu terdengar dari luar. Namiya bergegas mencuci tangan nya yang belepotan tepung untuk membuka kan pintu. Saat sampai di depan pintu Namiya melihat pintu sudah di buka kan oleh Arunika, ternyata gadis yang sedang menonton TV di ruang tengah itu Sudah membuka kan pintu terlebih dahulu. "Om cari siapa?" samar samar Namiya mendengar Arunika bertanya pada tamu yang berdiri di depan pintu. Namiya mempercepat langkah nya, tapi saat dia melihat siapa yang berdiri di depan pintu langkah Namiya terhenti, tubuh nya membeku dan terpaku. Langkah nya semakin berat untuk mendekati sosok pria tampan yang sudah berjongkok di hadapan Arunika dengan mata berkaca kaca. "mas..." lirih suara Namiya tercekat di tenggorokan tak mampu terucap. seluruh rasa bergejolak di dalam dada nya, cinta dan rindu yang mati matian dia kubur selama empat tahun terakhir berakhir sirna dan kini rasa itu kembali ke permukaan dan menjadi berkali kali lipat. apa lagi s
"bagi bos... ini hasil penyelidikan yang bos minta hari itu" Rudy yang melihat Arthur masuk ke dalam restoran langsung menyerahkan sebuah amplop kuning besar pada sang bos "lumayan cepat juga kerja teman kamu Rud, baru satu mingguan dia sudah menyerahkan laporan nya, nanti aku transfer ya untuk biaya nya" ucap Arthur sambil menerima amplop tersebut lalu berjalan masuk ke dalam kantor pribadi nya yang berada di sisi kanan kitchen. Dengan tidak sabar Arthur membuka amplop dengan cara merobek sisi atas amplop dan mengeluarkan beberapa lembar kertas yang seperti nya fotocopy an. "ternyata benar dia sudah menikah, dan memiliki satu orang putri" ucap Arthur sambil menatap lembaran kertas tersebut. "ternyata dia menantu nya buk Noura, bukan anak angkat nya, seperti yang dia katakan hari itu, tapi bukan nya anak buk Noura cuma satu satu nya, dan dia sudah meninggal" "apa Namiya menjadi istri simpanan? atau istri kedua? bagaimana sekarang apa dia masih bersama anak buk Noura?" ucap A