“Apa yang terjadi sebenarnya?” gumam Davis saat melihat hasil pemindaian sistem. Davis berkedip berkali-kali, memastikan apa yang ia lihat sekarang. Davis mengepalkan tangan erat-erat. Ia seketika teringat dengan pertarungan dengan si pria bertopeng misterius di pantai tempo hari. Davis memeriksa video di berbagai platform, beralih pada hasil informasi di layar hologram. “Video itu merupakan hasil modifikasi. Video aslinya menunjukkan sebuah misil besar menghancurkan pemukiman kumuh. Orang-orang terlempar dan berjatuhan ke berbagai arah.”“Apa ini?” Davis menghentikan video, mengamati saksama. Seorang pria berseragam terjatuh di tanah. Dia tampaknya bukan warga pemukiman karena pakaiannya berbeda. Selain itu, ada sebuah robot di dekatnya.”“Lalu, pria ini ....” Davis menunjuk seorang pria. “Dia melayang di udara seperti pria bertopeng yang melawanku di pantai.”“Jadi, ledakan bom itu bukan disebabkan oleh teroris, tetapi pelakunya kemungkinan pria yang terbang di langit.”Davis ter
Hujan masih mengguyur deras. Petir beberapa kali menggelegar. Angin berembus cukup kencang hingga ranting berjatuhan dan daun berguguran. Keadaan sebuah rumah tampak sangat hening dan tenang. Meski ukuran rumah cukup besar, tetapi tidak ada satu pun penjaga yang terlihat. Hanya beberapa kamera CCTV normal yang terpasang di beberapa sudut ruangan. Damian tengah mengamati hujan di dekat jendela. Pria itu seakan terbang ke masa lalu, saat ia masih berada di kediaman utama. Ia merasa hari-harinya sangat menyenangkan dan sempurna, terutama saat ia sudah memiliki Davis. Damian memiliki semua hal yang pria mana pun inginkan. “Aku belajar bahwa perasaan iri dengki mampu mengubah seseorang. Aku ingat saat Daniel menolongku setelah aku terjatuh di danau. Aku merasakan kepedulian dan kasih sayangnya yang sangat besar padaku. Dia bersikap selayaknya seorang kakak bagiku. Akan tetapi, siapa sangka dia akan menjadi dalang utama di balik penyerangan malam itu.”Damian mengepalkan tangan erat-er
Davis dan yang lain tiba di kediaman saat sore. Mereka sempat berbincang sesaat sebelum akhirnya memilih untuk beristirahat. Davis memasuki kamar, berbaring di ranjang. Saat memejamkan mata, ia lagi-lagi teringat dengan kejadian di pantai. Sosok pria bertopeng itu membuatnya gelisah dan ketakutan. “Aku sempat merasa sombong karena aku memiliki sistem. Aku merasa bisa melakukan apa pun dengan sistem. Pada kenyataannya, ada seseorang bahkan beberapa orang yang memiliki sistem yang lebih dari sistemku, atau bahkan mampu menggunakan sistem lebih hebat dariku.”Davis mengembus napas panjang, bergeser ke samping. Ia melihat jarum jam yang terus berdetak, dan tak lama setelahnya ia terlelap. Di waktu yang sama, Sebastian tengah mengantar kepulangan Drake dan yang lain di teras rumah. Ia melambaikan tangan, memasuki rumah saat mobil-mobil itu meninggalkan gerbang. Sebastian mengamati kamar Davis cukup lama, memasuki kamar. Ia memeriksa ponsel, mengembus napas panjang. “Tuan Dylan masih b
“Apa yang terjadi?” tanya anggota 002 sembari memijat kepala berkali-kali. Ia sontak terkejut ketika melihat Orange berada di dekatnya, menoleh pada Aaron.“Apakah sudah terjadi sesuatu yang berbahaya?” Anggota 003 mengamati keadaan sekeliling, terdiam saat melihat bangunan-bangunan hancur dan orang-orang bergelimpangan. “Sial, aku sama sekali tidak mengingat apa yang terjadi,” gumamnya.“Apakah musuh kembali menyerang?” Anggota 005 tampak sangat panik saat teringat kejadian tempo hari. Ia sontak terdiam saat Orange meliriknya.“Tuan Orange,” panggil anggota 004.Orange menekan tombol. Sebuah portal seketika terbuka. “Aku akan menjelaskan semuanya pada kalian di tempat lain. Kita harus pergi sekarang.”Orange melompat dan menghilang saat memasuki portal.Keempat anggota baru menoleh pada Aaron.“Kita harus bergegas,” ujar Aaron sembari berjalan menuju portal. “Mereka tampak sangat kesal. Aku tidak sabar melihat wajah terkejut mereka saat Tuan Orange menjelaskan semuanya. Aku akan mend
Aaron terbang menuruni tangga, mengamati keadaan sekeliling melalui layar hologram. “Dasar brengsek! Aku masih belum mendapatkan petunjuk baru mengenai Dylan meski sudah berkali-kali mendatangi tempat berbahaya.”Aaron terus menuruni tangga, berbelok ke arah kanan. Ia melihat sampah dan tumpukan barang bekas yang berserakan.“Tempat ini sangat bau dan menjijikkan.” Aaron mendengkus kesal. “Menurut informasi yang aku dapatkan dari Logan, pasukan keluarga Miller pernah mendapatkan petunjuk di gedung tua ini. Gedung ini adalah gedung yang pernah Dylan gunakan.”“Tuan Orange hanya memerintahkanku dan yang lain untuk pergi ke tempat ini. Dia sama sekali tidak mengatakan apa pun soal bangunan ini yang merupakan bekas tempat tinggal Dylan.”Aaron tersenyum. “Jika aku mendapatkan petunjuk, aku akan mendapatkan poin. Aku akan semakin meninggalkan keempat orang itu.”Aaron membuka pintu setelah memastikan keadaan melalui layar hologram. Ia mengamati kondisi ruangan, berdiri di tengah ruangan.“
Hujan mengguyur deras sejak pagi buta. Petir beberapa kali menggelegar keras. Beberapa penjaga saling berkomunikasi, berbagi informasi. Keluarga Miller tengah sarapan di meja makan, kecuali Darius, David, Daniel, Dariel, dan Deric. “Apa yang terjadi pada Dariel? Kenapa dia tidak ikut sarapan bersama kita?” tanya Dhasa sembari menikmati hidangan. Ia melirik beberapa bangku kosong di dekatnya.“Dariel mengatakan dia harus mempersiapkan pekerjaannya di luar kota. Aku tidak ingin mengganggunya,” jawab Darren.“Aku dan Daisy akan pergi berlibur hari ini. Aku harap kau tidak menggangguku.”“Aku akhirnya merasa bebas karena tidak melihatmu di dekatku, Dasha.”“Dasar menyebalkan!” Dasha memutar bola mata, bergegas meninggalkan meja makan. “Aku sejujurnya senang karena Darren tidak mengikutiku.”Darren meninggalkan meja makan setelah berbincang-bincang. Ia terdiam saat melihat Daniel di depan ruangan Darius.“Ayah sedang berbicara dengan Kakek Darius sekarang. Lalu, apa yang Paman Daniel lak