Rencana yang sampai melibatkan Zeo, sungguh merupakan rencana keji yang hanya akan dilakukan oleh seseorang.
Ya! Siapa lagi kalau bukan pasangan Yuki dan juga Ren. Mereka adalah dalang di balik rencana yang lebih kejam lagi dari sebelumnya.
Belum puas mereka melihat bisnis keluarga Latulini hancur, sampai membuat pemimpinnya kehilangan nyawanya. Belum cukup puas, mereka juga bermain api pada Zara yang merupakan pewaris satu-satunya dari Latulini Group.
Ren menyunggingkan senyumannya, "Biar pemimpin Abraham Group tahu, kelakuan busuk dari Latulini Group! Bukan hanya orang tuanya saja yang melakukan korupsi, tetapi putrinya bahkan berani tidur dengan putra dari pemimpin Abraham Group!"
Mendengar ucapan Ren, Azhar hanya bisa menelan salivanya. Ia tidak bisa melakukan apa pun untuk menolong temannya itu. Ia hanya bisa berpangku tangan dengan Ren dan juga Yuki, tentang biaya operasi untuk adiknya.
Dengan tekad yang sudah bulat, Azhar memapah tubuh Zara ke tempat yang sudah disediakan oleh Ren dan juga Yuki. Ia memapah dengan perasaan yang sangat sedih, karena ia harus merelakan sahabatnya sendiri untuk kepentingan kesehatan adiknya.
Jika Zara tidak jatuh miskin, mungkin ia masih bisa terus setia pada Zara. Bukan berarti ia hanya memandang pertemanan dengan uang saja, tetapi ia juga harus memikirkan kesehatan adiknya dengan biaya yang tidak murah.
Kini, sudah tiba mereka di salah satu ruangan yang sudah dipersiapkan. Zara sedikit membuka matanya, dan sedikit sadar dengan yang dilakukan oleh sahabatnya itu.
"Azhar, kau bawa aku ke mana?" tanya Zara, sontak membuat Azhar menjadi sangat kaku menjawabnya.
"I-ini kamarmu, Zara! Beristirahatlah dengan nyaman!"
Mendengar jawaban Azhar, Zara hanya bisa diam karena sudah sepenuhnya percaya dengan apa yang sahabatnya katakan.
Azhar membuka pintu ruangan, dan membantunya untuk membaringkan tubuh Zara di atas ranjang. Setelah selesai, ia memandangnya sebentar. Pakaian Zara yang sexy, tidak mungkin ditolak oleh mata lelaki. Bahkan Azhar pun hampir tergoda malam ini dengannya.
Azhar lekas menyadarkan dirinya, "Sadar Azhar! Jangan sampai terpancing! Zara memang tipe wanita idamanmu, tapi kau harus ingat siapa dirimu!" gumamnya, memarahi dirinya sendiri.
Dengan segera, Azhar pun keluar dari ruangan itu dan meninggalkan Zara sendiri di sana.
Tubuh Zara merasa sangat panas dan gerah, karena Azhar sama sekali tidak menyalahkan pendingin ruangan ini.
Zara bangkit, dan duduk pada bibir ranjang. Ia menoleh ke sekitarnya dengan pandangan yang rabun. Ia merasa aneh dengan ruangan ini, yang katanya adalah kamar tidurnya.
Seingatnya, ruangan tidurnya tidak memiliki desain seperti ini. Namun, karena kesadarannya sudah hampir hilang, Zara hanya bisa mengetuk-ngetuk kepalanya saja yang terasa sudah berat.
"Aku harus mandi. Ini sangat panas dan gerah!"
Zara melangkah dengan langkah yang gontai, berjalan menuju ke arah kamar mandi ruangan ini. Namun, bukannya berjalan ke arah kamar mandi, ia malah berjalan ke arah pintu keluar ruangan.
Dengan sedikit kesadarannya, belum sempat membuka pintu keluar ruangan tersebut, Zara sudah membalikkan tubuhnya untuk menuju ke arah kamar mandi yang tepat.
Kakinya melangkah gontai, sembari membuka seluruh pakaian yang ia kenakan. Kini, tak ada satu helai pun yang tersisa pada tubuhnya. Zara melangkah masuk ke dalam bath tub, yang ternyata sudah berisi air di dalamnya.
Tak hanya air, di sana juga sudah ada Zeo yang juga sedang menetralisir tubuhnya yang sedang mengalami suhu yang tinggi akibat obat perangsang yang diberikan Ren untuk rencana ini.
Mereka berada dalam satu bak mandi yang sama, dengan keadaan yang tak sadar, Zeo merasa seperti ada yang sedang duduk di atas tubuhnya.
