MasukDiego meletakkan Julia dengan hati-hati di atas ranjang king size. Seprai sutra terasa dingin di bawah punggung Julia. Lingerie hitam menjadi kontras dengan kulitnya dan bantal putih bersih.
Tanpa membuang waktu, Diego menindih Julia. Ia mencengkeram dagu Julia, memaksa mata cokelat itu untuk menatap lurus ke dalam mata birunya. Tdak ada keraguan, hanya dominasi murni dan kepemilikan."Lihat aku, Julia. Ingat di mana kau berada. Ini adalah guarantee yang kuberi padamu. Semua masalahmu selesai. Sebagai imbalannya, kau sepenuhnya milikku. Di kantor, kau adalah aset cerdasku. Di sini, kau adalah wilayah pribadiku."Napas Julia tertahan. Kekuatan kata-kata Diego jauh lebih memabukkan daripada sentuhan fisiknya."Aku tahu, Diego," Tangannya naik untuk membelai rahang pria itu. "Aku adalah Carina. Loyalitas mutlak. Hanya untukmu."Kata-kata itu bagaikan izin yang dinantikan Diego. Ia menundukkan kepalanya, mencium Julia dengan rakus, sebuah ciuIa merasa terhina. Diego dan Julia tidak hanya menjalankan proyek rahasia itu, tetapi mereka melakukannya dengan tingkat presisi dan komitmen yang ekstrem, memposisikan Julia bukan sebagai kekasih, melainkan sebagai investasi biologis berharga."Ma, ini bukan hanya tentang pernikahan lagi. Ini tentang Diego memilihnya secara ilmiah untuk menghasilkan keturunan yang ia inginkan! Dia menganggap Julia lebih unggul secara biologis untuk tugas ini daripada aku!"Georgina berdiri, napasnya memburu. "Aku akan memastikan bahwa suplai 'protein hewani' Julia itu memiliki kelemahan yang bisa dieksploitasi. Aku akan menyerang tepat di dapur dan di titik fokusnya!"Kemarahan Georgina kini telah mencapai fase baru: dari perang citra beralih ke sabotase terstruktur terhadap "Proyek Pewaris" yang kini diuraikan secara publik melalui diet Julia.****3 minggu kemudian, pagi hari, Julia menyantap sarapan ala kadarnya berupa dada ayam atau daging merah yang
Restoran yang dipilih Pablo adalah Ramón Freixa Madrid, sebuah tempat berbintang Michelin yang terkenal akan eksklusivitas dan privasinya, sempurna untuk misi pencitraan Diego.Julia dan Diego duduk di meja yang posisinya strategis, memastikan mereka dapat dilihat, namun tetap memiliki aura terpisah dari keramaian.Suasana di antara mereka sangat terkontrol. Pelayan menyajikan hidangan dengan keheningan profesional.Berbeda dari kebiasaan, Diego memang menghindari topik pekerjaan, efisiensi, investasi, atau proyek. Namun, percakapan mereka tidak lantas menjadi romantis; itu tetap terstruktur dan analitis."Kamu cocok dengan gaun itu, Julia," komentar Diego saat menyesap air mineralnya. Ia merujuk pada kerah halter-neck yang menutupi leher Julia.Julia, yang sedang memotong hidangannya "Aku hanya menghilangkan masalah yang tidak perlu, Diego. Setelah apa yang Georgina lakukan.""Bagaimana perasaanmu setelah melihat ibumu, Carmen,
