Share

Kembali Ke Rumah Raka

Raka memberikan sebuah anggukan. Kemudian ikut masuk ke kamar setelah beberapa menit lamanya Nazwa belum juga menampakkan diri.

Suami Nazwa tersebut menanti di ranjang kamar dengan tidak sabar. Ia sudah sangat merindukan sosok sang istri yang telah menemaninya hingga delapan tahun lamanya.

Nazwa yang baru keluar dari kamar mandi merasa terkejut kala melihat sang suami tersenyum manis dan menghampirinya. Wanita itu masih terlihat canggung setelah kepergiannya malam itu. Meski dalam hati kecilnya pun sangat merindukan Raka.

"Mas, Raka? Mas mau mandi, juga?" tanya Nazwa salah tingkah.

Sebenarnya bukan hal itu yang ingin ia tanyakan. Tentu saja Nazwa tahu jika Raka pasti sudah mandi saat memutuskan untuk menemuinya. apa

Tanpa menjawab pertanyaan dari sang istri, Raka semakin mendekat. "Aku sangat merindukanmu, Nazwa." Sekejap saja bibir Raka telah menempel di bibir Nazwa.

"Nazwa belum pakai baju Mas," ucap Nazwa setelah berhasil menghentikan penyatuan bibir mereka.

"Untuk, apa?" Dengan cepat Raka sudah berhasil membuat handuk Nazwa terlepas. Lelaki tampan itu mengangkat tubuh Nazwa ke atas ranjang dan membaringkannya dengan sangat pelan.

Raka mulai menggoda istrinya dengan berbisik manja menggunakan kalimat-kalimat gombalnya. Kemudian menggigit pelan leher Nazwa dan menyatukan bibirnya kembali.

Keduanya saling mencurahkan kerinduan mereka dengan saling berpagutan hingga berlanjut beradegan panas di ranjang.

"Terima kasih Sayang," ucap Raka penuh perasaan setelah melayangkan sebuah kecupan di kening istrinya.

Nazwa tersenyum malu. Ia terpaksa harus mandi lagi. Begitupun dengan Raka yang sengaja memilih untuk mandi bersama-sama istrinya.

Mereka berdua duduk di tepi ranjang setelah siap dengan pakaian baru masing-masing. Tak lupa Nazwa merapikan rambut Raka yang masih basah.

"Kedatangan Mas ke sini ingin mengajakmu tinggal bersama lagi. Kamu mau 'kan?" tanya Raka pelan dan lembut.

Nazwa masih terdiam. Seolah sedang berpikir keras. Tentu saja ia tidak ingin direndahkan lagi oleh mertuanya. Hatinya masih terasa sakit karena dianggap mandul.

Namun Nazwa masih mencintai Raka. Ia tidak tega jika melihat suaminya harus melayani diri sendiri di rumahnya. Wanita itu teringat kembali bagaimana perjuangannya agar bisa menikah dengan Raka.

Suka dan duka telah dijalani bersama selama delapan tahun. Raka adalah lelaki yang mampu membuat Nazwa merasakan cinta kembali setelah cinta pertamanya pergi meninggalkannya begitu saja. Dia yang selalu meyakinkan sang istri bahwa cinta sejati itu ada.

Nazwa tidak pernah berpikir jika mertuanya ternyata selama ini membencinya. Rosalia memang sudah sejak lama menginginkan seorang cucu laki-laki. Nazwa adalah harapan satu-satunya karena Raka anak tunggal.

"Kenapa, Sayang? Kamu keberatan?" tanya Raka lagi seraya menangkup pipi istrinya. Kemudian memberikan kecupan singkat di bibirnya.

"Bagaimana jika Mama mengusirku lagi, Mas? Nazwa malu," ungkapnya sadar diri.

"Mas pastikan jika Mama tidak akan mengusirmu lagi. Mama hanya sedang emosi waktu itu." Raka mencoba menjelaskan. Ia terus membujuk Nazwa agar mau pulang bersamanya.

"Baiklah. Nazwa mau tinggal lagi bersama Mas. Tetapi ada syaratnya." Wanita itu menghirup nafas panjang. Kemudian menghembuskannya secara perlahan. "Nazwa akan tetap bekerja. Nazwa tidak mau jika dianggap sebagai seorang istri yang hanya menumpang kepada suaminya."

Jika biasanya Nazwa hanya diam dan menurut. Kali ini ia bisa berbicara lebih banyak kepada suaminya. Hal itu membuatnya merasa lebih lega.

"Mas setuju, Sayang. Tetapi Sayang jangan terlalu dekat-dekat sama lelaki tadi, ya?" ucap Raka penuh penekanan.

"Mas, cemburu ya?" ejek Nazwa yang hatinya sedikit berbunga-bunga.

Dengan gerakan yang cepat Raka mengangkat tubuh Nazwa. Dan lagi lelaki tampan itu membaringkan tubuhnya istrinya di ranjang sempit kos-kosan itu.