Samar-samar matanya melihat, ternyata ada seorang gadis yang menyelinap masuk ke dalam bak mandinya. Ia terkejut, dengan wajah yang sudah memerah akibat suhu panas tubuhnya yang sudah terkontaminasi dengan obat perangsang yang diberikan oleh Ren dan juga Yuki.
"Siapa kau?!" teriak Zeo, yang berusaha untuk mengindar dari Zara.
Zara hanya memejamkan matanya, sembari tetap berusaha duduk tenang di atas tubuh Zeo.
Zeo dengan pemikiran yang sudah kacau, tetapi samar-samar masih bisa menerka siapa gadis yang kini bersamanya.
"Latulini?! Kenapa dia ada di sini?" pekiknya kaget, tetapi sentuhan yang tak sengaja Zara berikan pada beberapa bagian tubuhnya, membuatnya menjadi lupa dengan daratan.
Amarah Zeo memuncak, ketika menyadari Zara yang ada di dalam bak mandinya.
"Cih! Sudah melakukan tindak korupsi, lari dari masalah, dan sekarang ingin menggodaku supaya bisa mendapatkan ampunan dari kasus yang mereka derita? Kau mempermainkanku, Latulini!"
Tangan Zara lagi-lagi tak sengaja menyentuh area terlarang milik Zeo. Hal itu membuat hasrat yang sedari tadi ia tahan, menjadi bangkit kembali. Zeo saja sampai tak sanggup menahan hasratnya tersebut.
"Kenapa kali ini aku tidak bisa menahan hasrat ini?! Sial, ada apa denganku?!" gumam Zeo, yang sudah benar-benar pada puncaknya.
Tangannya tak sengaja meraba bagian dua gundukan kenyal milik Zara, membuat sebuah lenguhan kecil tercipta dari mulut Zara.
"Uhh ...."
Wajah Zeo bertambah merah, merasa benar-benar sudah digoda oleh satu-satunya pewaris Latulini Group tersebut.
"Sial kau Latulini, sudah berbuat sampai sejauh ini! Jangan salahkan aku, karena kau yang sudah memulainya!" gumamnya, yang segera menerkam mangsanya.
Memang tidak salah pandangan mata Zeo. Tubuh Zara memanglah sangat menggoda, sehingga membuat hasratnya bertambah semakin kuat. Jika Zara biasa-biasa saja, mungkin Zeo akan mampu menahan hasratnya yang hampir meledak-ledak itu.
Karena sudah tidak kuat menahan hasratnya lagi, Zeo pun melakukan hal yang tidak baik pada Zara, dengan alasan Zara yang memulainya duluan. Zeo merasa kalau Zara sudah menggodanya dengan menyentuh area terlarangnya, dan masuk ke dalam bak mandi yang sedang ia gunakan.
Cumbuan demi cumbuan diterima Zara dengan hasrat yang tinggi, membuat Zara sedikit tersadar dari rasa mabuknya.
Tubuhnya bergerak berirama ke atas dan ke bawah, dan seperti ada sesuatu yang memaksa menerobos masuk ke dalam inti miliknya. Rasa perih yang ia rasakan tidak terlalu hebat, karena mereka melakukannya di dalam bak berisi air, yang mampu mengurangi gesekan hebat yang terjadi antara mereka saat ini.
Air jernih seketika berubah menjadi keruh, ada sedikit darah yang keluar dari inti Zara.
Ini adalah kali pertama Zara melakukannya, dan itu bukanlah bersama dengan orang yang ia cintai.
Karena hasratnya belum terlampiaskan, Zeo masih terus melakukan hal itu pada Zara, dengan Zara yang sama sekali tidak sadar dengan keadaan yang ia alami saat ini.
Malam ini mereka lewati, dengan adegan panas yang sama sekali tidak mereka impikan. Zeo yang berpikir bahwa Zara yang sengaja melakukannya, tetapi Zara sama sekali tidak berniat melakukan hal tersebut.
Ini hanyalah sebuah kesalahpahaman.
