Share

Kerusakan Sistem Medis

Author: Zhu Phi
last update Last Updated: 2025-10-14 11:57:21

Tangan Jason mendadak gemetar. Ia mencoba memanggil kembali potongan ingatannya... tentang bagaimana cara menjahit luka, melakukan resusitasi, atau sekadar mendiagnosis gejala, namun yang muncul hanyalah kekosongan.

Ruangan itu terasa membeku. Para pelayan dan tabib kerajaan yang menatap Jason dengan penuh harapan kini mulai berbisik-bisik, menatap heran melihat perubahan ekspresinya.

Tabib Istana yang berdiri di belakangnya menyilangkan tangan dengan senyum sinis di wajah tuanya. “Kenapa, Anak Muda?” tanyanya dengan nada mengejek. “Kau... lupa cara pengobatan, ya?”

Jason menatapnya dengan rahang mengeras, tapi dalam dadanya, jantungnya berdetak kacau.

Ding!

Sebuah suara mekanis bergema di dalam kepalanya, seperti bunyi lonceng dari dunia lain.

[Ilmu Pengobatan Zaman Modern : Terkunci!]

[Misi untuk membuka segel ingatan : Buat Nona Karina tertarik dan memberikan satu kecupan!]

[Hadiah : Ingatan tentang Penyembuhan Penyakit Zaman Kuno]

Jason membeku. Matanya membulat tidak percaya.

“Apaa?!” serunya dalam hati. “Kenapa jadi begini? Apa Sistem Medis ini rusak?! Sekarang?! Di saat seperti ini?!”

Tubuhnya kaku, keringat dingin mulai muncul di pelipisnya. Rasa percaya diri yang tadi memancar kini lenyap. Suara tawa kecil dari Tabib Istana makin terdengar jelas di telinganya.

Karina yang berdiri di sisi lain ranjang menatap Jason dengan bingung. “Tabib Jason, kenapa wajahmu pucat begitu? Apa ada yang salah?”

Jason memaksa tersenyum, tapi senyum itu rapuh seperti kaca retak. “A-Aku... ada sedikit masalah kecil,” ujarnya gugup. “Mungkin Kau bisa... membantuku sebentar?”

Karina mengernyit. “Membantu? Bukannya Kau seharusnya memeriksa kakekku dulu? Apa yang sebenarnya terjadi? Sikapmu berubah sama sekali.”

Jason menunduk. Ia tidak mungkin menceritakan tentang sistem misterius di kepalanya. Jika orang-orang tahu, ia akan dianggap gila. Tapi bagaimana mungkin ia bisa mengobati tanpa pengetahuan medisnya?

Sementara ia berjuang menenangkan diri, suara tawa rendah terdengar dari arah belakang.

“Hahaha! Kenapa diam, Anak Muda?” Tabib Istana menatap Jason dengan tatapan penuh kemenangan. “Mana kesombonganmu yang tadi? Katamu kau lebih hebat dari tabib istana?”

Jason tak menjawab. Ia menatap Perdana Menteri yang terbaring lemah di depannya, lalu ke arah Karina yang tampak khawatir. Hatinya berdebar tak karuan, bukan karena rasa takut melainkan karena rasa tak percaya bahwa satu-satunya cara mengembalikan pengetahuannya adalah dengan membuat Karina menciumnya.

“Lebih baik kau pergi sekarang juga kalau tak sanggup menyembuhkan Perdana Menteri!” bentak Tabib Istana, menghentakkan tongkat kayu ke lantai. “Dasar tabib gadungan! Kau hanya mempermalukan dirimu sendiri!”

Desas-desus langsung terdengar di antara pelayan istana dan penjaga.

“Benarkah dia cuma penipu?”

“Kasihan Nona Karina, sudah berharap pada tabib penipu ini…”

Di antara bisik-bisik para tabib istana, Karina menatap Jason dengan mata yang mulai memanas... antara bingung, kecewa, dan marah.

Ia melipat kedua tangannya di dada. “Aku selalu mendukung dan mempercayaimu, Jason,” ujarnya dengan nada yang bergetar, namun penuh penekanan. “Tapi begini balasanmu terhadapku?”

Jason tertegun. Keringat dingin mengalir di pelipisnya. “Bu—bukan begitu, Nona Karina... aku... aku sulit menjelaskannya,” katanya tergagap, menunduk dalam rasa bersalah.