"Bagaimana Mas tidak cemburu. Bidadari Mas satu ini didekati pria lain." Raka membelai pipi istrinya. "Mas masih sangat merindukanmu, Sayang. Sehari tak bertemu, rasanya seperti setahun." Lelaki tampan itu telah berhasil membuat Nazwa tersipu kembali.

"Nazwa lapar Mas," ucap wanita itu seraya menghentikan tangan Raka yang sudah bergerak kemana-mana.

Hujan mulai terlihat reda. Malam itu Raka mengajak Nazwa makan di sebuah restoran mewah.

"Setelah ini kita langsung otw ke rumah, ya? Biar besok Mas bisa mengantarkanmu berangkat ke kantor." Raka memulai pembicaraan. Ia tidak mau berada jauh-jauh lagi dengan istri tercintanya.

Nazwa pun mengangguk pelan. Rasanya ia sangat bahagia bisa kembali lagi bersama sang suami. Wanita itu berharap sang mertua bisa menerimanya seperti waktu dulu awal-awal menikah dengan Raka.

Beberapa waktu berlalu, mereka berdua telah selesai makan malam. Sesuai janjinya, Nazwa langsung menuju ke rumah Raka.

"Kamu bahagia 'kan, Sayang? Maafkan Mas ya, jika selama ini tidak bisa bersikap tegas kepada Mama. Aku tidak menyangka Mama berbuat senekat itu," ungkap Raka yang sebenarnya sudah tahu semua sikap mamanya.

"Nazwa sangat bahagia jika Mas Raka selalu berada di sisi Nazwa. Nazwa sayang sama Mas." Wanita itu menyandarkan kepalanya di dada bidang milik suaminya.

Tak butuh waktu lama. Setelah Nazwa mengambil baju-baju miliknya, keduanya telah sampai di rumah mereka kembali.

Nazwa sengaja hendak berganti pakaian di kamar mandi, namun nyatanya sang suami tidak membiarkannya pergi begitu saja.

"Mau ke mana, Sayang? Mas ingin melihatmu berganti pakaian di sini saja," ucap Raka lembut seraya menarik pinggang sang istri lalu mengecup pipinya.

"Tapi, Mas?" Nazwa hendak menolak, tetapi tidak bisa. Wanita itu pun hanya bisa pasrah. Berganti pakaian dengan diamati oleh sang suami di depannya.

Raka senyum-senyum sendiri memperhatikan sikap malu-malu milik Nazwa. Dengan semangat ia membantu sang istri memakai pakaiannya.

"Terima kasih Mas," ucap Nazwa setelah berhasil memakai pakaiannya dengan bantuan sang suami.

"Kita tidur, yuk?" ajak Raka kemudian. Tangannya membawa Nazwa berbaring di ranjang besar kamar itu.

Mereka berbaring dengan saling berhadapan. Raka mengagumi wajah istrinya dengan penuh kasih. Dibelainya wajah wanita itu berkali-kali.

"Bagaimana hari pertama kamu kerja, Sayang?" tanya Raka dengan masih memandangi wajah sang istri.

"Nazwa belum bisa bekerja dengan cepat, Mas. Masih lambat. Beruntung sekali manajer di tempat Nazwa bekerja, orangnya baik." Nazwa mulai menjelaskan.

"Nanti lama kelamaan juga terbiasa dan bisa cepat. Sekarang Sayang tidur, ya? Mas akan menjagamu sampai kapanpun," ujar Raka.

"Mas sebaiknya juga tidur. Nazwa nggak mau Mas begadang. Nanti bisa sakit," balas Nazwa tidak mau kalah.

"Iya, Sayang." Lelaki tampan itu mulai menyatukan bibirnya kembali hingga akhirnya ikut tidur setelahnya.

Pagi datang begitu cepat, Nazwa sudah sibuk menyiapkan makan pagi untuk dia dan suaminya.

"Masak apa, Sayang? Mas bantu, ya?" lirih Raka yang datang-datang sudah memeluk istrinya dari belakang.

"Mas Raka sudah bangun? Mas duduk saja. Mau Nazwa buatkan teh atau kopi, Mas?" tanya Nazwa yang tak ingin merepotkan suaminya.

"Kalau suami dan istri sama-sama bekerja, apapun juga harus dilakukan bersama. Mas tidak ingin kamu kecapekan, Sayang." Lelaki itu membuat minuman sendiri. Ia juga membuat coklat panas untuk istrinya.

Nazwa hanya mengangguk dan tersenyum. Sebenarnya Raka adalah suami yang paling baik baginya. Selalu mengerti keadaannya. Hanya saja setelah kejadian malam itu, Nazwa seakan sulit untuk kembali ke Keluarga Dewangga.

"Masih pagi jangan melamun, Sayang. Mikirin apa, sih?" Pertanyaan dari Raka sukses menyadarkan lamunan Nazwa.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Aira Tsuraya
wah kok jadi curiga nih sama sikap Raka, ya? Raka gak tegas gitu, nurut aja ama mamanya udah gitu takut miskin lagi. kasihan Nazwa-nya, kan.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status