Share

Sir Abraham, Love Story
Sir Abraham, Love Story
Author: Aleena

Prolog

Zack menarik tangan Nayla, ketika perempuan itu ingin pergi karena kecewa dengan sikapnya. Nayla merasa hanya dia yang merasakan rasa itu, tetapi tidak dengan Zack. Lelaki itu tidak memiliki perasaan apapun kepadanya.

Cukuplah rasa sakitnya dikhianati, ia tidak ingin merasakan rasa sakit yang ke sekian kalinya karena merasakan cinta yang tidak pernah terbalaskan.

Tarikan tangan Zack kepada Nayla begitu kuat, hingga gadis itu jatuh ke dalam pelukannya.

"Aku ... mencintaimu, Nayla," ucap Zack sambil mengeratkan pelukannya di tubuh samar itu.

Sebuah ucapan singkat namun sangat sulit untuk diutarakan. Zack bahkan membutuhkan berhari-hari hanya untuk memutuskan dan mengerti perasaannya.

Nayla membulatkan matanya seketika, mendengar pengakuan dari lelaki itu. Ada rasa terkejut dengan ungkapan yang tiba-tiba dari lelaki yang selama ini terlihat ketakutan dan ingin segera mengusir Nayla ketika ia mendekatinya.

"Zack, apakah kau yakin? Kau mencintaiku yang seperti ini?" Nayla masih ragu dengan perkataan Zack.

Bukannya Nayla tidak senang, tetapi ia dan Zack berada di alam yang berbeda. Nayla hanyalah sesosok arwah yang harus terkurung dalam dunia manusia yang tidak ada seorang pun yang bisa melihatnya dan mengetahui keberadaannya. Dia tidak hidup dan juga tidak mati. Apakah hubungan mereka mungkin terjadi?

"Aku tidak peduli orang lain menganggapku gila atau apa. Yang jelas hatiku mengatakan bahwa aku mencintaimu. Aku tidak bisa hidup tanpamu. Jadi berjanjilah kepadaku, kau akan bertahan untukku. Aku akan menunggumu hingga kau sembuh dan terbangun dari koma."

***

Seorang laki-laki dengan langkah terseok-seok berusaha menyamakan irama langkahnya dengan seorang opsir polisi yang kini sedang menggelandangnya diikuti oleh beberapa polisi lain di belakang.

Wajahnya terlihat lebam dengan darah segar mengucur di pelipis. Mulutnya komat-kamit menyumpah serapahi orang-orang yang telah mengkhianatinya sehingga ia dengan mudah bisa tertangkap. Pria itu melirik sekilas opsir polisi tersebut dengan perasaan marah, tetapi tidak berdaya.

Di balik seragam opsir yang pas di badan, seolah memang sengaja dijahit mengikuti lekuk tubuhnya yang terlihat tegap dan proporsional, terdapat seseorang yang mempunyai jiwa yang dingin dengan banyak misteri dalam dirinya.

Dia berkulit putih, berhidung mancung, garis wajah tegas dengan jambang sedikit tebal di dagu menambah kesan wibawa yang tak terelakkan.

"Masuk!" Opsir tersebut mendorong pria itu masuk ke dalam jeruji besi lalu menguncinya dengan cepat.

"Lepaskan! Lepaskan aku! Kalian tidak bisa melakukan hal ini kepadaku!"

Pria itu berteriak lantang sambil meronta-ronta. Tangannya berusaha membuka jeruji besi itu dengan mendobrak berkali-kali menggunakan tangan juga badannya. Namun, hal itu tampaknya sia-sia belaka. Pintu tahanan itu sama sekali tidak terbuka atau bergeser meski hanya se-inchi.

Opsir tersebut hanya bergeming tidak memedulikan teriakan lelaki itu. Ia mengenakan kaca matanya lalu menganalisa data tahanan baru tersebut yang ia input di komputer yang berada di atas meja kerja. Bola mata spektrum itu bergerak naik turun mengikuti arah gerak bacanya.

"Tuan Zack Abraham, ada seseorang yang ingin menemui Anda." Seorang rekannya yang lain dengan pangkat satu tingkat lebih rendah darinya menyampaikan kedatangan tamu tak diundang itu.

Opsir Zack yang dikenal keras dan tidak pernah takut terhadap penjahat mana  pun menarik  kedua ujung alisnya ke bawah. Tidak biasanya ia mendapatkan tamu di hari kerja. Apalagi sifatnya yang dingin dan pendiam membuat opsir Zack tidak memiliki banyak teman.

