Beranda / Pendekar / Sistem Aura (Infinity) / Episode 3: Tak Salah Mencoba, Walau Selalu Salah Dalam Mencoba.

Share

Episode 3: Tak Salah Mencoba, Walau Selalu Salah Dalam Mencoba.

Penulis: Radif
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-16 18:11:40

Episode 3: Tak Salah Mencoba, Walau Selalu Salah Dalam Mencoba.

Tiga puluh lima menit sekurang-kurangnya mereka berkutat dalam adu kombat tanpa hasil. Dengan kata lain, pertarungan mereka tidak berkembang sama sekali. Orang tua kedua anak kembar itu bahkan belum sekalipun melakukan serangan, konsisten pada tindakan defensifnya.

Eriel melakukan salto dengan kaki yang terlimbur Aura. Berputar, sedang tumit kaki kanannya mengarah menuju ubun-ubun mamanya. 'Wush'.

Responsif dari sang mama tampak bagus. Itu terlihat dari bagaimana dirinya beringsut pesat ke belakang hingga tendangan putrinya hanya berkelebat begitu saja di depannya. Tapi, tidak usai di sana saja. Beberapa saat kemudian, Kael yang bersiaga di sisi kiri mamanya ikut melakukan serangan.

'Poufh' 'Poufh' 'Poufh' 'Poufh'. Tertembaklah Bola-Bola Aura Cahaya seukuran bola tenis dari dua tangan Kael, tepat mencecar mamanya.

Akan tetapi, lagi-lagi kehebatan sang mama memang tidak main-main. Dalam jarak yang sedekat itu, dengan hanya satu gerakan luwes dari tangan kiri Aura-nya (tangan yang dikibas secara teratur demi menepis setiap Bola-Bola Aura) dirinya mampu mengantisipasi serangan yang ada.

Kael tidak terlalu heran. Daya destruktif Aura-nya masih berkisar pada 45%, sedang daya destruktif Aura sang mama sudah 85%. Jadi wajar kalau Bola-Bola Aura-nya dimusnahkan secara mudah.

Namun demikian, Eriel juga tidak mau kehilangan momentum terbaiknya. Di jarak yang dekat dengan mamanya, buru-buru ia lakukan lagi gaya ofensif jarak dekat.

Dua tangan Aura-nya bergerak cekatan, melakukan tinjuan-tinjuan menuju tenggorokan mamanya. Meski secara menakjubkan tangan kanan sang mama refleks bergerak pesat, juga begitu mahir menangkis setiap puluhan tinjuan putrinya.

Kael bahkan tidak berhenti dari metode serangan jarak jauhnya; menembakkan Bola-Bola Aura Cahaya.

'Puaf' 'Puaf' 'Puaf'. Tentunya, setiap Bola Aura lelaki muda itu pecah lewat kibasan tangan Aura sang mama.

Ketegangan merebak intens begitu tangan kanan Mama-nya menangkis segala pukulan Aura putrinya, sedang tangan kirinya menepis seluruh Bola-Bola Aura putranya. Dan pada saat yang sama menampilkan bagaimana kehebatan jenderal muda ini dalam mengantisipasi serangan bertubi-tubi kedua Pewaris-Aura Cahaya.

Biarpun tak terpungkiri, kombat yang terjadi membuat wanita bersetelan necis ini harus mundur. Menjauh sedikit demi sedikit, menghindari kemungkinan buruk yang rentan terjadi.

Lagi pula intensitas dan akselerasi serangan Eriel tidak begitu merepotkan Mama-nya. Pun tembakan Bola Aura Kael terbilang lemah. Yang ada malah menampilkan sebuah momen akrobatik dan seolah-olah sengaja dipertontonkan orang tua Kael dan Eriel.

Lima menit lebih gaya pertarungan itu berlangsung, sekaligus lima meter lebih sang mama telah mundur dari posisi semula.

Tampak memanjakan pandangan mata memang, andai kata ini adalah kompetisi Aura, penonton bisa saja terbengong cengang. Tetapi, sang mama bosan. Bukan ini yang diekspektasikannya.

Oleh sebab itu, secara elegan—pada akhirnya—ia mulai berani melakukan sebuah serangan.

Wanita bermata krem itu mendadak meliputi kaki kanannya dengan Aura Merah darah serta melayangkan cepat kaki kanannya menuju perut putrinya.

Tanpa hitungan detik, sasarannya tercapai. Terpentallah Eriel lima meter ke belakang lalu terkapar di rerumputan dengan Aura Cahaya-nya yang instan padam. Memegang perutnya yang dilanda nyeri.

Kael tak punya pilihan. Mamanya mulai mengkonter serangannya dengan Bola-Bola Aura semerah darah.

'Poufh-Poufh' 'Poufh-Poufh' 'Poufh-Poufh'. Kecepatan tembakan Bola Aura mamanya dua kali lebih pesat daripada yang Kael lakukan.

Daya destruktif Aura mamanya jelas berada jauh di atas Kael. Karenanya, usaha yang ia lakukan dalam mengadu Bola-Bola Aura-nya dengan Bola Aura Mama-nya adalah kesia-siaan belaka.

Pecah setiap Bola Aura Cahaya oleh puluhan Bola Aura semerah darah. Yang mana, belasan Bola-Bola Aura sang Mama tak lenyap, terus menerjang menuju target; Kael De Atria.

Tak kuasa Kael membendungnya, untuk menghindar saja sudah muskil baginya. Instingtifnya kalah cepat oleh kecepatan Bola-Bola Aura orang tuanya.

Lelaki berambut hitam gondrong itu terpaksa tersekat dengan daksa yang diberondongi Bola-Bola Aura berdaya 40%—daya destruktif Aura Merah darah telah berkurang karena sebelumnya beradu dengan Bola Aura kepunyaan Kael.

Kendatipun daya destruktif Aura orang tuanya sudah tergerus, lelaki beriris berlian itu bergigit tidak terhindar dari rasa sakit. Melangkah mundur lantaran efek dorong dari Bola Aura lawannya.

Kael memegang dadanya. Sirna Aura Cahaya dari anggota tubuhnya. Menatap dingin pada sang Mama seraya agak membungkuk.

Eriel juga bergegas bangkit dari terbaring. Berdiri lagi begitu siap. Aura Cahaya telah kembali terpancar di kedua tangannya.

Sebab itulah, ada jeda pertarungan dari putra putri sang jenderal di sana. Jeda yang cukup lama sampai-sampai suara naik-turunnya napas kedengaran kalau cermat.

“Teknik ofensif kalian monoton! Tak ada seninya!” tegur sang Mama keras-keras. “Kalian ini adik-kakak, mestinya kekompakan minimal ditampilkan seandainya cara pertarungan kalian payah! Dan pertarungan kalian payah!”

“Sekarang, mama perkenankan kalian menggunakan Aura Kapabilitas!”

Tapi tiba-tiba Eriel menoleh pada Kael, seakan menunjukkan ada yang salah pada saudaranya.

“Kurasa kakak belum mampu merealisasikan kapabilitas Aura-nya sendiri.”

Apa yang Eriel katakan tidaklah keliru. Kael belum sehebat adiknya. Di mana Eriel pada kelas 4 akademi Aura sudah kuasa merealisasikan kapabilitas Aura Cahaya; teleportasi.

Lagi-lagi Kael terbisu. Tak sedikit pun berkomentar. Raut muka kantuknya saja kembali tedas terpampang.

“Mama tidak peduli, selama kalian belum sanggup membuat mama jatuh ... kalian belum mama izinkan untuk keluar dari area kediaman kita. Paham!?”

Bukanlah sekadar ancaman yang wanita bermata krem itu cetuskan, melainkan juga termasuk caranya mendidik putra putrinya yang spesial.

Eriel perempuan yang malas untuk menyerah. Lebih-lebih sesi kombat semacam ini merupakan favoritnya.

“Oke mama! Kali ini tidak akan buat mama kecewa!”

Perempuan itu tentu dengan senang hati menyepakati keinginan mamanya. Hanya Kael yang menguap. Tampak mengantuk dan malas.

Pelatihan di siang hari ini berlanjut kembali. Dengan aturan yang lebih meringankan Eriel.

'Swosh', sekujur badan wanita berambut hijau sebahu itu terliputi Aura Merah darahnya. Dua kali lebih serius ketimbang sesi pertama latihan.

“Serang mama selayaknya harimau yang berupaya mempertahankan daerah teritorialnya!”

Eriel berlari cepat menuju mamanya. Tersenyum dengan bergigit gemas.

Sang Mama terkesiap menyambut kapabilitas putrinya yang sukar dikalahkan—walau dirinya sendiri mampu menggunakan kapabilitas Aura Merah-nya.

Lewat cara yang mengagumkan kala jarak di antara Eriel dan orang tuanya menyisakan satu meteran. Kapabilitas Aura Cahaya yang dimiliki Eriel diaktifkan.

Tinjuan tangan Aura sang mama sesungguhnya menerjang cepat menuju wajah putrinya. Akan tetapi, 'Whup', sebelum waktu mencapai satu detik, Eriel melesap menjadi kilauan cahaya. Membikin tinjuan Mama-nya mendarat pada ketiadaan.

Dan 'Wush', anak perempuan itu sukses berteleportasi. Yang sekarang berdiri tepat di belakang Mama-nya. Dengan kenyataan bahwa tangan kanan Aura-nya melayangkan tinjuan menuju punggung orang tuanya.

