Apa jadinya jika kita mencintai seseorang yang ternyata sebuah arwah yang tanpa jasad? Begitulah yang dialami seorang opsir polisi. Dia terjebak drama percintaan berbeda alam. Bukan secara kebetulan itu terjadi, melainkan karena memiliki nasib dikhianati oleh pasangan masing-masing hingga membuat mereka kian dekat dan merasakan cinta yang tumbuh secara perlahan. Dialah Zack Abraham. Seorang opsir polisi yang sudah dikenal dengan dedikasinya yang tinggi, pemikirannya yang luas serta cerdas dalam mengungkap kasus-kasus kejahatan. Opsir Zack berakhir dengan melabuhkan hatinya kepada arwah seorang gadis yang jasadnya masih terbaring koma di rumah sakit. Kisah cinta mereka bukan hanya terhalang oleh perbedaan alam, tetapi gadis cantik itu adalah keluarga dari seorang mafia kejam yang merupakan musuh besar dari opsir polisi itu sendiri. Apakah cinta mereka akan bersatu setelah si gadis terbangun dari koma-nya? Ataukah harus terpisah karena terhalang restu keluarga? IG Aleena_Anonymous Fb Aleena
View MoreZack menarik tangan Nayla, ketika perempuan itu ingin pergi karena kecewa dengan sikapnya. Nayla merasa hanya dia yang merasakan rasa itu, tetapi tidak dengan Zack. Lelaki itu tidak memiliki perasaan apapun kepadanya.
Cukuplah rasa sakitnya dikhianati, ia tidak ingin merasakan rasa sakit yang ke sekian kalinya karena merasakan cinta yang tidak pernah terbalaskan.
Tarikan tangan Zack kepada Nayla begitu kuat, hingga gadis itu jatuh ke dalam pelukannya.
"Aku ... mencintaimu, Nayla," ucap Zack sambil mengeratkan pelukannya di tubuh samar itu.
Sebuah ucapan singkat namun sangat sulit untuk diutarakan. Zack bahkan membutuhkan berhari-hari hanya untuk memutuskan dan mengerti perasaannya.
Nayla membulatkan matanya seketika, mendengar pengakuan dari lelaki itu. Ada rasa terkejut dengan ungkapan yang tiba-tiba dari lelaki yang selama ini terlihat ketakutan dan ingin segera mengusir Nayla ketika ia mendekatinya.
"Zack, apakah kau yakin? Kau mencintaiku yang seperti ini?" Nayla masih ragu dengan perkataan Zack.
Bukannya Nayla tidak senang, tetapi ia dan Zack berada di alam yang berbeda. Nayla hanyalah sesosok arwah yang harus terkurung dalam dunia manusia yang tidak ada seorang pun yang bisa melihatnya dan mengetahui keberadaannya. Dia tidak hidup dan juga tidak mati. Apakah hubungan mereka mungkin terjadi?
"Aku tidak peduli orang lain menganggapku gila atau apa. Yang jelas hatiku mengatakan bahwa aku mencintaimu. Aku tidak bisa hidup tanpamu. Jadi berjanjilah kepadaku, kau akan bertahan untukku. Aku akan menunggumu hingga kau sembuh dan terbangun dari koma."
***
Seorang laki-laki dengan langkah terseok-seok berusaha menyamakan irama langkahnya dengan seorang opsir polisi yang kini sedang menggelandangnya diikuti oleh beberapa polisi lain di belakang.
Wajahnya terlihat lebam dengan darah segar mengucur di pelipis. Mulutnya komat-kamit menyumpah serapahi orang-orang yang telah mengkhianatinya sehingga ia dengan mudah bisa tertangkap. Pria itu melirik sekilas opsir polisi tersebut dengan perasaan marah, tetapi tidak berdaya.
Di balik seragam opsir yang pas di badan, seolah memang sengaja dijahit mengikuti lekuk tubuhnya yang terlihat tegap dan proporsional, terdapat seseorang yang mempunyai jiwa yang dingin dengan banyak misteri dalam dirinya.
Dia berkulit putih, berhidung mancung, garis wajah tegas dengan jambang sedikit tebal di dagu menambah kesan wibawa yang tak terelakkan.
