Se connecterEric gelisah.
‘Aku tak mau mati dulu sebelum menyelamatkan adikku…’ Eric bergumam dalam hati sembari berjuang keras untuk tetap terjaga sebab ia khawatir jika ia pingsan ia akan terbangun di alam baka.
[Ding!]
[System telah mendeteksi kehidupan host selalu berada di luar jangkauan keberuntungan!]
“Suara siapa itu?” gumam Eric semakin kebingungan.
[Ini adalah suara System. System menemukan Host menderita kesialan sepanjang hidup dan membutuhkan sentuhan Keberuntungan untuk menikmati dunia! System memilih Host untuk meraih keberuntungan-keberuntungan besar!]
Eric menelan ludah. “Apakah maksudmu… Apakah ini sama seperti,,, aku telah mendapatkan mukjizat yang akan mengubah hidupku?”
[Ya! Itu benar. Saat ini System mendeteksi tubuh Host sangat lemah dan hampir sekarat. Apakah Host ingin menggunakan fitur healing untuk menyembuhkan tubuh Host?]
Eric menelan ludah lagi, mencoba keberuntungannya, Eric menganggukkan kepala seraya bergumam, “ya, aku ingin mencoba fitur itu. Tolong sembuhkan luka-lukaku.”
[Sayangnya fitur Healing belum terbuka pada level ini]
Eric terbatuk dan ingin mengumpat kasar.
“Lalu apa maksudmu memberiku penawaran itu?”
[Ada biaya $100,000 yang dikenakan untuk membuka fitur healing sementara. System bisa meminjamkan dana dari Bank System jika Host berkenan]
“Beri aku pinjaman. Buka fitur healing, sembuhkan luka-lukaku…”
[Peminjaman diproses. $100,000 telah berhasil digunakan untuk membuka fitur healing sementara. Healing akan segera dimulai]
Eric tak mau berharap banyak. Lebih tepatnya, ia menganggap mungkin saja suara-suara itu hanyalah halusinasi yang umum terjadi kepada orang-orang sekarat yang menuju kematian.
“Sensasi apa ini?”
Eric tersentak kaget saat ada hawa panas menyeruak masuk menyelinap ke dalam tulang-tulang rusuknya. Sensasi hangat terasa menyebar ke seluruh pembuluh darahnya. Beberapa tulangnya yang patah kini terasa tersambung kembali. Lebam-lebam di tubuhnya mengempis, luka-luka menganga di sekujur wajahnya perlahan-lahan menutup dengan sempurna.
[Proses healing selesai. Host telah berada dalam keadaan sehat sepenuhnya]
“Luar biasa!” Eric bahkan bangkit berdiri dengan cukup mudah. Ia memukul-mukul pipinya beberapa kali dan memastikan ia tak sedang berhalusinasi.
[Sebagai hadiah awal, Host bisa memilih hadiah yang ditawarkan System. Ada kotak A dan kotak B, mana yang akan Host pilih sebagai hadiah?]
Eric termenung sesaat setelah ia mendengar suara yang mendengung di kepalanya. Mencoba keberuntungannya lagi, Eric menjawab, “bagaimana jika aku menginginkan kotak A dan B sekaligus?”
[Pilihan yang bijak!]
[Tentu saja. Host berhasil mengklaim kotak A dan Kotak B. Kotak A berisi saldo sebesar $1,000,000,000 yang telah dikirimkan ke rekening Host. Kotak B berisi misi dengan hadiah berupa Fragment Keberuntungan]
“$1,000,000,000 dan Fragment Keberuntungan?!” degup jantung Eric berpacu cepat, ia merasakan kehidupannya kini tampak jauh lebih menyenangkan dan menantang. “Ngomong-ngomong, bagaimana jika aku gagal menjalankan misi yang kau berikan?”
[Misi yang berasal dari Kotak Hadiah bisa ditolak tanpa ada hukuman atau penalty jika gagal. Jika Host berhasil menjalankan misi, Host akan menerima hadiah Fragment Keberuntungan]
Mata Eric berbinar semangat.
“Apa misi yang harus kulakukan?”
[Misi untuk Host adalah memberi hukuman setimpal kepada orang yang telah mencelakai Host hari ini]
Eric tersenyum tipis. Bahkan tanpa diberi misi sekali pun, Eric juga berencana untuk menghajar Jim sekaligus menyelamatkan Elise White.
Bukankah saat ini keberuntungan sudah ada di tangannya?
***
Sementara itu di rumah bordil milik Jim dan Peyton, Elise sedang dipaksa untuk mengenakan lingerie seksi berwarna merah. Malam nanti akan ada nude party di klub malam yang berada di area bordil milik Jim.
“Saat tamu-tamu penting sudah datang, kau harus menari dengan gerakan erotis sembari melepas seluruh benang yang menempel di tubuhmu, mengerti?” ancam Peyton kepada Elise selagi ia mendandani Elise agar tampak lebih dewasa dari umurnya.
Bibir Elise bergetar, ia ingin mengiyakan permintaan bibinya tetapi hal itu sungguh melukai harga dirinya.
Di saat yang sama, Jim perlahan-lahan mendekati Elise lalu meraih dagu gadis itu dan mendekatkan telinga Elise ke bibir Jim.
“Jika aku melihat gerakanmu kurang erotis, aku bisa membuatmu menggeliat dan mengerang di atas panggung, Baby…” bisik Jim ke telinga Elise, membuat Elise merinding ketakutan.
“Ya. Jim sering melakukannya. Ia membantu mengeluarkan insting-insting liar para member baru. Ha ha, itu akan menjadi sangat menarik, Elise.” Peyton menimpali, tak merasa sama sekali terganggu dengan rencana suaminya yang akan mengeksploitasi tubuh gadis lain di muka umum.
Bagi Peyton dan Jim, pernikahan mereka hanyalah formalitas. Yang lebih utama dari pada pernikahan adalah uang. Itulah mengapa, dulu mereka juga dengan tanpa ragu merampas warisan peninggalan mendiang ibu Eric, membuat Eric dan Elise menjadi miskin sementara harta mereka dikuasai oleh paman dan bibi mereka.
“Paman, Bibi, bisakah kita menunda party nanti malam? Aku sedang kurang enak badan dan butuh sedikit waktu untuk istirahat. Aku akan menjalankan tugasku dengan baik setelah aku sembuh,” ucap Elise sedikit memelas karena memang ia sedang tak begitu sehat baik fisik maupun mental.
Jim dan Peyton tertawa bersama-sama.
“Ha ha, mengapa kau berpikir kami akan peduli pada kesehatanmu?” Peyton memberi tamparan kecil ke pipi Elise. “Sadarlah, kau sedang berada di rumah bordil! Di sini, semua pelacur tak pernah sakit! Ehm, lebih tepatnya: memang tak boleh sakit!”
Seketika Elise merasa langit seolah runtuh menghantam punggungnya. Ia tertunduk, pipinya mulai basah, tapi berusaha agar tidak ada isakan yang terdengar.
“Jangan cengeng! Riasanmu bisa rusak!” bentak Peyton. Ia mengambil lingerie merah yang tergeletak di samping Elise, melemparkannya ke wajah gadis itu. “Cepat ganti bajumu! Ingatlah kakakmu yang akan mati jika kamu tidak bekerja.” Peyton mencengkeram rahang Elise. Ia mendesis, “Apa kamu ingin Jim menghajar Eric lagi karena kamu membangkang?”
Elise buru-buru menggeleng. Sampai sekarang ia masih mencemaskan keadaan Eric yang tadi dipukuli. Jika harus mendapat pukulan lagi, ia khawatir Eric akan kehilangan nyawa, bukan karena kanker otak, melainkan karena kekejaman sang paman.
“Kalau begitu berhenti membuatku kesal!”
“B-baik, Bibi.”
“Anak pintar!” Peyton mengelus rambut Elise dengan senyum seringai menyeramkan.
Ketika Elise beranjak untuk berganti baju, Jim yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya berteriak kegirangan.
“Ada apa?” sergap Peyton.
“Elise, letakkan kembali lingerie itu. Sekarang juga ambil kopermu dan pilih gaun terbaik!”