***
Sinar matahari memaksa masuk ke dalam celah gorden, menyinari mata indah milik Zara. Perlahan Zara membuka matanya, kemudian tersadar dengan ruangan yang sama sekali berbeda dengan ruangan kamarnya.Pandangannya ia edarkan ke sekeliling ruangan, dan membulat seketika saat melihat Zeo yang bertelanjang dada di sebelah tempat ia tertidur.Pemandangan absurd ini membuatnya sangat terkejut, sampai pipinya memerah seketika."Ah!!" pekiknya yang sangat terkejut dengan pemandangan tersebut.Karena mendengar teriakan yang cukup keras, Zeo pun sampai terbangun dari tidurnya. Ia mengubah posisinya menjadi duduk, sembari berusaha menyanggah kepalanya yang masih berat efek obat perangsang yang sengaja diberikan Ren padanya.Zeo menoleh ke arah Zara yang berada di sebelahnya, dengan pandangan yang sinis."Jangan berteriak di telingaku!" bentak Zeo kesal, saking sakitnya telinganya karena mendengar teriakan yang absurd dari Zara.Zara mendelikkan matanya, karena ia tak percaya ada sosok Zeo di sebe
Kabar burung tentang penangkapan Zara merebak seketika. Para staf berbondong-bondong mendemo perusahaan Latulini Group, tempat mereka sebelumnya bernaung. Namun apa daya, tidak ada yang bisa menjawab semua keluh-kesah mereka tentang pembayaran upah yang belum tuntas.Kedua pemimpin Latulini Group sudah tiada, dan pewarisnya pun sudah masuk ke dalam jeruji besi. Sia-sia belaka mereka melakukan aksi demonstrasi di depan gedung Latulini Group. Tak ada yang bisa menampung aspirasi mereka, karena sudah tidak ada lagi cikal-bakal penerus Latulini Group.Zain yang melihat kerumunan aksi tersebut, hanya bisa menelan salivanya. Tak disangka, kehancuran Latulini Group akan menjadi separah ini."Untuk apa mereka melakukannya? Kenapa parah sekali yang mereka perbuat?" gumamnya, yang tak menyangka dengan apa yang para staf Latulini Group lakukan.Satu-satunya orang yang tidak terima penangkapan Zara, adalah Zain. Namun, pada saat hari di mana pengadilan itu berlangsung, Zain tidak tahu-menau dan b
Zain melangkah cepat menemui staf kepolisian yang ada di ruangannya. Butuh usaha besar untuk bisa sampai ke tempat staf tersebut, karena jarak lapas dan kantor staf yang cukup jauh jika ditempuh dengan berjalan kaki.Zain sudah berhadapan dengan staf yang mengantarkannya menuju lapas Zara, dan ia memandangnya dengan sinis.Menyadari kedatangan Zain, staf tersebut pun segera bangkit dari tempatnya untuk menyamai tinggi Zain."Sudah selesai berkunjung, Tuan Muda? Cepat sekali? Padahal, masih ada sisa waktu 2 menit."Tak mau berbasa-basi, Zain menggebrak meja yang berada di antara mereka."Berikan aku catatan jaminan untuk kebebasan Latulini! Aku ingin dia bebas secepatnya!" ujarnya, sontak membuat para staf yang mendengar ucapannya mendelik terkejut karenanya."A-apa yang anda maksud, Tuan Muda?" tanya staf yang tak mengerti dengan maksud Zain.Mata Zain semakin menajam, "Aku ingin membayar jaminan kebebasan Zara Latulini! Kau tidak tuli, bukan?" bentaknya, sontak membuat para staf sema
Bayangan Zain terlihat dengan jelas, memantul pada kaca jendela mobilnya. Zara hanya bisa memandangnya dari pantulan kaca, karena ia tidak sanggup untuk melihat Zain yang begitu baik padanya.'Zain sudah begitu baik padaku, tetapi kenapa aku malah merasa tidak enak padanya?' batin Zara, yang tidak ingin merasa cuma-cuma menerima uluran tangan dari Zain."Zara, bisa kita bicara sebentar?" panggil Zain, Zara terkejut lalu berusaha mempersiapkan dirinya untuk berbicara dengan Zain.Zara membalikkan tubuhnya ke arah Zain dan memandangnya, "Kau ingin kita membahas tentang apa?" tantang Zara, yang merasa hanya ini yang bisa ia lakukan untuk membalas perlakuan baik Zain terhadapnya sekarang."Tentang kabar burung itu, apakah benar kau menjebak Zeo untuk melakukan hal yang tidak baik?" tanyanya.Zara sudah menduga, pertanyaan semacam ini pasti akan terlontar dari mulut Zain."Tidak, semua itu tidak benar."Zain mendelik bingung, "Walau tidak benar, apakah kau dan Zeo sudah ...." Ia tak sanggu
