Share

02

“Dengarkan aku, brengsek. Malam ini adalah malam terakhir kau menjadi benalu di keluarga Anderson. Aku tidak akan membiarkanmu kembali ke keluarga ini untuk selamanya. Kau beruntung karena aku tidak menuntut ganti rugi sepeser pun atas biaya hidupmu selama ini. Jika kita kembali bertemu di suatu tempat, jangan pernah berbicara padaku dan keluargaku. Kau hanya memiliki waktu setengah jam untuk mengemas barang-barangmu,” ujar Drake.

 “Izinkan aku bertemu dengan kakek sebagai salam perpisahan. Aku tidak akan mengatakan apa pun soal masalah tadi. Aku … hanya ingin mengucapkan terima kasih padanya.” Davis menunduk sesaat, menoleh ke sisi lain.

Drake berdecak. “Jangan mengambil barang apa pun milik ayahku atau milik siapa pun di rumah ini. Jika kau melakukannya, aku akan menyeretmu ke dalam penjara sampai kau membusuk di sana.”

“Aku mengerti.” Davis berjalan menuju kamarnya yang berada di belakang rumah.

“Sampah sepertimu memang pantas hidup di jalanan.” Drake tersenyum mengejek, menutup pintu dengan keras.

Davis memasuki kamar sempitnya, mengambil beberapa potong pakaian, memasukkan ke dalam tas. Pria itu duduk di sisi kasur, mengambil secarik foto masa kecilnya bersama Susan di dalam dompet, menyimpannya di bawah kasur.

Davis naik ke lantai atas, melewati beberapa pemeriksaan sampai akhirnya berdiri di depan sebuah pintu. Ia mengetuk pintu perlahan, memasuki ruangan setelah mendapat izin. 

“Davis, apa itu kau?” tanya Sebastian yang terbaring lemah di atas kasur. Matanya tertutup, tetapi tangannya berusaha untuk membuka selimut.

“Tetaplah di tempatmu, Kakek.” Davis membenarkan letak selimut, duduk di sisi kasur.

“Apa mereka menyakitimu kembali, Davis?”

“Tidak. Semua baik-baik saja.” David menarik napas panjang, memejamkan mata sesaat. “Kakek, aku memutuskan untuk keluar dari keluarga Anderson dan memulai hidup mandiri di luar sana. Di usiaku yang sudah menginjak 25 tahun, aku pikir aku harus melakukannya.”

“Apa mereka mengusirmu dari rumah?” Sebastian membuka mata, menoleh pada Davis yang berada di sampingnya. “Mereka benar-benar tidak berubah.”

“Aku mengambil keputusan tanpa paksaan siapa pun. Aku mengucapkan terima kasih karena kau sudah membantuku selama ini. Aku tidak akan melupakan kebaikanmu sampai kapan pun. Aku juga berjanji untuk membalas semua kebaikanmu.”

Sebastian menatap langit-langit ruangan. “Aku tidak akan menghalangimu untuk pergi jika hal itu adalah keputusanmu, Davis. Kau berhak menentukan pilihan hidupmu. Tapi sebelum itu, aku ingin memberikanmu sesuatu. Ambillah sebuah kotak di lemari kecil berwarna cokelat.”

Davis berjalan menuju lemari, mengambil sebuah kotak kecil yang terletak di bagian paling bawah, kembali duduk di samping Sebastian.

“Bukalah kotak itu,” pinta Sebastian.

Davis membuka kotak dan menemukan sebuah cincin perak yang berkilau.

“Cincin itu milikmu sekarang. Aku yakin cincin itu bisa membantumu.”

Davis mengamati cincin dengan saksama. Ia mendapati corak harimau bersayap yang mengelilingi cincin itu. “Cincin ini milikku?”

Davis memakai cincin di jari tangan kiri. Ia memiliki banyak pertanyaan dalam benaknya mengenai cincin itu.

Sebastian menggenggam tangan Davis, menoleh dengan tatapan hangat. “Davis, berjanjilah untuk melindungi dan tidak menyakiti keluarga ini meski mereka selalu menyakitimu. Tolong berjanjilah padaku.”

Davis menunduk. Melindungi keluarga Anderson setelah mereka menyakitinya selama ini adalah hal yang sangat sulit. “Aku akan berusaha melakukannya.”    

Davis keluar dari kamar Sebastian setelah berpamitan. Begitu menuruni tangga, ia mendapati Susan, Ethan, Drake, Romeo, anggota keluarga Anderson dan dua pengawal sudah menunggunya.

“Dasar sialan! Kau sudah kuberi kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal pada ayahku, tapi kau justru mencuri jam berharga milikku!” maki Drake.

“Aku sama sekali tidak mencuri apa pun.” Davis melihat tasnya yang tengah dipegang Drake. Ia seketika tahu jika semua ini ulah mereka.

“Bawa dia ke kantor polisi!” perintah Drake pada dua penjaga.

“Kita bisa memeriksa CCTV untuk membuktikan kalau aku tidak bersalah.” Davis mendorong dua penjaga. “Aku sama sekali—”

“Tuan Sebastian keadaannya tiba-tiba memburuk,” ujar salah satu penjaga di atas tangga, “aku menemukannya tergelatak tidak sadarkan di lantai. Berdasarkan rekaman CCTV, tuan Sebastian didorong oleh Davis.”