Perkara tersebut terlampau cepat, yang seyogianya tak kuasa dihindari. Namun anehnya, jenderal berambut hijau ini bisa mengelak secepat yang dibutuhkannya.

Bukan karena ia punya daya responsif tinggi (kecil persentase ia memanfaatkan responsifnya), apa lagi taktik teleportasi semacam tadi yang rasanya muskil kalau itu dielakan. Tepatnya, sang mama sudah memprediksi dan mengestimasi segala taktik putrinya. Baginya, taktik Eriel masih monoton.

Ia berputar ke samping kanan putrinya seraya melayangkan lagi tinjuan Aura.

Dan begitulah, 'Whup', Eriel De Atria lenyap dari sana. Tinjuan Mama-nya menerjang ketiadaan lagi. Eriel sudah berteleportasi pada sisi kiri sang mama.

Pertarungan berlanjut. Orang tua Eriel juga terlalu cekatan. Setiap kali Eriel meninju, wanita berambut hijau itu berputar dan mengelak.

Demikian pula Eriel, selalu berteleportasi manakala Mama-nya melesatkan pukulan atau tendangan. Oleh karenanya, duel yang berkontinuitas kini berlangsung pesat nan mendebarkan.

Sang mama meninju, Eriel berteleportasi. Pun sebaliknya, Eriel meninju, lalu orang tuanya berputar menghindar. Terus dan terus demikian.

Di lain sisi, Kael berdiri bersedekap menyilang tangan. Alih-alih menyerang, dirinya kerasan menonton duel anak dan mamanya. Itu terlihat menghibur baginya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 399: Waktu Yang Tepat Adalah Ketika Sudah Siap.

    Sementara itu ....“... kami selalu siap dalam mendukung penuh tatanan dunia Aura baru besutan bangsa Utara-Daya. Demi dunia Aura yang lebih baik dan maju bangsa Selatan-Putih pasti di barisan bangsa Utara-Daya!”Kira-kira begitulah penggalan pidato yang disampaikan oleh Presiden Haven atas kunjungannya di negara Utara-Daya dalam rangka kunjungan kenegaraan dan hubungan bilateral, yang sekaligus merupakan berita teratas menyaingi peristiwa lain di negeri bersalju ini. Beliau memperjelas posisi negerinya yang siap mematuhi rancangan cara main Utara-Daya dan senantiasa siap pula diperangi jika sewaktu-waktu dia beserta bangsanya mendurhakainya.Dan, tidak kalah gemparnya ialah progres gerakan reformasi ekosistem dunia Aura di bangsa Timur-Utama kalau itu telah sampai pada pagelaran acara paling fenomenal yang hendak melangsungkan pertarungan antara Eriel De Atria melawan Presiden Orian La Belatrix. Maka sehubungan dengan itu, buku Eriel beserta agendanya sendiri sudah menyelusup ke desa

  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 398: Selama Para Elite Terpuaskan, Rakyat Jelata Boleh Hidup Damai.

    Saat langit tak lagi cerah ....Dan, sinar mentari diselundupkan awan-awan warna perunggu ....Juga ketika para nelayan hanya bekerja untuk mencari kerang-kerang salju dan makhluk-makhluk ajaib sebagai konsumsi di musim yang paling dingin ini ....'BOOMMM' ....Ledakan pecah di atas air, di laut Maram. 'BOOMMM' ....Ledakan lainnya pecah di sisi lain, di atas lautan yang dalam. Ada kapal lain tidak jauh dari lokasi. Ada aktivitas tidak normal di sana. Pun ada teriakan yang kesannya tidak menghibur.Sebuah kapal hancur. Barang-barangnya ikut terhanyut. Tenggelam. Hilang. Ada orang yang tampak berenang buru-buru seraya memanfaatkan ilmu Aura-nya, tapi itu dengan getaran yang mencekam. Ada pula orang yang sangat waspada seolah lautan hendak melahapnya mentah-mentah. Pun ada juga kapal perang yang berlayar seakan tidak sabar menghancurkan semua musuhnya. Sepertinya, ada tragedi yang bukan kali pertama terjadi.Oleh karena itu, dilaporkanlah lagi kepada pemimpin tertinggi desa Aswad Niraj

  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 397: Bahkan Hari Yang Cerah Pun Berlalu Juga.