"Masuk!" Opsir tersebut mendorong pria itu masuk ke dalam jeruji besi lalu menguncinya dengan cepat.
"Lepaskan! Lepaskan aku! Kalian tidak bisa melakukan hal ini kepadaku!"
Pria itu berteriak lantang sambil meronta-ronta. Tangannya berusaha membuka jeruji besi itu dengan mendobrak berkali-kali menggunakan tangan juga badannya. Namun, hal itu tampaknya sia-sia belaka. Pintu tahanan itu sama sekali tidak terbuka atau bergeser meski hanya se-inchi.
Opsir tersebut hanya bergeming tidak memedulikan teriakan lelaki itu. Ia mengenakan kaca matanya lalu menganalisa data tahanan baru tersebut yang ia input di komputer yang berada di atas meja kerja. Bola mata spektrum itu bergerak naik turun mengikuti arah gerak bacanya.
"Tuan Zack Abraham, ada seseorang yang ingin menemui Anda." Seorang rekannya yang lain dengan pangkat satu tingkat lebih rendah darinya menyampaikan kedatangan tamu tak diundang itu.
Opsir Zack yang dikenal keras dan tidak pernah takut terhadap penjahat mana pun menarik kedua ujung alisnya ke bawah. Tidak biasanya ia mendapatkan tamu di hari kerja. Apalagi sifatnya yang dingin dan pendiam membuat opsir Zack tidak memiliki banyak teman.
Bukan karena ia sombong, tetapi traumanya di masa kecil membuat dia enggan untuk bersosialisasi dengan banyak orang. Nanun, di balik sifat dingin itu sebenarnya ia adalah orang yang baik dan peduli dengan sesama. Bahkan tak jarang opsir Zack menyumbangkan hampir keseluruhan dari gajinya kepada orang yang membutuhkan.
"Aku akan menemuinya," ucap opsir Zack kemudian.
Opsir Zack beranjak dari duduknya, melangkahkan kaki dengan tegak. Pantulan bunyi sepatu yang keras menandakan pria itu selalu bersikap tegas tanpa ada rasa takut dari dalam dirinya.
Dari balik dinding kaca itu, ia bisa melihat seorang laki-laki dengan rambut disisir ke belakang, mengenakan stelan tuxedo mahal sedang duduk sambil menaikkan satu kakinya di lutut sementara kaki lainnya di bawah. Kedua tangannya terlipat di dada dengan punggung bersandar sedikit santai di sandaran sofa.
Opsir Zack menatapnya sambil terus berjalan mendekat. Dari tatapan matanya yang berbingkai frame berwarna hitam bulat, Zack melihat lelaki itu dengan penuh selidik, seolah ia bisa membaca pikiran, maksud dan tujuannya berkunjung di kantor kepolisian pusat.
Langkah Zack terhenti ketika kakinya sudah berada di depan tamu yang dimaksudkan.
"Opsir Zack Abraham, akhirnya saya bisa bertemu dengan Anda."
Lelaki itu mengulas senyum penuh kepalsuan dengan tangan terulur untuk berjabat tangan dengan opsir tersebut.
Opsir Zack menatap tangan yang beberapa detik mengapung di udara menanti sambutan tangannya, ia akhirnya menerima jabatan tangan itu dengan gerakan kaku dan cepat.
"Tuan Hendriq, seorang pengusaha tambang batu bara ternama dengan omset jutaan dollar per bulan dan saat ini sedang ada kasus suap yang mana masih dalam penyelidikan oleh pihak kepolisian. Ada keperluan apa Anda datang mencariku?" Opsir Zack berucap frontal dengan lawan bicaranya tanpa ada rasa canggung sedikit pun, kendati ia tahu bahwa tuan Hendriq adalah orang yang berpengaruh dan juga berbahaya.
Tuan Hendriq menampilkan senyumannya lagi, kali ini lebih lebar dari sebelumnya.
"Anda pasti sudah tahu, kenapa saya yang begitu sibuk mau meluangkan waktu saya yang begitu berharga untuk datang ke tempat ini." Tuan Hendriq menjawab dengan santai tanpa peduli ucapan menohok yang dilontarkan opsir Zack kepadanya.