“Apa yang sudah kau lakukan pada ayahku, brengsek! Apa ini balasanmu pada ayahku yang sudah membawamu ke keluarga ini dan melindungimu selama ini? Aku akan menghabisimu jika ayahku mengalami hal buruk!” Drake menampar Davis untuk ketiga kalinya malam ini. Ia sengaja menabrak bahu Davis, berjalan tergesa-gesa menuju lantai atas. “Bawa sampah itu keluar dari rumah ini sekarang juga!”

“Kau pasti akan membusuk di dalam penjara selamanya,” ketus Romeo seraya menabrak bahu Davis, berjalan menaiki tangga dengan cepat.

Emmely memberi tatapan penuh kebencian. Ia dan anggota keluarga Anderson yang lain segera menyusul Drake dan Romeo.

Davis bergegas naik, tetapi kedua tangannya dengan cepat ditahan oleh dua penjaga. “Aku sama sekali tidak melakukan apa yang kalian tuduhkan. Aku tidak mungkin—”

“Davis, cukup!” pekik Susan dengan wajah penuh amarah, “sebaiknya kau segera pergi dari rumah ini! Aku akan melupakan fakta jika kau mencuri jam milik ayahku, tapi aku tidak akan memaafkanmu jika kau sampai berani mencelakai kakek.”

Susan bergegas menaiki tangga.

Ethan tersenyum puas saat melihat Davis mulai ditarik keluar dari rumah. “Dasar sampah. Kau tidak akan kubiarkan membongkar identitasku sebenarnya.” 

Davis berusaha melepaskan diri, tetapi ia sekarang ditahan oleh enam penjaga sekaligus. “Aku sama sekali tidak pernah mencuri apa pun. Aku juga tidak pernah mencelakai kakek. Aku sama sekali tidak melakukan hal yang kalian tuduhkan!”

“Diamlah!” bentak salah satu penjaga seraya menarik Davis dengan kekuatan penuh.

“Aku tidak pernah melakukan ….” Davis terdiam ketika menyadari tidak ada seorang pun yang membelanya. Ia justru melihat tatapan penuh kebencian dan mendengar hinaan dan sumpah serapah yang tertuju padanya dari para tamu.

Davis memejamkan mata agar tidak menangis. Hanya karena ia tidak memiliki keluarga dan kekayaan, semua orang memperlakukannya seperti sampah. “Aku tidak pernah mencelakai kakek dan mencuri apa pun! Kalian bisa memeriksa CCTV sekarang! Aku mohon tolong dengarkan aku kali ini saja. Aku—”

Davis merasakan tubuhnya terbang sesaat, dan satu detik kemudian mendarat cukup keras di lantai bawah. Hujan mendadak mengguyur deras.

“Tuan Drake mengatakan kalau kita tidak perlu membawa sampah itu ke penjara.”

Pintu ruangan sepenuhnya tertutup.

Davis perlahan berdiri, menatap kamar Sebastian. Lima belas tahun lalu ia sangat bahagia ketika datang ke rumah ini sebagai anak adopsi, tetapi saat ini ia justru terusir dengan tuduhan keji tanpa bisa bisa membuktikan dirinya tidak bersalah.

Davis menaiki sepeda listriknya, keluar gerbang rumah dengan sesekali melirik ke belakang. Tidak ada yang memberikan salam perpisahan padanya dan tidak ada yang menangisi kepergiannya, termasuk Susan yang dahulu menyambutnya dengan hangat.

Davis melewati taman kota yang sepi dari lalu lalang kendaraan. Bayangan saat Susan berciuman dengan Ethan membuatnya terluka. Akan tetapi, hal yang membuatnya tersiksa adalah saat dituduh sebagai pelaku kejahatan pada Sebastian. Malam ini adalah malam yang tidak akan pernah ia lupakan seumur hidupnya. 

Davis menoleh ke belakang ketika melihat cahaya menyilaukan dari kaca spion. Ia sontak terkejut ketika mendapati sebuah mobil melaju sangat cepat ke arahnya. Sebelum bisa bertindak, mobil itu sudah lebih dahulu menabraknya hingga ia terpelanting ke depan.

Davis terbang di udara untuk beberapa waktu. Tubuhnya terbentur ke jalan dengan cukup keras, berguling-guling hingga akhirnya terbaring bersimbah darah di tengah jalan. Sekujur tubuhnya tidak bisa digerakkan. Pandangannya mulai mengabur dan pendengarannya berdengung sangat keras.

Davis merasa dunia tidak adil padanya. Tangis yang tertahan sejak tadi akhirnya menetes. Ia tidak memiliki apa pun dan siapa pun di sisinya selama ini. Setelah kehilangan wanita yang dicintainya dan diusir dari keluarga Anderson dengan tuduhan keji, ia justru mengalami kecelakaan yang merenggut nyawanya. Haruskah ia mati malam ini?

 “Aku tidak ingin mati. Aku masih ingin hidup. Aku masih memiliki banyak hal yang ingin aku raih. Aku tidak akan mati dengan mudah. Aku akan tetap hidup.”

Davis memejamkan mata. Semua momen kehidupannya tiba-tiba bermunculan dalam pikirannya. Ketika merasa tidak bisa lagi selamat, ia seperti mendengar suara sesuatu.

[Ding]

[Syarat terpenuhi]

[Instalasi sistem dimulai]

[10%, 30%, 50%, 70%, 90%, 95%, 100%]

[Sistem berhasil terpasang]

[Sistem menyatu dengan host]

[Status pewaris diaktifkan]

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status