Share

Episode 3: Tak Salah Mencoba, Walau Mencoba Selalu Salah.

Episode 3: Tak Salah Mencoba, Walau Mencoba Selalu Salah.

Kurang lebih 35 menit mereka berkutat pada kombat yang tanpa hasil. Yang dengan kata lain pertarungan mereka tidak berkembang sama sekali. Orang tua kedua anak kembar itu bahkan belum sekalipun melakukan serangan, konsisten pada gerakan defensifnya.

Eriel melakukan salto dengan kaki yang terlimbur Aura. Berputar, sedang tumit kaki kanannya mengarah menuju ubun-ubun mamanya. 'Wush'.

Responsif dari sang mama tampak bagus. Itu terlihat dari bagaimana dirinya beringsut pesat ke belakang hingga tendangan putrinya hanya berkelebat begitu saja di depannya.

Tapi tidak usai di sana saja. Beberapa saat kemudian, Kael yang bersiaga di sisi kiri mamanya ikut melakukan serangan.

'Poufh' 'Poufh' 'Poufh' 'Poufh'. Tertembaklah Bola-Bola Aura Cahaya seukuran bola tenis dari dua tangan Kael, tepat mencecar mamanya.

Akan tetapi, lagi-lagi kehebatan sang mama memang tidak main-main. Dalam jarak yang dekat seperti itu, hanya dengan satu gerakan luwes dari tangan kiri Aura-nya (tangan yang dikibas secara teratur demi menepis setiap Bola-Bola Aura) dirinya mampu mengantisipasi serangan yang ada.

Kael tidak terlalu heran. Daya destruktif Aura-nya masih berada pada kisaran 45%, dan daya destruktif Aura sang mama sudah 85%. Jadi wajar saja kalau Bola-Bola Aura-nya dimusnahkan secara mudah.

Namun demikian, Eriel juga tidak mau kehilangan momentum terbaiknya. Di jarak yang dekat dengan mamanya, buru-buru ia lakukan lagi gaya ofensif jarak dekat.

Dua tangan Aura-nya bergerak cekatan, melakukan tinjuan-tinjuan menuju tenggorokan mamanya.

Dan secara menakjubkan tangan kanan sang mama refleks bergerak pesat, juga begitu mahir menangkis setiap puluhan tinjuan putrinya.

Kael bahkan tidak berhenti dari metode serangan jarak jauhnya; menembakkan Bola-Bola Aura Cahaya.

'Puaf' 'Puaf' 'Puaf'. Tentunya, setiap Bola Aura lelaki muda itu pecah lewat kibasan tangan Aura sang mama.

Ketegangan merebak di sekitar begitu tangan kanan Mama-nya menangkis segala pukulan Aura putrinya, sedang tangan kirinya menepis seluruh Bola-Bola Aura putranya. Dan pada saat yang sama menampilkan bagaimana kehebatan jenderal muda ini dalam mengantisipasi serangan bertubi-tubi kedua Pewaris-Aura cahaya.

Biarpun tak terpungkiri, kombat yang terjadi membuat wanita bersetelan necis ini harus mundur. Menjauh sedikit demi sedikit, menghindari kemungkinan buruk yang rentan terjadi.

Lagi pula intensitas dan akselerasi serangan Eriel tidak begitu merepotkan Mama-nya. Pun tembakan Bola Aura Kael terbilang lemah. Yang ada malah menjadikan sebuah momen akrobatik dan seolah-olah sengaja dipertontonkan orang tua Kael dan Eriel.

Lima menit lebih gaya pertarungan itu berlangsung, sekaligus lima meter lebih sang mama telah mundur dari posisi awal.

Tampak memanjakan pandangan mata memang, andai kata ini adalah kompetisi Aura, penonton bisa saja terbengong cengang. Tetapi sang mama bosan. Bukan ini yang diekspektasikannya.

Oleh sebab itu, secara elegan—pada akhirnya—ia mulai berani melakukan sebuah serangan.

Wanita bermata krem itu mendadak meliputi kaki kanannya dengan Aura Merah darah, dan melayangkan cepat kaki kanannya menuju perut putrinya.

Tanpa hitungan detik, sasarannya tercapai. Terpentallah Eriel lima meter ke belakang lalu terkapar di rerumputan dengan Aura Cahaya-nya yang instan padam. Memegang perutnya yang dilanda nyeri.

Kael tak punya pilihan. Mamanya mulai mengkonter serangannya dengan Bola-Bola Aura semerah darah.

'Poufh-Poufh' 'Poufh-Poufh' 'Poufh-Poufh'. Kecepatan tembakan Bola Aura mamanya dua kali lebih pesat daripada Kael.

Daya destruktif Aura mamanya jelas berada jauh di atas Kael. Karenanya, usaha yang ia lakukan dalam mengadu Bola-Bola Aura-nya dengan Bola Aura Mama-nya adalah kesia-siaan belaka.

Pecah setiap Bola Aura Cahaya oleh puluhan bola Aura semerah darah. Yang mana, belasan Bola-Bola Aura sang Mama tak pudar, terus menerjang menuju target; Kael De Atria.

Tak kuasa Kael membendungnya, untuk menghindar saja sudah muskil baginya. Instingtifnya kalah cepat oleh kecepatan Bola-Bola Aura orang tuanya.