“Sulit menjelaskan?” Karina mengangkat dagunya sedikit. Sorot matanya menusuk. “Aku tak butuh alasan berbelit. Cukup jawab satu hal.” Ia mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan, suaranya tegas dan dingin. “Apa kau bisa menyembuhkan kakekku? Ya, atau tidak?”

Jason menggertakkan giginya, menahan rasa panik. Dalam pikirannya masih bergema suara sistem yang menuntut sesuatu yang gila. Ia menatap Karina, berusaha keras untuk tetap tenang. “Apa... apa kau percaya padaku, Nona?” tanyanya lirih, seolah menggantungkan harapannya pada jawaban itu.

Karina mendengus pelan. “Kalau aku tidak percaya padamu,” katanya tajam, “mana mungkin aku membawamu ke rumahku dan membiarkanmu menyentuh kakekku yang sekarat?”

Jason menatapnya lekat-lekat, mencoba mencari keberanian di antara rasa malu dan tekanan. “Kalau begitu...” ia menelan ludah, suaranya bergetar. “Apa kau tertarik padaku, Nona?”

“Ha?” Karina terkejut, alisnya langsung mengerut. “Apa maksudmu itu?” suaranya meninggi, nadanya kini lebih defensif. “Jangan bilang kau sengaja berbohong agar bisa mendekatiku, Jason!”

Para tabib yang sejak tadi mengamati mulai tertawa kecil. Tabib tua yang paling berpengaruh langsung menimpali dengan nada sinis. “Hahaha! Usir saja tabib gadungan itu, Nona Karina!” serunya lantang sambil menatap murid-muridnya. “Jelas-jelas dia hanya ingin memanfaatkanmu! Tabib macam ini hanya membawa aib!”

Keributan kecil pun pecah. Beberapa tabib ikut mencemooh, sementara para pelayan saling berbisik, menatap Jason dengan jijik dan kasihan sekaligus.

Karina mengangkat tangannya, memberi isyarat agar semua diam. Pandangannya beralih lagi ke Jason, tajam dan menuntut. “Aku tanya sekali lagi,” katanya perlahan namun setiap katanya mengandung tekanan. “Apa yang kau inginkan sebenarnya, Jason?”

Jason menghela napas dalam, lalu menatap Karina dengan mata yang jujur namun penuh kegelisahan. “Aku hanya... meminta satu hal,” katanya pelan. “Aku ingin Nona Karina... tertarik padaku dan... memberikan satu kecupan sebagai tanda suka. Setelah itu, aku bersumpah akan menyembuhkan Perdana Menteri.”

Ruangan itu langsung meledak dalam riuh ejekan.

“Tabib mesum!”

“Kurang ajar!”

“Berani-beraninya bicara begitu di depan Nona Karina!”

Tabib Istana menghentakkan tongkat kayunya ke lantai. “Pergi kau dari sini, tabib gadungan tak tahu malu!”

Jason tak beranjak. Ia tahu ucapannya terdengar gila, tapi sistem di kepalanya tak memberi pilihan lain.

Karina terpaku. Hatinya berkecamuk. Kata-kata Jason terdengar konyol, tapi ada sesuatu dalam tatapannya... sebuah kesungguhan yang sulit dijelaskan. Ia menggigit bibir bawahnya, menatap Jason lama, sementara semua orang menunggu reaksinya dengan napas tertahan.

Lalu, tanpa peringatan, ia melangkah maju.

Kain gaun birunya berdesir lembut menyentuh lantai marmer. Setiap langkahnya menggema pelan, menghentikan semua bisik-bisik. Jason sempat mundur setengah langkah, tak percaya pada apa yang ia lihat.

“N-Nona Karina, tunggu, aku tidak bermaksud—”

Namun sebelum kalimatnya selesai, Karina berdiri tepat di depannya. Wajahnya mendekat... dan dalam sekejap, bibirnya menempel lembut di bibir Jason.

Seketika, dunia Jason berhenti.

Suara riuh para tabib hilang. Detak jantungnya berdentum di telinganya. Aroma manis samar dari rambut Karina mengisi inderanya. Sentuhan lembut itu tak lama, tapi cukup untuk membuatnya kehilangan napas.

Ketika Karina menjauh, pipinya bersemu merah tapi matanya tajam seperti semula. “Aku percaya padamu, Jason,” katanya tegas. “Tapi dengar baik-baik—jika kau berbohong padaku dan hanya memanfaatkan situasi ini… aku sendiri yang akan membunuhmu.”

