Share

Sistem Kekayaan Tak Terbatas
Sistem Kekayaan Tak Terbatas
Author: raraey

Ch. 1 — Kebodohan

William Juanda berjalan dengan langkah mantap menuju sebuah toko barang mewah. Namun, di depan pintu, seorang pria mengenakan setelan jas hitam tiba-tiba muncul dan menghalangi jalannya. Pria itu memandang tajam dari ujung rambut William hingga ke ujung sepatunya, seolah menilai penampilannya dengan penuh angkuh.

“Pengemis dilarang masuk. Kami tidak memberikan uang atau makanan secara cuma-cuma di sini,” ucapnya dengan nada merendahkan.

William mengangkat alisnya, agak heran, kemudian terkekeh. Ia memang mengenakan pakaian sederhana yang sedikit usang, namun tidak ada alasan untuk dipermalukan seperti itu. Sudut bibir William sedikit melengkung, menunjukkan keheranan menyaksikan kesombongan pria itu.

Tanpa ragu, William melemparkan sebuah kantong hitam ke lantai. Pria penjaga pintu itu segera menyadari isi misterius kantong tersebut. Ratusan juta rupiah terhampar di depannya, menjadi tumpukan uang yang berserakan seperti sampah. Pengunjung lain terkejut melihat pemandangan tersebut dan penjaga yang sombong itu menjadi basah kuyup oleh keringat dingin.

“Aku membatalkan kontrak kerja sama dengan toko kalian. Ambil uang itu sebagai ganti rugi, dan pastikan untuk membakar semua barang termasuk stok kalian di gudang. Mall Juanda tidak membutuhkan mitra toko dengan pelayanan buruk. Itu hanya akan mencoreng nama baik Juanda,” kata William dengan nada tajam yang memenuhi ruangan.

Dengan mantap, William berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan penjaga toko itu terpaku dalam keheningan dan ketakutan. Sementara di sisi lain, manajer toko berlari sekencang mungkin menuju William dengan gelisah, berusaha memohon pengampunan.

「Tuan telah menghabiskan total 10 milliar hari ini. Hadiah penyelesaian misi harian senilai 100 milliar telah dikirim ke dalam rekening.」

**

Beberapa bulan lalu.

William Juanda, seorang mahasiswa miskin dengan hati yang berbunga-bunga, berjalan dengan penuh semangat. Hari ini adalah hari yang istimewa baginya. Ia telah menyiapkan segala sesuatunya dengan teliti untuk menyatakan perasaannya pada sang pujaan hati. Di tangannya, ia memegang erat sebuah buket bunga indah dan sekotak coklat yang telah dipilih dengan penuh perhatian.

“Sarah pasti akan senang dengan hadiah ini,” batin William penuh keyakinan.

Tak lama kemudian, di bawah pohon sakura yang bersemi, pandangan William tertangkap oleh seorang gadis cantik yang mengenakan gaun berwarna pastel yang serasi dengan indahnya pemandangan di sekitarnya. Setiap kali angin berhembus lembut, rambut hitam panjang gadis itu menari-nari, dan William tak dapat mengalihkan pandangannya dari keelokan tersebut. Ia menelan ludah keringnya, semakin merasa gugup, namun hatinya memaksanya untuk maju dan mendekat.

“Sarah!”

Gadis itu menoleh ke arah sumber suara, dengan cepat memasang senyuman manis dan membalas panggilan William dengan melambaikan tangan.

“Aku sudah menunggumu, Will.” Sarah berbicara dengan lembut setelah jarak di antara mereka semakin singkat. Ia kemudian melanjutkan dengan perlahan sambil mengedarkan pandangan ke sekitar, “Taman ini sangat indah. Terima kasih karena sudah mengajakku bertemu di sini.”

Sarah berputar-putar penuh bahagia. Suasana hangat dan cerah di sekitar mereka sangat mendukung untuk memanjakan mata dan beristirahat. Saking Sarah menikmati pemandangan di sekitar, ia bahkan melupakan keberadaan William.

“Aku tahu kamu akan menyukainya.” William terbawa suasana, menyaksikan gadis itu bahagia memberikannya banyak energi positif dan kepercayaan diri. William semakin yakin kalau Sarah memanglah wanita yang tepat.

“Ini adalah tempat di mana kita pertama kali bertemu, dua bulan lalu,” lanjut William.

“Sungguh?” Sarah menatap mata William, seolah tidak percaya.

“Kamu tidak mengingatnya?” William berbalik bertanya. Senyuman pemuda itu kian memudar setelah mendengar kalimat Sarah barusan.

“Aku tidak terlalu mengingat pertemuan pertama kita, William. Namun, aku yakin itu adalah pertemuan yang ditakdirkan!”

Sarah membalas dengan sungguh-sungguh, mendekatkan wajah ke arah William dan menyunggingka senyuman manis. Perasaan kecewa William barusan seketika berubah menjadi kepercayaan diri dan dia bermaksud untuk segera mengungkapkan perasaan. William memberanikan diri untuk memegang tangan Sarah dan menghilangkan segala keraguan.

“Sarah,” panggil William dengan nada rendah. Setelah sang gadis menoleh dan menunjukkan ekspresi bertanya-tanya, William secara perlahan melanjutkan, “Sebenarnya, ada yang ingin aku sampaikan.”

“Kamu terlihat sangat serius, Will,” ucap Sarah, ia sendiri ikut gugup melihat ketegangan di wajah pemuda itu.

embuang semua perasaan ragu, William mengeluarkan dengan hati berdebar sebuah sebuket bunga indah dan sekotak coklat yang telah ia simpan dengan penuh harapan sejak awal. Ia berani melangkah maju, menekuk lutut dengan penuh pengharapan, dan memberikan hadiah tersebut pada sang pujaan hati sambil memejamkan matanya sejenak.

“Sarah, tolong terimalah perasaanku,” ucap William dengan lantang dan lugas, suaranya dipenuhi dengan kejujuran dan keinginan kuat.

“Pftt.”

Suara menahan tawa itu terdengar begitu nyaring di telinga hingga William sendiri tahu siapa itu. Dia tiba-tiba merasa merinding, seolah menatap kehancuran dunia dengan mata kepala sendiri.

William membukakan mata dan dengan tiba-tiba, seorang pria muncul dan melempar hadiah William ke tanah. Mata William membelalak, mengetahui siapa pria itu hingga dia gemetar.

James, anak dari seorang pengusaha sukses pemilik dari perusahaan besar tempat di mana William bekerja. Sumber kehancuran dan ketakutan William.

“Sial, ini sangat lucu hingga aku tidak bisa menahan tawa,” terang James, keluar dari balik semak. Ia kembali tertawa saat melihat ekspresi William seperti menangkap penampakan hantu. Di satu sisi, Sarah pun ikut tertawa kecil.

“Sayang, bagaimana dengan aktingku selama beberapa bulan ini? Kamu tahu kamu harus membayar mahal karena melakukan ini, kan.” Sarah dengan tiba-tiba menggandeng tangan pria yang ia panggil dengan sebutan sayang, kemudian tersenyum dengan begitu bahagia.

“A-apa maksud semua ini, Sarah?” William berkata dengan terbata-bata. Ia tidak pernah tahu Sarah dan James memiliki hubungan dekat hingga mereka saling menggandeng satu sama lain di depan umum. Terlebih lagi, berakting?

William sadar semua ini adalah kebohongan.

“Kamu mempermainkanku!” lanjut William dengan nada rendah, tertunduk. Ia merasa kehilangan tenaga dan kekuatan untuk berpijak.

“Jangan salah paham, William. Aku tidak pernah memiliki perasaan padamu sejak awal. Jika bukan karena permintaan James, aku tidak pernah akan menghabiskan waktuku untuk orang miskin sepertimu! Salahkan dirimu sendiri karena naif!”

“Jujur saja, menghirup udara yang sama denganmu membuatku merasa hina,” tambah Sarah seolah ingin membuka luka William lebih dalam lagi.

“A-apa?”

James terkekeh riang, seakan kebahagiaan meluap dari hatinya. Namun, tatapan Sarah kepada William begitu menyiratkan perasaan kebencian, seolah melihat kotoran hina yang merusak pemandangan indah.

“Sarah itu adalah wanitaku, William. Gadis secantik Sarah tidak seharusnya berada sejajar dengan sampah masyarakat sepertimu!”

William merasa harapannya lenyap, baru beberapa saat lalu ia merasa dunia ini miliknya seorang, dan bahagia itu begitu nyata. Namun, kenyataan yang mengejutkan begitu pahit, semua itu hanya mimpi dan angan-angan yang tak akan pernah terjadi.

“Jika kamu lebih sadar diri, kamu tidak akan berakhir di permainkan,” tambah Sarah dengan senyuman sinis. Ia kemudian menatap mesra James dan berkata dengan manja, “Sayang, aku sudah melakukan keinginanmu. Jadi sebagai balasan, aku ingin dibelikan mobil mewah dan tas mahal. Jika boleh, aku juga ingin berlibur ke luar negeri.”

James memandang William dengan angkuh, menaruh satu tangan di saku, dan menaikkan dagu saat Sarah mengandeng tangannya.

“Tentu saja, apa yang tidak untukmu, Sarah. Berbeda jika kamu berpacaran dengan William, pemuda miskin itu tidak akan pernah bisa membelikanmu mobil  dan hadiah mewah sepertiku. Kamu hanya akan sengsara seumur hidup. Aku sudah cukup puas melihat ekspresinya. Ayo pergi dan memilih mobil baru untukmu.”

James, sebelum benar-benar pergi, menendang buket bunga dan coklat yang dibawa William menjauh. Ia tidak bisa menatap dengan jelas wajah William saat itu, tetapi ia melihat setetes air jatuh di sana.

“Dasar menyedihkan.”

Sore hari itu, sebuah berita di televisi menyiarkan tentang kecelakaan mobil di lampu merah yang memakan korban seorang mahasiswa dari universitas bergengsi. Saat ini, polisi masih menyelidiki lebih dalam motif kejadian tersebut dan akan memberikan pemberitahuan lebih lanjut.

「Pemindaian telah dilakukan, mencoba mengkonfirmasi identitas sang Pewaris.」

「Identitas sang Pewaris telah dikonfirmasi.」

「Memulai penerapan sistem dan informasi umum terhadap sang Pewaris.」

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status