Lelaki berambut hitam gondrong itu terpaksa tersekat dengan daksa yang diberondongi Bola-Bola Aura berdaya 40%—daya destruktif Aura Merah darah telah berkurang karena sebelumnya beradu dengan Bola Aura kepunyaan Kael.

Kendatipun daya destruktif Aura orang tuanya sudah tergerus, lelaki beriris berlian itu bergigit tidak terhindar dari rasa sakit. Melangkah mundur lantaran efek dorong dari Bola Aura lawannya.

Kael memegang dadanya. Sirna Aura Cahaya dari anggota tubuhnya. Menatap dingin pada sang Mama seraya agak membungkuk.

Eriel juga bergegas bangkit dari terbaring. Berdiri lagi begitu siap. Aura Cahaya telah kembali terpancar di kedua tangannya.

Sebab itulah, ada jeda pertarungan dari putra putri sang jenderal di sana. Jeda yang cukup lama sampai-sampai suara naik-turunnya napas kedengaran kalau cermat.

“Teknik ofensif kalian monoton! Tak ada seninya!” tegur sang Mama keras-keras. “Kalian ini adik-kakak, mestinya kekompakan minimal ditampilkan seandainya cara pertarungan kalian payah! Dan pertarungan kalian payah!”

“Sekarang, mama perkenankan kalian menggunakan Aura kapabilitas!”

Tapi tiba-tiba Eriel menoleh pada Kael, seakan menunjukkan ada yang salah pada saudaranya.

“Kurasa kakak belum mampu merealisasikan kapabilitas Aura-nya sendiri.”

Apa yang Eriel katakan tidaklah keliru. Kael belum sehebat adiknya. Dimana Eriel pada kelas 4 akademi Aura sudah kuasa merealisasikan kapabilitas Aura Cahaya; teleportasi.

Lagi-lagi Kael terbisu. Tak sedikit pun berkomentar. Raut muka kantuknya saja kembali tedas terpampang.

“Mama tidak peduli, selama kalian belum sanggup membuat mama jatuh ... kalian belum mama izinkan untuk keluar dari area kediaman kita. Paham!?”

Bukanlah sekadar ancaman yang wanita bermata krem itu cetuskan, melainkan juga termasuk caranya mendidik putra putrinya yang spesial.

Eriel perempuan yang malas untuk menyerah. Lebih-lebih sesi kombat semacam ini merupakan favoritnya.

“Oke mama! Kali ini tidak akan buat mama kecewa!”

Perempuan itu tentu dengan senang hati menyepakati keinginan mamanya. Hanya Kael yang menguap. Tampak mengantuk dan malas.

Pelatihan di siang hari ini berlanjut kembali. Dengan aturan yang lebih meringankan Eriel.

'Swosh', sekujur badan wanita berambut hijau sebahu itu terliputi Aura merah darahnya. Dua kali lebih serius ketimbang sesi pertama latihan.

“Serang mama selayaknya musuh kalian!”

Eriel berlari cepat menuju mamanya. Tersenyum dengan bergigit gemas.

Sang Mama terkesiap menyambut kapabilitas putrinya yang sukar dikalahkan—walau dirinya sendiri mampu menggunakan kapabilitas Aura Merah-nya.

Lewat cara yang mengagumkan kala jarak di antara Eriel dan orang tuanya menyisakan satu meteran. Kapabilitas Aura Cahaya yang dimiliki Eriel diaktifkan.

Tinjuan tangan Aura sang mama sesungguhnya menerjang cepat menuju wajah putrinya. Akan tetapi, 'Whup', sebelum waktu mencapai satu detik, Eriel melesap menjadi kilauan cahaya. Membikin tinjuan Mama-nya mendarat pada ketiadaan.

Dan 'Wush', anak perempuan itu sukses berteleportasi. Yang sekarang berdiri tepat di belakang Mama-nya. Dengan kenyataan bahwa tangan kanan Aura-nya melayangkan tinjuan menuju punggung orang tuanya.

Perkara tersebut terlampau cepat, yang seyogianya tak kuasa dihindari. Namun faktanya, jenderal berambut hijau ini bisa mengelak secepat yang dibutuhkannya.

Bukan karena ia punya daya responsif tinggi (kecil persentase ia memanfaatkan responsifnya), apa lagi taktik teleportasi semacam tadi yang rasanya muskil kalau itu dielakan. Tepatnya, sang mama sudah memprediksi dan mengestimasi segala taktik putrinya. Baginya, taktik Eriel masih monoton.

Ia berputar ke samping kanan putrinya seraya melayangkan lagi tinjuan Aura.

Dan begitulah, 'Whup', Eriel De Atria lenyap dari sana. Tinjuan Mama-nya menerjang ketiadaan lagi. Eriel sudah berteleportasi pada sisi kiri sang mama.

Pertarungan berlanjut. Orang tua Eriel juga terlalu cekatan. Setiap kali Eriel meninju, wanita berambut hijau itu berputar dan mengelak.

Demikian pula Eriel, selalu berteleportasi manakala Mama-nya melesatkan pukulan atau tendangan. Oleh karenanya, duel yang berkontinuitas kini berlangsung pesat nan mendebarkan.

Sang mama meninju, Eriel berteleportasi. Pun sebaliknya, Eriel meninju, lalu orang tuanya berputar menghindar. Terus dan terus demikian.

Di lain sisi, Kael berdiri bersedekap menyilang tangan. Alih-alih menyerang, dirinya kerasan menonton duel adik dan Mama-nya. Itu terlihat menghibur baginya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status