    Telah diperingatkannya Eriel untuk tidak mengunjungi bangsa Timur-Laut yang sangat berbahaya menyebabkan yang bersangkutan dan rombongannya mengirimkan surat pada Presiden Algol La Nashir. Surat yang berisikan topik perdamaian dan kerja sama pada pihak Presiden Algol, termasuk mewanti-wanti akan adanya operasi intelijen untuk menyingkirkannya dari panggung dunia buat selama-lamanya, bahkan mengirimkan cakram-data berisi video detik-detik kematian Presiden pertama bangsa Selatan-Putih (Azael De Canopus) yang dihakimi rakyatnya sendiri sebagai cerminan sekaligus 'tanda-tanda'—walau cenderung seperti serangan mental—teruntuk Presiden Algol yang akan bernasib sama jika nekat melawan pemimpin dunia Aura dizaman ini. Andai kata taktik diplomasi Pangeran Nein gagal, maka Eriel yang akan masuk. Bersaing langsung dengan kaum Kardemonian dan kaum Timur-Utama. Sementara mengetahui rencana operasi Pembebasan Oxydia yang direncanakan jajaran Pangeran Nein, Eriel sebetulnya ikut serta dalam opera

  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 396: Pekerjaan Itu Banyak, Tapi Upahnya Hanya Cukup Beli Sebiji Permen.

    Hanya boleh ada satu 'jenderal' di dunia ini. Hanya ada satu penguasa pasar dunia. Hanya ada satu matahari. Satu raja—terlepas dari sejarah tata kelola dunia Aura yang pernah hadir satu hingga tiga kerajaan yang dipimpin oleh dua raja sekaligus atau disebut 'dwikuasa'.Kokoh berdaulat. Begitulah kaum Timur-Laut persisten melestarikan kebijakan isolasionismenya dan pada saat yang sama hidup dalam tekanan embargo internasional. Bahkan tidak mengindahkan banyaknya kecaman global atau isu miring yang menyudutkan mereka. Masih meyakini kebanyakan bantuan yang disodorkan kaum Utara sebatas kedok menguasai semata. Sebagaimana peternak ayam yang rutin dan konsisten dalam merawat ayam-ayamnya, difasilitasi makanan, minuman, kesehatan, tempat tinggal, dengan maksud dan tujuan supaya dikemudian hari ayam-ayam itu dapat disantapnya, dipermainkannya atau diperdagangkannya, maka akan sangat keliru kalau-kalau sang peternak dengan naifnya akan menyerahkan kebebasan apalagi memperkenankan ayam-ayamny

  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 395: Mengubah Sistem, Mengubah Kebiasaan.

    “... AYYOOO ERRRIIIEEELLLLLL ...!”'Wush'.Lesatan demi lesatan gelembung cairan menerjang di udara. Termuntah memberondongi seorang cewek berambut hijau. Tepat di atas arena stadion Rouran Kota La'Tanta, provinsi La-Fartan. 'BOOMMM'.Ledakan cahaya pecah yang berdampak pada kehancuran seekor binatang ajaib yang barusan memuntahkan gelembung cairan beracun.'BOOMMM'.Ledakan cahaya lainnya pecah dan kesekian kalinya menghancurkan binatang ajaib yang tersisa. Hewan-hewan ajaib yang dikhususkan untuk pementasan ilmu Aura kali ini dan yang setipenya telah dibereskan oleh sang Ouran Cahaya. Selain itu membuktikan kepiawaian dirinya yang dibawah batasan, sekarang Eriel De Atria mendominasi pertarungan.Lawannya adalah Penyihir-Warna. Alina La Adhara. Figur cewek 35 tahunan berbusana jubah agak rumit dengan rambut hitam keriting yang terselubung topi pesulap warna merah muda. Spesialis 'Slime' atau lilin. Menguasai tongkat sihir-Paladium. Artinya, mayoritas ilmu sihirnya terfokus pada sli

  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 394: Selama Mesin Kemiliteran Diproduksi, Selamanya Perang Dibutuhkan.

    Sebagaimana yang diketahui, dunia Aura kembali diramaikan akan ketegangan bangsa Utara-Daya dan Oxydia. Korban perang kembali bertambah antara masyarakat sipil dan tentara revolusi Oxtara. Belum lagi surat perjanjian perdamaian dan kesepakatan yang bangsa Utara-Daya kirim kepada pihak Oxtara telah ditolak dengan cara yang mendiskreditkan kaum Utara. Tiga kali sudah itu ditolak dan direndahkan. Bahkan kelompok Oxtara memberi ancaman yang berbahaya bagi kestabilan dunia Aura. Mereka telah membuat konflik kian meluas. Sebab itulah, Pangeran Nein telah mengajak seluruh masyarakat dunia Aura, terkhusus penduduk sipil bangsa Oxydia guna mendukungnya dalam menyelamatkan kedaulatan bangsa Oxydia dari kekejaman petinggi partai Oxtara.Pangeran Nein telah mengangkatnya ke Mahkamah Internasional PDO sebagai kejahatan kemanusiaan dan kejahatan perang yang sepatutnya segera ditindaklanjuti. Pemerintah pusat bangsa Oxydia didesak oleh Yang Mulia Yang Mengetahui Segalanya Raja Neziah Al-Manamah atas

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status