Bukan karena ia sombong, tetapi traumanya di masa kecil membuat dia enggan untuk bersosialisasi dengan banyak orang. Nanun, di balik sifat dingin itu sebenarnya ia adalah orang yang baik dan peduli dengan sesama. Bahkan tak jarang opsir Zack menyumbangkan hampir keseluruhan dari gajinya kepada orang yang membutuhkan.

"Aku akan menemuinya," ucap opsir Zack kemudian.

Opsir Zack beranjak dari duduknya, melangkahkan kaki dengan tegak. Pantulan bunyi sepatu yang keras menandakan pria itu selalu bersikap tegas tanpa ada rasa takut dari dalam dirinya.

Dari balik dinding kaca itu, ia bisa melihat seorang laki-laki dengan rambut disisir ke belakang, mengenakan stelan tuxedo mahal sedang duduk sambil menaikkan satu kakinya di lutut sementara kaki lainnya di bawah. Kedua tangannya terlipat di dada dengan punggung bersandar sedikit santai di sandaran sofa.

Opsir Zack menatapnya sambil terus berjalan mendekat. Dari  tatapan matanya yang berbingkai frame berwarna hitam bulat, Zack melihat lelaki itu dengan penuh selidik, seolah ia bisa membaca pikiran, maksud dan tujuannya berkunjung di kantor kepolisian pusat.

Langkah Zack terhenti ketika kakinya sudah berada di depan tamu yang dimaksudkan.

"Opsir Zack Abraham, akhirnya saya bisa bertemu dengan Anda."

Lelaki itu mengulas senyum penuh kepalsuan dengan tangan terulur untuk berjabat tangan dengan opsir tersebut.

Opsir Zack menatap tangan yang beberapa detik mengapung di udara menanti sambutan tangannya, ia akhirnya menerima jabatan tangan itu dengan gerakan kaku dan cepat.

"Tuan Hendriq, seorang pengusaha tambang batu bara ternama dengan omset jutaan dollar per bulan dan saat ini sedang ada kasus suap yang mana masih dalam penyelidikan oleh pihak kepolisian. Ada keperluan apa Anda datang mencariku?" Opsir Zack berucap frontal dengan lawan bicaranya tanpa ada rasa canggung sedikit pun, kendati ia tahu bahwa tuan Hendriq adalah orang yang berpengaruh dan juga berbahaya.

Tuan Hendriq menampilkan senyumannya lagi, kali ini lebih lebar dari sebelumnya.

"Anda pasti sudah tahu, kenapa saya yang begitu sibuk mau meluangkan waktu saya yang begitu berharga untuk datang ke tempat ini." Tuan Hendriq menjawab dengan santai tanpa peduli ucapan menohok yang dilontarkan opsir Zack kepadanya.

"Jika Anda ingin bernegoisasi untuk mengeluarkan adik Anda, sebaiknya Anda pulang saja karena hal itu tidak akan pernah mungkin terjadi. Bahkan membayangkannya pun Anda tidak akan bisa," ucap opsir Zack tegas.

Tuan Hendriq yang merasa lebih berkuasa menganga ingin menjawab perkataan opsir Zack, tetapi opsir Zack segera mengangkat satu tangannya penuh dengan peringatan bahwa ia masih ingin melanjutkan bicara tanpa ingin disela.

"Silakan Anda kembali! Jika Anda terus bersikeras bernegosiasi maka bukan hanya adik Anda yang saya masukkan ke dalam sel tahanan. Saya pun bisa menangkap Anda sekarang juga dengan tuduhan menyuap seorang opsir kepolisian. Tentu saja dengan reputasi Anda yang cemerlang dan tanpa cacat itu akan tercela disebabkan Anda dengan mudah tertangkap oleh seorang opsir bawahan seperti saya."

Tuan Hendriq menggertakkan gigi, menahan marah. Dengan tangan terkepal ia mencoba menahan emosi yang hampir meledak.

"Kau akan menyesal, Opsir Zack," ucapnya dengan sorot mata berkilat tajam, mengucapkan sebuah janji yang pasti suatu saat akan ia tepati.

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Me Shel
Zack keren, tegas, dan gak pandang bulu dalam bertindak...
goodnovel comment avatar
dyah E utomo
baca lagi ka.. ............ di sebelah udah d hapusss yaakkkk
goodnovel comment avatar
Rindu
awal yg menarik
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status