Hari sudah semakin sore, Zain sudah selesai melakukan tugasnya dengan baik dan benar.Zara mengantarkannya sampai depan pintu rumah. Melihat Zain yang ada di hadapannya, ternyata cukup membuat hati Zara menjadi tidak keruan.'Dia sebenarnya baik, tetapi aku tidak bisa terus berada di sisinya. Aku harus pergi, aku tidak bisa bersama dengan orang sebaik dirinya,' batin Zara yang sudah tidak mau memikirkan tentang perasaannya lagi terhadap Zain.Walaupun berat, Zara pasti akan melakukannya sebisa yang ia mampu.Pandangan mereka saling bertemu, membuat Zain merasa tidak ingin meninggalkan Zara sendiri di sini."Apa kau butuh sesuatu?" tanya Zain sebelum pergi dari hadapan Zara.Zara menggeleng kecil, "Tidak. Pulanglah sebelum malam tiba."Karena sudah merasa terusir, Zain pun memakai jas hitamnya dan langsung berbalik dari hadapan Zara."Gunakan telepon genggam yang ada di atas meja kamar. Aku sudah persiapkan khusus untukmu, jika kau memerlukan sesuatu, kau bisa hubungi aku," ucapnya tan
Zain sudah sampai di kota tempat kediamannya. Karena sudah terlanjur tersulut dengan apa yang dikatakan Zara tentang Azhar, Zain pun bergegas mencari keberadaan Azhar.Belum sempat beristirahat dan belum sempat kembali ke rumah, Zain langsung pergi mencari apartemen yang Azhar tempati. Dengan berbekal informasi dari orang yang ia percaya, ia bergegas menuju ke lokasi yang sudah diinformasikan rekannya itu.'Mau macam-macam dengan Zara? Kekasih macam apa dia?' batin Zain, yang tak terima dengan apa yang Zain lakukan pada Zara.Mobilnya sudah terparkir rapi di basement apartemen, tempat Azhar tinggal. Ia bergegas melangkah menuju ruangan kamar pada lantai yang sudah diinformasikan, dengan langkah yang jenjang.Zain dengan cepat mencapai lift, kemudian menekan angka 10 pada tombol yang berada di sebelah kiri pintu masuk lift. Pintu tertutup, Zain pun menunggu lift sampai pada tempat tujuannya.Amarahnya sudah meledak-ledak, ia bahkan tidak sanggup jika harus menahannya lagi kali ini.'Ji
Suasana menjadi nampak tegang, karena tidak ada yang mengeluarkan suara selain sang Kakek. Orang yang dituakan di keluarga ini, dan orang yang sangat dihormati mereka.Mata Kakek semakin menajam menatap ke arah Zain, "Kenapa aku tidak melihatmu di kantor Abraham Group, sore ini?" tanya Kakek lagi, semakin membuat Zain merasa gugup.Memang, setelah jam makan siang Zain sudah meluncur menuju ke Latulini Group. Kemudian, ia bergegas untuk menuju ke arah lapas tempat Zara ditahan. Ia tidak mengetahui kalau kakeknya akan datang sore ini, sehingga ia langsung pergi ketika pekerjaannya selesai."Aku pergi ke tempat sahabatku, Kek.""Ke tempat sahabatmu? Siapa sahabatmu?" bidik Kakeknya, membuat Zain semakin takut untuk menjawabnya.Zeo yang melihat kelakuan sepupunya itu, menjadi sangat muak dengan dirinya.'Beraninya dia hanya diam ketika ditanya Kakek,' batin Zeo, yang merasa Zain tidak memiliki adab ketika berhadapan dengan Kakek mereka."Aku sudah tahu semua yang kau lakukan hari ini. Ja
Suasana hati Zeo sangat canggung, karena ia masih teringat dengan perkataan Zain tentang Zara.Ia memandangi langit-langit ruangan kamarnya, memikirkan tentang apa yang masih mengganjal di hatinya."Apa maksud dari perkataan Zain tadi? Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa dia sangat membela orang yang sudah menjebakku itu?" gumamnya bertanya-tanya dengan hatinya sendiri.Ia memikirkan apa yang seharusnya tidak ia pikirkan tentang permasalahan kali ini.Matanya menajam seketika, "Tak heran ia melakukannya! Bukankah dia pernah menjalin hubungan dengan gadis Latulini itu? Dia juga pasti sudah merasakan apa yang sudah kami lakukan sebelumnya!" gumamnya, yang baru teringat dengan hubungan antara Zain dengan Zara sebelumnya.Zeo berpikir sejenak, tak yakin dengan apa yang terakhir kali ia pikirkan."Rasanya berbeda. Dia sepertinya baru pertama kali melakukannya bersamaku."Saat itu, Zeo memeriksa bak mandi tempat mereka melakukan hubungan intim, sebelum membawa Zara ke arah ranjang tidur. Sa