Elise masih terdiam, keningnya berkerut. Ia sama bingungnya dengan Peyton, tidak tahu apa yang membuat Jim begitu senang.
“Peyton, kita akan jadi orang kaya! Lebih kaya! Sangat kaya! Hahaha…” Jim menghampiri Elise. “Kamu benar-benar pembawa keberuntungan. Seseorang bersedia membayar $50,000 untuk bisa bermalam denganmu. Ini gila!”
“Apa?” Elise dan Peyton bertanya bersamaan, tapi dengan intonasi berbeda.
Mengabaikan kecemasan di wajah Elise, Jim menyodorkan ponselnya pada Peyton. “Lihat, dia sudah mengirimkan $5,000 sebagai uang muka. Sisanya akan diberikan langsung di hotel setelah dia selesai menikmati Elise.”
Violet menggigit bibirnya, jelas masih bimbang, apakah mesti menemani Eric atau melanjutkan latihannya. Apa ia perlu menyarankan Eric untuk berhenti dan tidak memaksakan diri, atau malah mendukungnya hingga selesai. Tapi Grace menepuk pundaknya pelan, menyadarkannya kembali. “Jangan khawatir. Tuan Eric terlihat kuat, ia tahu batasnya. Dan lagi, waktu kita juga terbatas, Nona. Jika nanti Tuan Eric selesai, dan tahu bahwa anda sudah bisa bermain golf dengan baik, tentu itu akan menjadi kabar baik untuknya."Violet mengangguk, "Kamu benar. Aku harus lebih fokus juga pada latihan golf ini."Violet melanjutkan latihannya bersama Grace. Ia berusaha lebih sungguh-sungguh agar tidak mengecewakan Eric yang telah mengusahakan dirinya agar bisa bermain golf.Ketika Violet mengayunkan stik golfnya lagi, kali ini ia hampir membuat bolanya masuk ke lubang tujuan. Dengan gemas ia bergumam, "Ah, sedikit lagi!" "Tidak apa-apa, Nona. Itu sangat bagus. Saya yakin, jika anda terus mencoba dan lebih fok
Eric menunjukkan barisan giginya. Ia juga tertawa kecil untuk menghilangkan kegugupannya sendiri. "Itu benar. Tapi, um, sebenarnya aku terbiasa membuat target pribadi. Ya, supaya aku tetap terpacu untuk melakukan lebih. Begitulah..." Eric kembali menutup jawabannya dengan senyum meringis, berharap Violet cukup puas dan tidak memberikan pertanyaan lainnya.Dan sesuai harapan, Violet menyunggingkan senyum, tanpa mengajukan pertanyaan-pertanyaan lain, tetapi malah memberikan pujian. "Bagus sekali! Aku harus melakukanya juga untuk memacu diri sendiri. Kamu keren, Eric." Eric mengusap lehernya, dengan hati senang ia membalas, "Um, bukan apa-apa." Dan dalam batin ia menambahkan bahwa ia terpaksa 'menyiksa' diri sendiri karena itu adalah misi dengan risiko kegagalan yang super menakutkan.Lantas, agar Violet mendapat kesan baik, dan tidak merasa jenuh dengan kencan pertama mereka, sebuah ide cemerlang muncul di kepala Eric."Violet, apa kamu suka bermain golf?" "Golf?" Violet membuat Eric
Setibanya di kamar Eric, Violet terkesima oleh interiornya yang menawan. Ia tidak bisa menyembunyikan kekagumannya. Kamar itu sangat luas dan nyaman.“Um, Violet, mungkin aku akan menghitung sendiri saja.”Violet yang duduk di sofa segera bertanya, “Kenapa?”“Sebenarnya, aku sudah melakukan latihan fisik ini kemarin. Jadi, tidak masalah jika mesti menghitungnya sendiri.” Ia tidak ingin merepotkan kekasihnya.“Lalu, apa yang harus aku lakukan saat kamu pull up?”Eric duduk di samping Violet. “Kamu bisa bersantai, membaca novel atau buku lainnya di sudut baca itu, atau mungkin mau menonton film, memutar musik. Atau, kalau kamu lelah, jangan sungkan untuk berbaring di ranjang. Anggap saja itu sebagai ranjangmu sendiri.”Pipi Violet seketika memerah. Pasalnya ucapan Eric itu multitafsir.“Ah, maksudku, ka-kamu tidur saja jika ingin. Jangan sungkan. Mau membaca sambil berbaring di sana juga tidak apa-apa. Sungguh, aku… tidak memiliki maksud lain.” Eric meringis lagi setelah menjelaskan.Er