Jason nyaris tak bisa bicara.

Ding!

[Misi Selesai!]

[Ingatan Penyembuhan Penyakit Zaman Kuno Terbuka!]

[Poin Suka +10 — Kumpulkan poin suka untuk menukarkan hadiah menarik!]

Seketika, gelombang panas menjalar di kepala Jason. Gambar-gambar samar mulai muncul di pikirannya... teknik akupunktur kuno, ramuan langka, dan simbol penyembuhan zaman lampau. Semua pengetahuan yang hilang tadi, kini kembali, meski dalam bentuk yang berbeda.

Jason memejamkan mata, napasnya memburu. “Aku... bisa melakukannya,” bisiknya lirih, tapi cukup keras untuk membuat semua orang menatapnya lagi.

Tabib Istana tertegun, matanya melebar. “A-apa?”

Jason membuka matanya, kini tenang dan yakin. “Bersiaplah,” ujarnya dengan nada mantap. “Perdana Menteri akan segera sembuh.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Milaaaaa
semangat Abang Thor .........
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sistem Medis Dokter Jenius Masa Depan    Keputusan Ratu Safira

    Ratu Safira melangkah turun dari singgasananya.Bukan langkah angkuh—tetapi langkah seorang penguasa yang tahu bahwa setiap gerakannya mampu menentukan hidup dan mati ribuan orang. Gaun ungu berbahan sutra naga menyapu lantai marmer, mengeluarkan suara lembut seperti desir angin malam.Jason menelan ludah.Semakin dekat sang Ratu, semakin kuat tekanan yang menusuk tulang. Seolah udara di sekelilingnya dipadatkan, membuat Jason merasa jiwanya sedang diukur, ditimbang… lalu diputuskan apakah layak atau tidak.Ratu berhenti tepat di depannya.Jarak mereka hanya beberapa langkah.Tangan Safira terangkat, membelai udara di antara mereka—gerakan ringan seperti membaca aura seseorang.“Jason.”Suaranya lembut… tapi berat seperti beban kerajaan itu sendiri.Tatapannya menusuk.Bening, tajam, dan terlalu jernih untuk ditantang.“Kau melakukan perjalanan panjang. Kau terluka. Otakmu pasti kelelahan. Kau bilang melihat kamp besar?” Bibirnya melengkung sedikit. “Empat puluh laporan penjaga perbat

  • Sistem Medis Dokter Jenius Masa Depan    Tidak Sesuai Harapan

    Udara di lorong terdalam istana terasa berbeda—lebih pekat, lebih berat, seolah setiap helai debu menyimpan rahasia yang tidak mau terbongkar. Jason dan Karina berjalan di belakang Jenderal Alexander, mengikuti langkah mantap sang panglima yang bergema di dinding batu hitam. Cahaya obor redup menari liar, membuat bayangan mereka memanjang, menggeliat di lantai.Dan di ujung lorong itu…Dua pintu emas setinggi lima meter berdiri menjulang. Ukirannya berbentuk naga kembar dengan mata permata ungu yang memantulkan cahaya seperti dua makhluk hidup yang siap menelan siapa pun yang lewat.Alexander berhenti tepat di depan pintu itu.“Ratu Safira ada di dalam,” katanya, suaranya rendah namun mantap. “Kalian harus menjelaskan semuanya dengan jelas. Ini menyangkut nasib satu kerajaan.”Jason mengusap keningnya, jantungnya berdetak seperti genderang perang yang dipukul tak beraturan. Karina menggenggam pergelangan tangan Jason begitu kuat hingga ia bisa merasakan dinginnya telapak tangan gadis

  • Sistem Medis Dokter Jenius Masa Depan    Menemui Jenderal

    Hari sudah sore menjelang malam saat Jason dan Karina tiba di kediaman Keluarga Wikaya, tapi Jenderal Alexander dan perdana Menteri Nathan tidak ada di tempat.“Kita harus ke istana!” ucap Jason disertai anggukan kepala Karina.Langkah Jason dan Karina membelah hiruk-pikuk Kota Aryaloka. Pasar mulai tutup, pedagang menurunkan tirai, sementara lampu-lampu minyak di sepanjang jalan menyala satu per satu. Namun tidak ada waktu menikmati pemandangan itu—Jason berjalan cepat, hampir berlari, napasnya berat setelah insiden dengan Vardos yang membuat waktunya semakin sempit.Karina menyusul dari belakang. “Jason… pelan sedikit! Kau jalan seperti dikejar hantu!”“Aku memang sedang dikejar sesuatu yang jauh lebih buruk,” jawab Jason tanpa menoleh. “Kalau laporan ini terlambat lima menit saja, Kerajaan Sangkala bisa jatuh sebelum sempat mengangkat pedang untuk melawan.”Karina merinding. Ia sudah melihat mata Jason berkali-kali—namun baru kali ini tatapan itu menunjukkan bahaya sebesar ini.Is

