Beranda / Rumah Tangga / Sinyal Cinta CEO Duda / Diantar Pulang Pak Boss

Share

Diantar Pulang Pak Boss

Penulis: Rich Mama
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-17 10:38:12

"Kamu lucu sekali Nazwa. Siapa yang dengan berani memecat kamu maka saya akan memecatnya juga. Saya akan mengantarkan kamu sampai di ruangan kamu bekerja."

Nazwa pun tak menghiraukan ucapan dari Erland. Ia memilih untuk segera beranjak dari tempat itu.

"Tunggu Nazwa! Keningmu berkeringat." Erland hendak menyapu keringat dingin di kening Nazwa, namun wanita itu menghindar dan bergerak mundur. Hingga tak sengaja kakinya menyentuh sesuatu.

"Nazwa, awas!" Dengan cepat Erland menopang tubuh Nazwa. Kedua mata mereka saling bertemu. Seakan detik waktu berhenti, mereka terdiam dengan pikirannya masing-masing.

"Kamu sangat cantik, Nazwa." Erland tidak bisa menahan ucapannya. Kalimat itu ke luar begitu saja dari mulutnya.

Nazwa yang tersadar segera berdiri tegak. Melepaskan diri dari dekapan tangan Erland.

"Sebaiknya saya segera kembali." Nazwa langsung berlari meninggalkan Erland yang masih terdiam kaku menatapnya.

"Ya, Tuhan. Seharusnya saya tidak mengatakannya."

Nazwa telah berhasil kembali ke ruangannya. Benar saja. Tidak ada yang memarahinya. Bahkan semua terlihat fokus bekerja di tempat masing-masing. Wanita itu berjalan pelan hendak kembali ke meja kerjanya.

"Nazwa, kamu sudah kembali? Silahkan dilanjutkan pekerjaannya," ucap manager pemasaran itu dengan santai.

"Baik, Pak." Nazwa mengangguk pelan. Kemudian segera duduk kembali di kursinya.

Mila yang duduk di dekat Nazwa terlihat sangat penasaran. Ia sengaja menyenggol bahu wanita itu.

"Nazwa, ke mana aja? Terus ngapain sama Pak Erland? Hayoo, jangan-jangan kalian—" belum sempat Mila menyelesaikan kalimatnya Nazwa sudah bergerak cepat.

Wanita dengan bibir mungil itu langsung menutupi mulut Mila. Sungguh teman barunya itu tidak melihat situasi dan kondisi. Berbicara cukup keras hingga mengganggu rekan kerja yang lainnya.

"Bagaimana kalau Pak Manager dengar? Nanti saja aku jelaskan di chat ya? Pekerjaanku masih banyak Mila. Aku tidak mau mengecewakan atasan di hari pertamaku bekerja." Nazwa mencoba menjelaskan. Cara kerjanya juga masih lembar dibandingkan pekerja lainnya.

Mila menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "Eh, iya. Maaf ya Nazwa. Semangat kerjanya."

Mila kembali ke tempat duduknya. Pekerjaannya juga belum selesai. Bagaimana tidak, ia lebih sering bercermin dan mengolesi bibirnya dengan lipstik tebal dibandingkan bekerja dengan sungguh-sungguh.

Beberapa jam telah berlalu. Nazwa dan Mila sibuk di depan komputer dengan pekerjaannya masing-masing. Hingga tanpa mereka sadari, jam pulang kantor telah tiba.

Nazwa bersyukur di hari pertamanya bekerja tidak ditugaskan untuk over time atau lembur. Ia bisa cepat sampai ke rumah kosnya lalu merebahkan diri sejenak karena badannya pegal-pegal akibat insiden di lantai atas beberapa waktu yang lalu.

"Nazwa, aku duluan ya? Atau mau barengan?" tawar Mila yang membawa mobil saat bekerja.

"Terima kasih Mila. Mungkin lain kali saja," balas Nazwa tidak enak hati.

"Baiklah. Hati-hati ya?" Mila pun berlalu pergi dengan mobilnya.

Sedangkan Nazwa menunggu kendaraan umum lewat. Wanita itu mengecek ponselnya. Ternyata banyak pesan dan panggilan tak terjawab dari Raka—suaminya.

"Mas Raka, mencoba menghubungiku? Ada apa?" lirih Nazwa seorang diri.

"Hai, Nazwa." Tiba-tiba suara Erland mengagetkan Nazwa. Wanita itu belum sempat membalas pesan ataupun menelepon balik suaminya.

"Kamu masih di sini?" tanya Erland kemudian.

Nazwa hanya mengangguk pelan. Ia masih seorang diri menunggu di tempat itu. Sementara kantor sudah mulai sepi. Semua orang sudah pulang dengan kendaraan pribadi masing-masing.

Erland turun dari mobilnya dan menghampiri Nazwa. Membuat wanita itu merasa heran. Namun Nazwa tetap berusaha bersikap tenang.

"Aku akan mengantarkanmu pulang, Nazwa. Aku khawatir kamu sendirian di sini. Sedangkan kantor sudah sepi. Bagaimana jika ada yang menyakitimu?" ungkap Erland sungguh-sungguh.

"Tapi Pak?" Nazwa menjadi galau. Haruskah ia menerima tawaran dari bos barunya itu? Wanita itu masih tampak berpikir.

"Ayolah. Tidak baik menolak sebuah bantuan. Aku tulus melakukannya." Erland kembali meyakinkan.

Dengan perlahan Nazwa akhirnya mengangguk kembali. Sebenarnya ia ingin cepat-cepat sampai di rumahnya. Wanita itu berdiri dari duduknya. Menyusul Erland yang sudah di depan.

Lelaki tampan itu membukakan pintu untuk Nazwa. "Masuklah," pintanya.

"Terima kasih, Pak Erland." Nazwa masuk ke dalam mobil. Wanita itu segera duduk dan memakai sabuk pengamannya. Namun sepertinya kesulitan.

Tanpa aba-aba Erland mendekat ke arah Nazwa dan mencoba menolong Nazwa. Jemari mereka bersentuhan. Membuat Nazwa terkejut setelah menyadari Erland sudah sangat dekat dengannya.

"Aku bantu, ya?" lirih Erland. Bukannya segera mengerjakan apa yang ingin ia lakukan, Erland dan malah menatap wajah Nazwa sangat lama. Begitupun sebaliknya.

Andai saja Nazwa masih single. Pasti bibirnya sudah tidak bisa terselamatkan dari terkaman bibir Erland.

"Manis," lirih Erland.

"Pak Erland?" Nazwa tidak mengerti apa yang sedang dilakukan Erland.

"Oh, iya. Aku lupa. Sorry, Nazwa." Lelaki itupun segera memasangkan sabuk pengaman untuk Nazwa.

Mobil Erland berjalan dengan pelan. Duda tampan itu melajukan dengan santai. Ia senang jika bisa berlama-lama dengan Nazwa di dalam mobil.

Nazwa yang merasa malu sejak dipasangkan sabuk pengamannya, memilih untuk terus diam hingga tiba di depan rumahnya.

"Mau mampir dulu?" ucap Nazwa berbasa-basi. Tidak disangka Erland mengiyakannya. Padahal Nazwa sudah merasa lelah ingin segera beristirahat.

Tiba di depan pintu rumah, Nazwa terkejut melihat pintu di depannya tidak terkunci. "Mungkin ibu pemilik kos," pikirnya.

Nazwa pun mengajak Erland untuk masuk. Dan ternyata di kursi ruang tamu sudah ada Raka yang menunggu dengan dua gelas teh di meja. Yang satu gelasnya sudah kosong. Sepertinya tadi Raka mengobrol dengan pemilik kos-kosan.

"Mas Raka?" ucap Nazwa terkejut. Ia tidak menyangka jika suaminya datang ke tempatnya. Wanita itu merasa menyesal belum sempat membalas pesan-pesan dari Raka.

"Nazwa, kamu sudah pulang sayang?" Lelaki itu segera berdiri dari duduknya dan mencoba menghampiri sang istri. Namun raut wajahnya seketika berubah setelah menyadari Erland berdiri di sampingnya.

"Siapa dia? Kenapa kamu pulang sama dia?" tanya Raka ketus. Hatinya merasa cemburu melihat Nazwa dekat dengan lelaki lain yang tak kalah tampan dengannya. Bahkan penampilan Erland masih seperti saat berangkat bekerja. Tetap rapi dan wangi.

Nazwa menatap ke arah Erland. Ia jadi merasa bersalah. Padahal Erland terlihat santai saja. Lelaki tampan itu memang pandai sekali menutupi perasaannya.

"Pak Erland atasan saya di tempat kerja, Mas. Mas Raka jangan salah paham." Nazwa mencoba memberitahukan yang sebenarnya agar tidak terjadi pertengkaran di antara mereka.

"Em, lebih baik saya segera pulang," pamit Erland merasa tidak dibutuhkan lagi di tempat itu.

"Tapi, Pak?" Nazwa bertambah galau.

"Tidak apa-apa, Nazwa. Saya tidak ingin suami kamu marah."

"Baguslah. Harusnya memang kau pergi sejak tadi." Raka menyahut.

Nazwa terdiam tanpa bersuara. Bahkan untuk berucap terima kasih saja ia belum sempat.

Erland segera kembali ke mobilnya. Lelaki itu termenung sejenak. Andai saja waktu itu ia bisa menolak perjodohan dari mamanya, pasti Erland lebih dulu menikahi Nazwa daripada lelaki yang bernama Raka tersebut.

Setelah kepergian Erland, Nazwa segera mengunci pintu dan menghampiri suaminya.

"Mas Raka, seharusnya Mas tidak berbicara keras seperti tadi. Pak Erland hanya mengantarkan Nazwa pulang karena belum ada kendaraan yang lewat. Tadi suasana mendung," ungkap Nazwa.

Setelah mengucapkan kalimat itu hujan turun dengan derasnya. Akhirnya Raka memilih untuk bermalam di tempat Nazwa. Padahal niatnya menjemput Nazwa pulang ke rumah.

"Maafkan aku, Nazwa." Hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Raka. Namun sebenarnya banyak sekali pertanyaan yang ingin ia sampaikan kepada istrinya tersebut. Lelaki tampan itu memberikan waktu istrinya untuk beristirahat sejenak.

Nazwa mengangguk pelan. Kemudian pamit untuk masuk ke kamarnya. "Nazwa mandi dulu ya, Mas?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Alunan Indah Nan Merdu

    Melihat Erland datang, Nazwa segera menegakkan tubuhnya dan menjauh dari Raka."Mas Erland, ini tidak seperti yang kamu pikirkan?" terang Nazwa bernada sendu."Iya, Erland. Tadi Nazwa hampir terjatuh. Dan aku hanya berusaha untuk menolongnya." Terpaksa Raka mengatakan yang sebenarnya. Ia tidak ingin dianggap sebagai lelaki yang memanfaatkan keadaan.Seketika raut wajah Erland berubah menjadi khawatir."Kamu tidak apa-apa 'kan, Sayang. Maafkan aku baru bisa pulang." Erland mengecup kening Nazwa dan segera mendekapnya dengan erat. Tidak peduli jika ada Raka di sana."Nazwa baik-baik saja, Mas."Wanita itu melirik ke arah Raka. Merasa tidak enak hati atas sikap Erland yang seolah sengaja memanas-manasinya.Di saat Erland masih memeluk Nazwa, bayi kembar kembali menangis kencang."Oh, iya, Mas. Sejak tadi Dafa dan Devano menangis. Mereka sudah haus."Nazwa segera berjalan ke arah Dafa dan menggendongnya. Sementara Erland mengambil alih botol susu yang hendak diambil oleh Raka."Biar aku s

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Terhenti

    Seperti dugaannya Nazwa bahwa yang mengirim pesan adalah Bi Nanik. Wanita paruh baya itu mengatakan jika tidak bisa datang karena anaknya sedang sakit dan tidak mau ditinggal.Seketika raut wajah Nazwa berubah menjadi sedih. Ia tahu bagaimana perasaan seorang Ibu jika anak mendadak sakit."Semoga anaknya cepat sembuh ya, Bi. Bibi fokus saja sama anak Bibi. Nazwa tidak masalah kok."Setelah mengirimkan pesan itu Nazwa mengabari Erland. Lelaki tampan itu berjanji akan segera pulang jika pekerjaan di kantor telah selesai dan bisa dilimpahkan kepada sang sekretaris.Nazwa merasa lega. Ia meletakkan ponselnya. Namun kali ini handphone itu berbunyi lagi. Sebuah telepon dari nomor baru."Hallo, dengan siapa di sana?" sapa Nazwa ramah.Namun beberapa detik lamanya hanya sebuah kesenyapan yang ada."Maaf, kalau begitu saya tutup teleponnya.""Nazwa tunggu. Ini aku. Maaf ....""Mas Raka?" lirih Nazwa kemudian. Sudah lama ia tidak bercakap-cakap dengan mantan suaminya tersebut."Hari ini aku dan

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Pesan Dari Siapa?