Eric mengangguk-angguk pelan sambil mengupas sebuah jeruk. “Oh, soal itu,” ucapnya dengan suara pelan, tanpa ada perubahan ekspresi di wajahnya.Violet mengerutkan kening melihat Eric yang tampak santai. Ia lalu bertanya, “Kamu tidak kaget?”Eric mengulurkan jeruk yang telah terpisah dari kulitnya kepada Violet yang segera menerimanya. “Tidak, sejak awal mereka memang pantas dipenjara.”Mata Violet terbuka lebar. Ia menelan ludah saat menyadari sesuatu. “Jangan-jangan, kamu yang membuat mereka dipenjara?”Eric tersenyum, tanpa menjawab atau sekadar mengangguk. Akan tetapi, reaksinya itu justru membuat Violet semakin terbelalak karena mengartikannya sebagai suatu pembenaran. Sungguh, Violet tidak menyangka jika Eric akan bertindak demikian serius.“I-itu jelas bukan hal yang mudah. M-mereka bukan orang sembarangan. Tapi kamu…” Violet menyunggingkan senyum haru. Ia yakin Eric melakukannya demi melindunginya. “Katakan, bagaimana kamu melakukannya?”Eric meneguk air putih yang segar. “Seb
Suasana mendadak hening. Violet menunduk cepat, seakan berusaha menyembunyikan ekspresinya, sementara Eric sibuk mengeringkan tubuhnya dengan wajah canggung.Udara di sekitar terasa kaku. Violet mengangkat wajahnya, menatapnya cepat lalu menoleh lagi ke arah lain. Ada senyum tipis yang berusaha ia sembunyikan. “Maaf sudah membuatmu kaget.""Tidak, tidak. Itu bagus. Maksudku, aku senang kamu sudah di sini. Tapi keadaanku sedikit memalukan.""Sama sekali tidak. Kamu hanya terlihat berbeda. Maksudku, sehat, kuat. Ya, begitu..." Violet tersenyum kikuk.Suasana canggung itu terjeda ketika sebuah panggilan membuat ponsel Eric berdering. Rupanya itu dari Chelsea, salah satu anak buahnya yang bertugas menyiapkan hidangan. Chelsea memberitahu bahwa apa yang diminta oleh sang tuan telah siap. Ia juga mengatakan bahwa untuk makan malam nanti, seorang chef profesional yang berpengalaman bekerja di restoran bintang lima akan menjadi juru masaknya.Tentu saja laporan itu membuat hati Eric bungah.
Jantung Eric berdetak begitu cepat hingga seolah hendak melompat keluar dari dadanya. Keringat dingin merembes di pelipis, mengalir turun tanpa henti. Begitu mendengar hukuman mematikan yang bisa menimpanya, pikirannya langsung kosong. Eric bahkan tidak bisa benar-benar membayangkan bagaimana rasanya jika otaknya dihancurkan.Bibir Eric gemetar ketika akhirnya ia memastikan, “Maksudmu, jika aku gagal, kamu akan membuatku terlindas truk? Atau kendaraan berat lainnya? Atau mungkin sebongkah batu besar akan menimpaku? Atau batu meteor akan jatuh mengenai kepalaku?” Ia mengatakan dengan detail segala kemungkinan yang muncul di kepalanya, yang bisa menyebabkan isi kepalanya hancur lebur.[Tidak diperlukan cara sesusah itu untuk menghancurkan otak Host.][System hanya perlu mengalirkan data miliaran bit per detik ke otak Tuan, sampai syaraf Anda terbakar.]System mengatakannya dengan begitu mudah, tanpa beban, tapi Eric yang mendengarnya sampai menelan ludah dengan susah payah. Suara “klik







