Home / Romansa / Simpanan Tuan Torres / 3. Menyerahan Diri

Share

3. Menyerahan Diri

last update Last Updated: 2025-10-14 08:58:04

Keesokan malamnya, setelah jam kantor berakhir.

Julia berdiri di depan pintu apartemen penthouse Diego Torres di salah satu menara tertinggi Madrid. Jantungnya berdebar kencang, memukul dadanya bertalu-talu. Ia mengenakan gaun yang paling sopan yang ia miliki, tetapi ia tahu, di tempat ini, semua formalitas kantor telah dibakar habis.

Ia menekan bel dengan satu tarikan nafas, seolah akan mengumpankan diri ke sarang predator yang paling berbahaya malam ini, seolah ini akhir hidupnya. ini demi operasi ring jantung sang ibu, ibunya sudah terlalu lama menderita dan manahan sakit. Julia sementara ini hanya mengupayakan berobat jalan, meski dokter sudah menyarankan tindakan medis yang lebih efektif.

Pintu terbuka. Diego sudah menunggunya, hanya mengenakan celana bahan hitam, kemeja kasual yang mahal kini terbuka di bagian atas, memperlihatkan dada bidangnya. Kilatan matanya membara, tidak lagi sebiru es, melainkan sebiru api.

"Selamat datang, Nona Rivas," sambut Diego, suaranya dalam dan berat seperti biasa. Ia tidak menunggu jawaban Julia. Ia meraih lengan Julia dan menariknya masuk. Pintu tertutup dengan bunyi "klik" yang mematikan, menyegel nasib Julia.

"Saya sudah menandatangani berkas transfer rumah sakit ibu saya baru saja, Tuan Diego. Terima kasih."

"Simpan ucapan terima kasihmu," potong Diego dingin, melangkah mendekat. "Malam ini, bukan Tuan Torres yang kau hadapi. Malam ini, kau menghadapi pemilikmu. Pertama, kita selesaikan formalitasnya."

Ia mendorong Julia ke sofa kulit mewah. Di atas meja, sudah tergeletak amplop tebal dan sebuah kontrak.

"Tandatangani. Baca klausulnya. Kau milikku. Semua yang kau lakukan, semua yang kau rasakan, semua yang kau pikirkan... adalah milikku."

Julia membaca kontrak itu perasaan campur aduk. Semua tertulis jelas, brutal, transaksional. Ia akan mendapat tunjangan finansial yang besar di luar biaya pengobatan ibunya dan 7 kali lipat upahnya sebagai sekretaris senior di International Torres, sebagai imbalan atas ketersediaan totalnya. Tak ada ruang untuk hati, tak ada ruang untuk cinta.

Sambil menahan air mata dan menelan rasa harga diri, Julia meraih pena ada rasa ragu, tapi uang Diego telah mengalir ke pihak rumah sakit. Lalu membubuhkan namanya tertulis di atas kertas putih itu.

"Sudah, Tuan." Julia menutup map perjanjian laknat itu.

"Bagus," kata Diego, mengambil kontrak itu dan melemparkannya ke samping.

Kini ia berdiri di hadapan Julia, menatapnya dengan hasrat yang nyaris menyakitkan.

"Sekarang, mari kita mulai pelajaran pertamamu, Nona Rivas. Pelajaran tentang gairah yang akan membuatmu lupa mengapa kau datang ke sini."

Diego membungkuk, menangkup wajah mungil Julia, dan menciumnya. Kali ini bukan ciuman kepemilikan. Ini adalah ciuman penghancuran harga diri.

Ciuman itu kasar, menuntut, dan penuh dengan akumulasi hasrat yang telah lama ia pendam terhadap Julia.

Diego menurunkan resleting dress Julia hingga kain itu meluncur ke bawah dengan lancar, kemudian mencium di bahu terbuka Julia dan meraih pengait bra itu dengan 1 tangannya... "ctak" lalu menyingkirkanya, pemandangan topless Julia di hadapan Diego untuk pertama kalinya, malam ini.. malam pertama bagi mereka, sebagai penjual dan pembelinya.

Sesuatu yang selalu terbungkus oleh blouse Julia yang sopan tanpa Julia tonjolkan, yang terkadang Diego tatap dengan rasa penasaran dengan sekilas kini terbuka.

"Tubuhmu indah sekali, sayang." Tatapan lapar sang predator dengan seringaian tipis dan kilatan mata ambigu.