"Jika Anda ingin bernegoisasi untuk mengeluarkan adik Anda, sebaiknya Anda pulang saja karena hal itu tidak akan pernah mungkin terjadi. Bahkan membayangkannya pun Anda tidak akan bisa," ucap opsir Zack tegas.
Tuan Hendriq yang merasa lebih berkuasa menganga ingin menjawab perkataan opsir Zack, tetapi opsir Zack segera mengangkat satu tangannya penuh dengan peringatan bahwa ia masih ingin melanjutkan bicara tanpa ingin disela.
"Silakan Anda kembali! Jika Anda terus bersikeras bernegosiasi maka bukan hanya adik Anda yang saya masukkan ke dalam sel tahanan. Saya pun bisa menangkap Anda sekarang juga dengan tuduhan menyuap seorang opsir kepolisian. Tentu saja dengan reputasi Anda yang cemerlang dan tanpa cacat itu akan tercela disebabkan Anda dengan mudah tertangkap oleh seorang opsir bawahan seperti saya."
Tuan Hendriq menggertakkan gigi, menahan marah. Dengan tangan terkepal ia mencoba menahan emosi yang hampir meledak.
"Kau akan menyesal, Opsir Zack," ucapnya dengan sorot mata berkilat tajam, mengucapkan sebuah janji yang pasti suatu saat akan ia tepati.
Stevan memasuki kamarnya setelah tragedi salah masuk kamar itu berlalu. Dilihatnya Arisa masih mengenakan handuk tengah berjinjit mengambil koper yang berada di atas lemari pakaian. Hiroyuki memang menyiapkan pakaian baru di kamar masing-masing untuk kedua mempelai sehingga mereka tidak perlu repot-repot membawa pakaian ganti.Stevan tampak gugup melihat apa yang tersaji di depan matanya. Kaki jenjang Arisa yang tanpa penutup hingga paha atas terekspose sempurna membuat Stevan meneguk ludahnya berkali-kali.Ingin sekali dirinya cepat-cepat memadu kasih dengan si pemilik tubuh itu. Pasti malam ini akan begitu istimewa mengingat ia belum pernah melakukan itu sebelumnya. Dan Stevan juga tahu jika Arisa juga belum pernah terjamah oleh lelaki mana pun."Biar kuambilkan."Suara Stevan mengagetkan Arisa yang terlalu fokus dengan koper itu. Ia tidak menyadari kehadiran Stevan sebelumnya, hingga suara lelaki itu membuatnya terlonjak terkejut.Disilangkannya
Kini kedua pasang pengantin itu sudah berdiri di depan banyak orang, menyambut para tamu yang telah menghadiri pernikahan mereka.Zack dan Nayla juga Stevan dan Arisa secara bergantian mendapatkan ucapan selamat, baik dari keluarga terdekat juga kerabat jauhnya."Zack," Suichi yang pertama kali menghampiri sebagai keluarga tertua untuk mengucapkan selamat kepada mempelai pria.Entah sejak kapan pemandangan langka itu terjadi. Zack dan Suichi saling tersenyum untuk kemudian berpelukan erat. Keduanya seperti keluarga jauh yang baru saja bertemu untuk sekian waktu lamanya.Bahkan Nayla yang berada di dekat Zack ternganga melihat hal yang tak biasa yang kini terjadi di depannya. Begitu juga dengan Arisa, Stevan dan keluarga Nayla yang lain."Selamat ya, Zack. Ingat, jangan membuat keponakanku menangis karena ulahmu. Aku bisa saja membunuhmu jika kau melakukan itu."Zack menyunggingkan senyum ketika mendengar penuturan bengis yang masih terselip