    "Sebenarnya Nazwa tidak masalah, Mas. Tapi Nazwa sibuk mengurus Dafa dengan Devano." Mendengar apa yang dikatakan Nazwa, Rosalia justru merasa semakin antusias. Ia ingin menemui wanita itu di rumahnya sekaligus menjenguk bayi kembar Nazwa dan Erland. Karena Rosalia memang belum sempat mengucapkan selamat kepada Nazwa. Begitupun dengan Raka. Betapa dirinya sangat merindukan seorang anak. Tetapi sayangnya ia tidak bisa memberikan keturunan kepada mamanya. "Nazwa, Tante ingin bertemu dengan baby kembar kamu. Boleh ‘kan, Sayang? Siapa nama mereka?" tanya Rosalia berterus terang. "Boleh, Tante. Kalau mau bertemu dengan Dafa dan Devano, Tante boleh ke sini kapanpun Tante mau." Rosalia melihat ke arah Raka dan Erland secara bergantian. Niatnya untuk pergi ke luar negeri sepertinya akan ia urungkan. "Apakah boleh Nak Erland?" tanyanya kepada Erland kemudian. "Jika Nazwa sudah mengizinkan, saya juga tidak bisa membantahnya." Rosalia tersenyum senang. Kemudian mereka mengakhiri percakapa

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Jawaban Dari Nazwa

    'Seila?' batin Erland kemudian. Erland melihat wanita itu datang bersama anaknya yang merengek meminta kue donat. "Sebentar Alin, kamu harus sabar." Seila mencoba menenangkan anaknya. Gadis kecil itu terdiam sejenak. Kemudian memandangi Erland. Alin yakin jika lelaki tampan yang ia lihat adalah papanya. Karena sang mama pernah memperlihatkan fotonya. "Papa? Dia Papa 'kan, Ma?" ucap Alin dengan wajah yang berseri. Seila tidak tahu harus menjawab apa. Ia berharap jika Erland mau berkata bohong demi seorang anak kecil yang tidak berdosa dan tidak tahu apa-apa. Erland yang tidak paham pun terlihat kebingungan. Bagaimana bisa gadis kecil itu menganggapnya sebagai papa. Sungguh sangat tidak masuk akal baginya. "Kenapa Papa diam saja, Ma? Kenapa tidak menyapaku?" Alin menarik-narik baju mamanya. Seila pun ikut kebingungan. Selama ini ia membohongi putrinya dengan mengatakan bahwa Erland adalah papa dari anaknya tersebut. Sedangkan yang sebenarnya adalah papa kandung Alin sudah pergi e

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Berpapasan

    "Baby twins pup lagi Sayang," jawab Erland dengan memasang wajah kesal. Niatnya ingin bercanda agar mengundang tawa. Sedangkan bayi di depannya tersenyum-senyum setelah sisa kotorannya berhasil dibersihkan oleh papanya. "Lihatlah, dia mengejekku." Erland merasa gemas dengan putrinya. "Iya, Bu Nazwa. Yang ini juga. Hehehe. Mereka selalu sehati." Bi Nanik terkekeh. Ia ikut merasa gemas dengan tingkah si baby kembar yang belum memiliki nama tersebut. Nazwa pun tertawa. Namun lirih dan pelan. Ia merasakan perutnya masih sakit. Rasanya seperti ingin terbelah saja saat ia refleks tertawa. "Sayang, kamu baik-baik saja 'kan?" tanya Erland khawatir karena melihat istrinya meringis menahan rasa sakitnya. "Aku baik-baik saja. Aku mau ke toilet sebentar." "Aku akan mengantarkan kamu." "Tidak perlu, Mas. Kamu harus menjaga anak kita. Kasihan Bi Nanik nanti pasti kerepotan." Dengan berat hati Erland harus mengalah. Sejujurnya ia tidak tega kepada Nazwa. Tetapi baby kecil yang lucu itu juga

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Mengikuti Arahan

    Erland merasa kikuk. Ia tidak ada niat sama sekali untuk berhubungan dengan Cintya. Baginya, wanita itu sangat berani."Kok diam aja? Come on, Erland. Saya hanya meminta tolong saja. Tidak lebih," ujar Cintya yang nada bicaranya terdengar lain di telinga Erland.Lelaki itu tidak ingin mengecewakan Cintya. Ia takut jika wanita itu akan membatalkan kerjasamanya jika Erland tidak mau membantunya."Ba–baiklah."Erland beranjak dari duduknya. Ia berharap jika Ridwan segera datang dari arah toilet.Benar saja. Sahabat Erland tersebut telah kembali dari toilet."Erland mau ngapain?"Pandangan mata Erland beralih ke Ridwan. Ia memberikan sebuah kode agar lelaki itu segera menghampiri mereka."Em, Cintya. Maaf. Tiba-tiba perut saya terasa sakit. Itu Ridwan telah kembali. Kamu bisa meminta tolong kepadanya."Dengan cepat Erland meninggalkan tempat itu. Ia segera berjalan menuju toilet."Cintya, apa yang kamu lakukan kepada Erland? Kamu mencoba untuk menggodanya?""Kenapa kamu harus kembali secep

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status