Satu tangan besar Diego menangkup kulit dada Julia yang lembut dan meremasnya pelan memberikan stimulasi syarat, membuat Julia menahan desahan sambil menggigit bibir lembut bibirnya. Kedua tangannya mengepal di samping kanan kirinya, mati-matian menahan dan mengakui jika Julia menikmatinya.

"Jangan ditahan, Julia. Jadilah dirimu sendiri." Diego mengecup singkat, bibir merah jambu Julia, meyakinkan. Kegiatan panas mereka mengalir tanpa jeda, Julia yang pasif karena tak tahu harus bagaimana, ini pertama kali baginya, tapi bagi Diego, mungkin Julia merasa canggung karena mereka bukan sepasang kekasih, hubungan mereka sama-sama profesional. Julia tak pernah menggoda Diego dengan memanfaatkan kecantikannya, tapi justru itu yang membuat Diego penasaran dan kini saat ada kesempatan Julia di tengah kesulitannya, seolah sang boss memancing di air keruh.

Dan Diego membawa Julia ke kamar utama yang besar, kamar dengan jendela besar menghadap pandangan kota Madrid, percumbuan terus berlanjut. Diego membuat Julia terbang ke awang-awang dengan cumbuan panasnya. ketika di sesi inti, Julia memejamkan matanya untuk menahan rasa sakit itu. Sesuatu yang besar masuk salah satu bagian tubuhnya.

Ketika Diego akhirnya menarik diri, matanya menatap Julia dengan terkejut. Ada rasa ngeri dan kebingungan yang memenuhi pandangan es itu.

"Apa... ini?" desah Diego, suaranya pecah, tidak lagi terdengar dingin.

Julia hanya bisa menatapnya. Ia tahu keperawanannya telah ia serahkan, bukan untuk cinta, melainkan untuk biaya rumah sakit.

Ini adalah kejutan yang akan membalikkan seluruh permainan Diego. Si 'Raja Es' terkejut. Obsesi baru saja lahir.

Keheningan di penthouse itu lebih mematikan daripada ledakan. Diego menarik tubuhnya, menatap Julia—wajah yang basah oleh air mata, tubuh yang kini gemetar, dan kebenaran yang baru saja ia ketahui. Kebingungan di matanya segera berubah menjadi amarah, amarah yang ditujukan pada dirinya sendiri.

"Kau..." Diego terhuyung, suaranya kembali menjadi serak, tetapi kali ini diselimuti rasa bersalah yang tidak ia kenali. "Kau masih perawan? Kenapa kau tidak bilang?"

Julia menunduk, menarik napas gemetar. "Apa... itu mengubah kesepakatan, Tuan?"

Pertanyaan lugu itu menusuknya. Mengubah kesepakatan? Itu menghancurkan kesepakatan. Diego, yang terkenal karena perencanaan matangnya, baru saja merusak sesuatu yang utuh dan tak ternilai. Ini bukan lagi transaksi bisnis; ini adalah dosa.

"Miguel Sanchez," geram Diego, menyebut nama itu dengan jijik. "Dia si pengecut itu. Dan kau menjaganya milikmu yang berharga untuk dirinya yang tak membantumu?."

"Itu tidak penting, Tuan" bisik Julia, akhirnya mengangkat mata dan menatap Diego dengan mata basah penuh keberanian. "Yang penting ibu saya akan dioperasi. Saya sudah memenuhi bagian saya. Tuan harus memenuhi janji Tuan."

Kata-kata itu, diucapkan dengan harga diri yang baru ditemukan di tengah kehancuran, membakar obsesi Diego. Keberaniannya di tengah keputusasaan membuatnya jauh lebih menarik, lebih berbahaya, daripada yang ia duga. Gairah iseng yang ia rencanakan berubah menjadi kecanduan yang mematikan.

Diego melangkah maju lagi, kali ini bukan dengan nafsu, tetapi dengan kebutuhan. Ia bukan lagi sang predator yang dingin; ia adalah korban dari kepolosan yang baru saja ia renggut.

"Kau benar," suaranya kini tenang, namun jauh lebih mengancam. "Kesepakatan tidak berubah. Tapi aturannya... aturannya yang berubah."

Ia mengangkat dagu Julia, memaksa mata mereka bertemu. Api di mata biru itu kini lebih dalam, lebih gelap.

"Mulai sekarang, kau adalah kelemahan terbesarku. Kau adalah rahasia yang akan menjebakku. Dan aku akan membalas dendam atas kejutan ini. Aku tidak akan membiarkanmu pergi sampai aku menghancurkan setiap jejak keluguan di dalam dirimu, sampai kau memohon padaku untuk tetap menjadi simpananku."

Ciuman yang ia berikan kali ini begitu lembut, tetapi lebih mengikat daripada kontrak yang baru saja mereka tandatangani. Itu adalah cap kepemilikan yang lahir dari obsesi, bukan dari nafsu sesaat.

Di luar jendela penthouse, lampu-lampu Madrid bersinar, tetapi di dalam, kegelapan telah menelan dua jiwa. Diego Torres telah menemukan apa yang ia anggap sebagai mainan, tetapi mainan itu kini telah merenggut hati dan kendali dirinya. Pertarungan antara Simpanan Tuan Torres dan Lucia Ortega, antara gairah terlarang dan status kekuasaan baru saja dimulai.

Diego merasa bersalah dan terobsesi ingin menguasai Julia di malam-malam berikutnya. Malam itu setelah pertempuran panas yang meninggalkan jejak, Diego masih bergulat dengan pikirannya sendiri. Tubuhnya menghadap ke jendela besar penthouse-nya, menatap pemandangan kota Madrid. Tubuh bagian atasnya telanjang, memperlihatkan bahu yang lebar dan kokoh, pemandangan yang entah mengapa kini terasa begitu nyata bagi Julia, yang tergolek lemas. Bahu kokoh itu tadi sempat menjadi tempatnya bertumpu ketika Diego menuntutnya dengan hasrat membara untuk pertama kalinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Cerita Tina
kayaknya hawa²nya ntar si diego bakal bucin nih
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Simpanan Tuan Torres   114. Proyek Ibiza

    Julia tersenyum dan mengecup singkat bibir Diego. "Jangan buang waktu, Diego. Kita harus menangkan taruhan ini."Tangan Julia bergerak cepat, membuka kemeja putih dan celana bahan Diego dengan gerakan tenang. Mata Diego memancarkan hasrat yang membara. Ia memandang wanitanya; gadis lembek yang dulu ia temui kini telah bertransformasi menjadi sosok yang sagat berbeda, dingin, efisien dan penuh inisiatif.Sikap dingin Julia yang dibentuk oleh Diego, kini menjadi cerminan keefektifan, seorang partner yang memahami bahwa cinta adalah komoditas, dan waktu adalah aset.Tanpa perlu di arah, Julia menarik Diego, memimpin langkah menuju sofa burgundy yang terletak di tengah walk-in closet-nya. Ruangan itu dikelilingi cermin besar dan rak-rak berisi tas, parfum, aksesories, perhiasaan berharga serta sepatu mahal, sebuah latar belakang yang sempurna untuk pengakuan status mereka.Dalam keheningan closet mewah itu, mereka bergerak bersama, melupakan ancaman G

  • Simpanan Tuan Torres   113. Elena vs Georgina

    "Emilio. Senang melihat Anda di sini. Dan Elena. Anda terlihat luar biasa malam ini." Diego menyapa. "Diego! Tentu saja. Acara ini tak akan lengkap tanpamu. Julia! Selalu menjadi wanita yang paling mencuri perhatian di ruangan ini." "Terima kasih, Emilio. Elena, kau benar-benar bersinar. Dan Tuan Ferrero." Balas Julia. "Kau ingat heavy metal di Tuscany, Diego? Aku hampir memesan koki itu untuk acara ini, tapi sayangnya ia sudah pindah ke Berlin." Elena berusaha mencari perhatian. "Sayang sekali. Kami datang ke sini untuk tujuan yang lebih efisien, Elena." "Emilio, kami baru saja tiba, tetapi Diego sudah sangat bersemangat ingin mengulas kemajuan Proyek Málaga dan membahas strategi konsolidasi yang kita sepakati. Bisakah kami mencuri Anda sebentar? Mungkin Tuan Ferrero bisa bergabung untuk memastikan semua detail legal berjalan lancar." Julia secara halus mengisolasi Elena dan secara implisit me

  • Simpanan Tuan Torres   112. Pesta Dan Konfrontasi

    Di ambang pintu apartemen, Julia berdiri sempurna dalam balutan gaun malam berwarna merah yang memeluk dan menonjolkan lekuk tubuhnya. Penampilannya adalah perpaduan kecerdasan dan kemewahan. Sebuah kalung berlian melingkari leher jenjangnya, serasi dengan anting-anting menjuntai. Kilau perhiasan melengkapi penampilannya: dua cincin bersemat di jari manis kanan dan kiri, serta gelang emas halus di pergelangan tangannya. Penampilan Julia bukan hanya tentang keindahan. Dalam perannya di dunia Diego, ia tidak pernah hanya mengandalkan daya tarik fisik. Investasinya yang sesungguhnya adalah kecerdasan tajamnya. Keberhasilannya terbukti nyata; dalam setiap negosiasi bisnis, Julia selalu menjadi faktor penentu yang membawa hasil menguntungkan signifikan bagi perusahaan Diego, Torres International. Bagi Diego, hubungan ini adalah investasi yang sangat memuaskan, bahkan efisien. Ia adalah penyokong dana utama, memastikan bantuan fi

  • Simpanan Tuan Torres   111. Bulan Kedua

    Saat Julia berdiri, Laura tiba-tiba menahan tangannya."Tunggu, Kak. Aku punya usul."Julia dan Diego berhenti."Aku ingin pulang ke Spanyol. Mungkin bukan di Madrid, tapi sebuah desa yang jauh. Aku ingin identitas baru. Aku janji tak akan membuat ulah. Aku akan bersembunyi agar kau tak malu dan Ibu tetap sehat."Julia menghela napas. Permintaan itu menghantam pertahanan logisnya. "Laura, kau tahu itu mustahil. Identitas baru di Spanyol akan dilacak dalam hitungan minggu.""Tapi setidaknya aku dekat denganmu, Julia. Aku bisa melihat Ibu setahun sekali, di tempat yang aman. Aku lelah hidup dalam ketakutan dan di bawah pengawasan yang ketat di sini. Aku ingin merasa normal."Diego melihat kelelahan di mata Laura, dan keraguan yang muncul di wajah Julia.Diego memotong, nadanya tidak sabar. "Ide yang romantis, Laura, Keamananmu adalah prioritas, dan itu terletak pada jarak dan isolasi."Julia menatap Diego, kemudia

  • Simpanan Tuan Torres   110. Pindah Ke Medeira

    Georgina mendekat ke Hector, matanya menyala. "Kalau begitu, kita ubah skema kekacauan. Mereka berdua dalam perjalanan. Ini adalah waktu terbaik. Hubungi sumber kita di Portugal. Aku tidak ingin Laura hanya dipindahkan. Aku ingin Laura membuat kesalahan yang tidak bisa diperbaiki, segera. Kita harus memastikan perjalanan ini adalah perjalanan terakhir bagi 'efisiensi' Julia." "Kesalahan seperti apa, Nona?" "Bukan kesalahan fisik. Kita serang mentalnya. Buat Laura takut oleh teror, Hector. Atur panggilan telepon anonim yang konstan. Pastikan kode wilayah negara penelepon adalah Amerika atau Meksiko." Hector tercenung sejenak, memahami implikasinya. "Kode wilayah itu... itu akan langsung menghubungkannya dengan masalah masa lalunya sebagai pornstar dan potensi keterlibatan kartel. Paranoia akan memuncak." "Tepat. Kita tidak perlu menembak, Hector. Kita hanya perlu meyakinkannya bahwa tempat persembunyiannya tid

  • Simpanan Tuan Torres   109. Georgina Memulainya

    Georgina Lopez sedang meninjau proyek merger dengan Hector ketika ia menerima dokumen yang sama melalui faks aman."Dia mengancamku dengan tindakan hukum jika aku mendekati Julia Rivas? Dia melindunginya seperti aset militer!?""Tuan Torres jelas mengambil ancaman stres itu dengan sangat serius, Nona. Ini adalah respons langsung terhadap taruhan 65-35. Dia ingin memastikan tidak ada variabel eksternal yang menghalangi Proyek Pewaris.""Dia takut aku akan menghancurkan Julia secara mental, dan itu akan menggagalkan rencananya. Wanita rendahan itu... dia berhasil membuat Diego tunduk pada ketakutan.""Apa rencana kita, Nona?""Kita tidak bisa mendekatinya secara fisik, tapi kita bisa menyerang titik lemahnya. Lacak Laura Rivas di Portugal.""Diego ingin efisiensi biologis? Aku akan memberinya kekacauan logistik yang akan membuat stres Julia melonjak ke atap."..Tiga minggu berlalu. Julia baru saja menye

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status