Di salah satu butik paling eksklusif di Madrid, Georgina sedang memilih gaun malam untuk acara amal yang baru saja ia bicarakan dengan Diego, meskipun acara itu belum mendapat lampu hijau, ia sudah bertekad untuk mempersiapkan diri.Ponselnya berdering. Itu adalah Pablo Reyes, asisten Diego. Georgina mengangkatnya dengan nada kesal."Ya, Pablo. Sudahkah Diego mengonfirmasi kehadirannya?"Suara Pablo terdengar profesional tanpa emosi. "Nona Georgina, Tuan Torres meminta saya menyampaikan permintaan maafnya untuk membatalkan makan malam yang dijadwalkan malam ini.""Membatalkan? Kenapa? Papa sudah mengatur semuanya!""Tuan Torres harus segera telekonfrence dengan Emilio Bellini mengenai konsolidasi investasi Proyek Ibiza tadi pagi dan perluasan ke proyek Barcelona. Ini adalah urusan mendesak yang tidak bisa ditunda," jelas Pablo, persis seperti yang diinstruksikan Diego.Georgina membanting gaun sutra yang sedang ia pegang ke sof
Kedatangan di Kantor Setibanya di Torres International, Diego dan Julia melangkah cepat menuju lift pribadi. Saat pintu lift terbuka di lantai eksekutif, mereka disambut oleh Paula, sekretaris utama Diego. Paula berdiri tegak, segera memberi hormat dengan anggukan formal. "Pagi, Tuan Torres. Pagi, Nona Rivas. Ada Nona Georgina menunggu di ruangan Tuan Torres." Julia tidak menunjukkan emosi. Matanya menyipit sedikit, mencerna informasi itu sebagai ancaman logistik yang harus segera diatasi. "Dia tahu jadwal penerbangan kita padat. Itu manuver yang boros waktu." Ia menatap Diego, siap menghadapi drama ini. "Kau bisa pergi, Paula," perintah Diego singkat. Ia menoleh ke Julia, memberikan tatapan yang tegas. "Ini adalah manuver teritorial yang diharapkan. Jangan biarkan dia menguras energimu, Carina. Kita baru saja menyelesaikan proyek Ibiza; aku tidak akan membiarkan tujuan kita dirusak oleh drama
Diego mendorong Julia perlahan hingga mereka tiba di sisi dinding cermin besar di ruang keluarga penthouse itu, di mana sebuah sofa chaise longue beludru besar menunggu. Cermin itu memantulkan pantulan mereka berdua, menambah intensitas momen. "Hasratmu tinggi sekali, Diego. Padahal semalam melakukan ritual itu di Madrid," "Cermin ini mengingatkanku pada tubuhmu yang meliuk erotis di atasku saat di walk-in closet, sayang," ungkapannya bernada cabul dengan suara yang dalam, Diego menurunkan ritsleting dress Julia dengan gerakan perlahan, membiarkan kain mahal itu meluncur jatuh ke lantai. "Itu membuatku bergairah. Jadi kita coba juga di sini untuk merayakannya." Diego mengangkat Julia, mendudukkannya di sandaran sofa chaise longue, dengan kaki Julia melingkari pinggangnya. Ini adalah gaya dominasi penuh kuasa. Diego menciumnya dengan ganas tangannya mencengkeram pinggul Julia, menegaskan kendali penuhnya. Julia merespons, menarik rambut Diego, menguba
Julia tersenyum dan mengecup singkat bibir Diego. "Jangan buang waktu, Diego. Kita harus menangkan taruhan ini."Tangan Julia bergerak cepat, membuka kemeja putih dan celana bahan Diego dengan gerakan tenang. Mata Diego memancarkan hasrat yang membara. Ia memandang wanitanya; gadis lembek yang dulu ia temui kini telah bertransformasi menjadi sosok yang sagat berbeda, dingin, efisien dan penuh inisiatif.Sikap dingin Julia yang dibentuk oleh Diego, kini menjadi cerminan keefektifan, seorang partner yang memahami bahwa cinta adalah komoditas, dan waktu adalah aset.Tanpa perlu di arah, Julia menarik Diego, memimpin langkah menuju sofa burgundy yang terletak di tengah walk-in closet-nya. Ruangan itu dikelilingi cermin besar dan rak-rak berisi tas, parfum, aksesories, perhiasaan berharga serta sepatu mahal, sebuah latar belakang yang sempurna untuk pengakuan status mereka.Dalam keheningan closet mewah itu, mereka bergerak bersama, melupakan ancaman G