  • Sistem Medis Dokter Jenius Masa Depan    Kecurangan Vardos

    Vardos berdiri menghadang jalan Jason, kedua tangannya terlipat di depan dada, dagu terangkat seperti seorang bangsawan yang baru menang perang.“Kau menyembuhkan seluruh warga Desa Satyaloka?” Vardos menyeringai, suaranya menampar udara. “Mana buktinya? Setahuku… semua penduduk desa itu sudah mati. Tidak ada satu pun yang hidup.”Nada congkaknya membuat darah Jason mendidih. Ia sudah kelelahan dari perjalanan panjang, dan sekarang orang yang ditemuinya di ibu kota adalah tabib arogan yang selalu mencari celah menjatuhkannya.“Terserah apa yang kau percaya,” kata Jason, suaranya tajam seperti pisau bedah. “Aku tidak punya waktu bermain denganmu, Vardos. Ada urusan yang jauh lebih penting.”Vardos mengangkat satu alis. “Kau sudah kalah taruhan. Pergi dari Aryaloka sekarang juga!”Asher, yang berdiri sedikit di belakang, ikut maju. “Vardos benar. Lebih baik kau pergi, Jason. Atau…”Jason mendengus. “Atau apa, Asher? Kau mau membunuhku?”Ia menatap keduanya bergantian, aura kelelahan ber

  • Sistem Medis Dokter Jenius Masa Depan    Kembali Ke Ibukota

    Setelah berhari-hari menangani pasien satu demi satu, Jason akhirnya memastikan seluruh warga Desa Satyaloka berada pada jalur kesembuhan. Obat-obatan modern dari Kotak Obat Medis—tablet antibakteri, salep regeneratif, dan cairan steril—telah bekerja seperti keajaiban yang tak pernah dikenal oleh zaman ini.Ia menutup kotak itu perlahan, napasnya melembut.“Pergilah dari sini sementara,” ucap Jason kepada para tetua desa. “Cari desa lain yang jauh dari perbatasan Widyaloka. Jika mereka tahu kalian sembuh… kalian bisa dianggap ancaman.”Warga hanya bisa mengangguk, sebagian dengan mata berkaca-kaca.Jason memandangi mereka terakhir kali sebelum berbalik. Ia harus pulang dengan membawa kabar yang lebih berbahaya daripada penyakit apa pun.Kebetulan ia menemukan kuda yang masih sehat di desa yang bisa mempercepat dirinya kembali ke ibukota.Perjalanan pulang Jason berlangsung tenang—terlalu tenang. Tidak ada pasukan Widyaloka yang mengepung, tidak ada anggota Sekte Iblis Medis yang beru

  • Sistem Medis Dokter Jenius Masa Depan    Serangan Sekte Iblis Medis

    Seluruh desa bersorak, berlutut, dan menangis ketika Jason akhirnya berhasil menyembuhkan seluruh warga desa Satyaloka sekaligus melenyapkan wabah penyakit kusta di desa ini. Tapi ada satu orang yang tidak ikut bersyukur.Kepala desa.Ia berdiri di belakang, wajahnya tegang, pupilnya menyempit—bukan karena takjub, tapi panik.Jason menangkap tatapan itu sekilas.Tatapan seperti orang yang rencananya baru saja hancur berkeping-keping.Malam hari pertama setelah seluruh pasien sembuh, Jason berjalan sendirian menuju sungai, mencuci tangan dari sisa obat dan darah. Udara dingin menggigit kulit. Tepat ketika ia membungkuk…Kraaak!Suara ranting patah terdengar jelas, tapi Jason tidak menoleh.“Keluar kalian! Jangan seperti pengecut!”Dari balik kegelapan, tiga sosok berjubah hitam muncul, membawa kotak jarum beracun dan pisau bedah kuno berkilauan.Simbol tengkorak dan ular tergambar di dada jubah mereka.Jason menarik nafas panjang.“Sekte Iblis Medis…” gumamnya. Ia sudah membaca catata

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status