KRIIIIINGGGGAlarm berbunyi nyaring membuat kedua lelaki itu menutup telinganya dengan bantal.Semalam Zack dan Stevan harus lembur karena menangani sebuah kasus yang membuat keduanya harus tidur menjelang pagi. Stevan memegangi bantalnya kuat dan membekam telinganya untuk menghalau suara nyaring alarm itu, sementara Zack menggapai jam mungil itu untuk menghentikan deringannya yang memekakkan telinga.Alarm berhenti berbunyi, tetapi masih saja ada satu hal yang membuat tidur keduanya terganggu.Suara dering ponsel Zack yang tidak berhenti berbunyi membuat lelaki itu harus membuka matanya secara paksa. Zack menggeser layar ponselnya untuk menerima panggilan tanpa melihat siapa yang saat ini sedang meneleponnya."Halo!" Suara seraknya khas orang bangun tidur itu akhirnya terdengar di seberang sana."Zack, kau sedang apa?"Lelaki itu mengerjab beberapa saat mendengar suara yang tidak asing lagi di telinganya."Nay, ada apa kau memba
Zack menutup kedua mata Nayla menggunakan kedua telapak tangannya. Menuntun gadis itu untuk berdiri di sebuah tempat yang sebelumnya telah menjadi kejutan untuk Nayla."Kejutan!" Zack melepaskan tangannya dari mata Nayla, membuat gadis bernetra hitam itu membuka matanya, menatap sekeliling dengan apa yang telah Zack persiapkan untuknya.Zack mengajak Nayla untuk melakukan makan malam romantis di depan pantai. Tempat di mana mereka sering merajut kasih dengan banyak mimpi yang selama ini keduanya lakukan."Zack, ini sangat indah." Nayla tak bisa menyembunyikan raut kekaguman dengan apa yang telah terlihat di depan matanya.Zack menyiapkan segalanya sejak siang tadi. Acara dadakan itu telah berhasil membuat Nayla terpukau dengan kejutan manis yang Zack berikan kepadanya."Syukurlah kau menyukainya."Tangan kekar itu meraih pinggang Nayla untuk didekatkan kepadanya. Sontak lelaki itu mendapat pelototan dari mata Nayla.Zack terkekeh, men
Zack menahan lengan Nayla ketika gadis itu akan pergi."Mau ke mana?" tanyanya kemudian dengan tangan mempertahankan lengan Nayla dalam genggamannya.Gadis itu berhenti, mengurungkan niatnya yang akan pergi dari kamar Zack."Aku akan tidur di kamar atas. Kita belum menikah, 'kan?" Sedikit merah wajah Nayla ketika mengatakannya.Zack tersenyum sekaligus merasa gemas dengan sikap Nayla. Apapun yang membuat Nayla malu, dia menyukainya."Tapi ... aku ingin kau menemaniku malam ini. Boleh, 'kan?"Bertambah meronalah pipi Nayla. Zack semakin berani mengatakan hal yang mengarah ke sana."Zack, kau mau apa?" tanya Nayla kemudian, mencoba menantang Zack yang sengaja menggodanya.Zack terkekeh. Dia memang berniat untuj menggoda Nayla saja, tetapi rasa ingin melakukan sesuatu tiba-tiba menghampiri untuk ingin segera dituntaskan."Nay, sepertinya aku sudah tidak bisa menahannya lagi."Nayla menautkan kedua alisnya, gugup mend
Nayla mendorong kursi roda dengan Zack duduk di atasnya. Kedua insan manusia itu tak bisa melepaskan senyum di bibirnya yang sejak tadi bertengger tanpa jeda.Sesekali Zack menatap ke atas, bertabrakan pandang dengan Nayla lalu saling melempar senyum.Arisa menunggu di depan lobby bersama Stevan. Gadis itu menyiapkan perlengkapan Zack yang kini masih menggunakan kursi roda.Stevan membukakan pintu mobil itu, membantu Zack untuk berpindah tempat dari kursi roda ke kursi mobil. Zack masih terlalu lemah untuk sekedar berjalan ataupun berdiri sendiri.Terhitung tiga minggu sejak dirinya tersadar dari koma, Zack akhirnya memutuskan pulang dengan Nayla yang bertanggung jawab untuk merawatnya.Zack sudah berada di dalam mobil, sementara Nayla berputar untuk mengambil duduk di samping Zack dengan masuk melewati pintu bagian lain.Kursi roda sudah diletakkan di bagasi mobil bersamaan barang-barang Zack yang tertinggal."Hai, lihatlah! Apakah k
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments