Share

Bab 6

Penulis: Jingga Amelia
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-10 22:03:33

Skandal BabySitter dan Suamiku

(6)

..

Tak sengaja aku bertemu Nadia, selingkuhan suamiku, yang sedang bersama teman-temannya di sebuah restoran cepat saji. Dia terlihat bahagia bersama temannya, tidak seperti waktu di rumah sebagai Babysitter bayiku.

"Gil* kamu, Nad. Nggak takut karma apa, ngrebut suami majikanmu," celetuk salah seorang temannya.

"Hahaha ... Enggak lah. Karma apaan. Justru ini tuh rejeki."

Ha? Rejeki katanya? Kenapa mulutnya semenyebalkan itu.

"Tapi kamu nggak sepadan sama istrinya. Level dia ada jauh di atas kamu," tutur temannya yang lain membuatku tersenyum tipis.

Temannya saja sadar diri, kenapa Nadia bisa sepercaya diri itu?

"Heh, kamu ngremehin aku? Yang penting itu suaminya doyan sama aku, bukan seberapa tinggi level kami. Itu yang terpenting."

"Tapi kalau jadi aku, malu deh kalau nanti diselingkuhin balik sama tuh laki. Nyari gebetan tuh yang sepadan, atau kalau nggak yang belum punya bini."

Aku menganggukkan kepala meski tak sedang mengobrol dengan mereka. Sebenarnya teman-temannya memiliki pemikiran yang baik, tidak seperti Nadia yang sama sekali tak punya hati.

"Alah, persetan sama selingkuh. Yang penting sekarang aku menikmati permainan ini. Dompetku tebel, semua kebutuhanku terpenuhi."

Kuremas kedua tanganku, perempuan seperti Nadia benar-benar membuatku muak. Dia harus diberi pelajaran, tidak boleh dibiarkan halus terus-menerus.

Kutinggalkan mereka, lalu bergegas kerumah untuk menjalankan misiku sebelumnya. Ternyata babu itu terlihat polos hanya jika di depanku saja, di belakangku ternyata lebih berbisa dari ular kobra.

..

"Lho, ada apa, Bu?" Tanya Mbok Nem ketika aku mengemasi barang-barang Nadia.

Sari hanya melihatku dari kejauhan, dia terlihat baik, tapi lagi-lagi aku tidak boleh terlalu semudah itu percaya pada orang baru. Pengalamanku dengan Nadia membuatku begitu trauma jika harus percaya begitu saja pada orang baru.

"Oh, ini ... Aku mau memberi tahu Nadia, dimana seharusnya dia tinggal."

Kututup tas ransel miliknya, lalu membawanya keluar rumah. Sedang Sari, kusuruh pindah ke kamar Nadia yang lama berserta seluruh barang-barangnya.

Kutunggu sampai perempuan itu sampai di rumah. Sudah cukup kesabaran yang kuberikan padanya. Kini, saatnya aku memperjuangkan rumah tanggaku, atau melepasnya dengan ikhlas.

Mas Darma kebetulan tidak kerja. Katanya kepalanya pening. Rasakan saja sendiri. Siapa yang menyuruhnya memiliki perilaku seburuk itu. Dasar buaya!

Hari ini pun aku meninggalkan rutinitasku sebagai pemilik resto. Waktu kugunakan sepenuhnya untuk menyegarkan otakku lagi. Namun, belum sampai pikiranku terasa lebih tenang, masalah baru justru muncul begitu saja.

Rupanya Nadia bersikap polos dan baik hanya jika di depanku saja. Melainkan jika di belakangku dia bersikap bak serigala berbulu domba.

"Apa lagi ini? Tidak habis-habisnya ya kamu, Dek," celetuk Mas Darma ketika aku baru saja melempar tas ransel milik gund*knya.

Perkataannya tak kujawab, karena tawaranku bercerai tempo hari pun tidak dijawab olehnya. Jika dia memang takut kehilanganku, kenapa harus berselingkuh?

Jika berselingkuh saja dia terlihat sangat menikmati, kenapa saat ketahuan harus mengelak?

"Dek, kamu dengar tidak? Aku masih suami kamu, lho. Sudah cukup kamu berprasangka buruk sama aku dan Nadia. Kamu hanya salah paham."

Lagi, Mas Darma mengelak.

"Sudah juga, Mas. Aku muak mendengar elakanmu itu. Jika pun kamu memang berselingkuh, aku tak masalah. Itu hakmu. Tapi aku juga minta hakku kamu penuhi!" tandasku geram setelah Mas Darma membeo.

Tanpa kulihat wajahnya, aku bisa tahu kalau dia tengah menahan emosi. Namun semua itu sama sekali tidak membuatku gentar.

Jika kemarin aku ingin mengembalikan Nadia ke yayasan secara terhormat, maka kali ini aku akan melempar perempuan itu ke jalanan tanpa bekal apapun. Biar saja, rasa belas kasihanku sirna begitu saja setelah dia mempermainkan kepercayaanku.

"Dek ...."

"Mas!" Aku berganti membentak Mas Darma ketika dia hendak menyampaikan elakannya lagi.

"Apa aku perlu memanggil Satya kemari? Membawa semua bukti bahwa kemarin kamu sempat honeymoon dengan perempuan itu?"

Seketika Mas Darma mengernyitkan dahi. "Satya katamu?"

Aku dan Mas Darma saling bertatapan, tapi kali ini tatapan kami penuh dengan amarah. Kurasakan lambat laun debar cinta di hatiku telah musnah begitu saja untuk Mas Darma.

Aku memang tipe seorang perempuan yang jika sekali dikhianati maka rasa di hatiku akan pudar begitu saja. Seharusnya Mas Darma tahu akan itu, tapi entah kenapa setan begitu mudah merasuk di dalam relung hatinya sehingga dengan teganya mengkhianati cintaku seperti ini 

Terlebih, diantara kami sudah terlahir Arkan, seharusnya dia bisa menimbang seribu kali jika hendak mengkhianatiku. Namun apa? Bahkan pengorbananku ketika melahirkan darah dagingnya saja tak ia hargai.

Jika sudah begini, apa aku masih harus sabar? Harus tetap baik dan bersikap sopan padanya? Meskipun saat ini statusnya masih sebagai suami dan kepala rumah tangga di rumah ini, tapi jika keadaannya sudah begini maka tak ada lagi rasa hormat lagi padanya.

"Jadi kamu berhubungan lagi dengan Satya?"

Aku tersenyum miring, lalu mundur menjauhinya yang masih menatapku tajam. Dia pikir, hanya dia saja yang boleh melanggar kepercayaan kami?

Ya ... Satya adalah seorang yang sangat dibenci oleh Mas Darma. Dia adalah rival Mas Darma sejak kuliah, dari mulai nilai pelajaran yang selalu kejar-kejaran, tender perusahaan, hingga urusan wanita, yaitu aku.

"Hahaha ... Jika dia bisa membantuku. Kenapa tidak, Sayang?" Kuberi penekanan pada akhir kalimat. Biar saja, aku lihat reaksi Mas Darma setelah ini.

"Oh iya, jangan lupa, kalau berani selingkuh, itu artinya kamu juga harus berani merelakan separuh hartamu untukku jika kita bercerai. Dan juga ... Aku tak masalah jika harus berpisah darimu. Toh ada Satya, dia jauh lebih kaya darimu, Sayangku."

Aku meledeknya, membuat hatinya semakin terbakar. Sejak kuliah, Mas Darma sangat membenci Satya hingga aku pun sama sekali tidak boleh berhubungan dengannya. Tak masalah bagiku saat itu, karena rasa cintaku pada Mas Darma begitu besar.

Namun, hal itu tidak berlaku sekarang. Sakit hatiku telah mengalahkan segalanya. Meskipun perkataanku pada Mas Darma hanya sebuah bualan saja, tapi aku yakin kalau hal itu bisa membuat hatinya semakin terbakar api amarah.

"Jangan lupa proses pemindahan barang-barang ya, Mas. Soalnya nanti kalau kita cerai rumah ini bakal aku jual, aku belikan baru buat Arkan nanti."

"Apa? Dijual?" Pekik Nadia dari depan sana, membuatku semakin tersenyum lebar.

Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (6)
goodnovel comment avatar
Budiyanti Yanti
aduh mutar mutar ceritanya,baru Bagun tidur kayak author nulis ceritanya
goodnovel comment avatar
Isabella
bilang dong km juga dr Bali jadi km lihat dg mata kepalamu sendiri
goodnovel comment avatar
Lisbet Saragih
makin seru
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Skandal BabySitter dan Suamiku   Bab 35

    Dua tahun kemudian ...."Selamat Alia atas pernikahanmu," ucap Almira dengan memberiku pelukan hangat.Aku tersenyum, dan membalas pelukannya sedang pengantin lelaki yang ada di sampingku pun ikut tersenyum. Kami sedang menjadi raja dan ratu sehari hari ini, dan harapan kami semoga pernikahan ini akan langgeng hingga tua nanti.Ya, hari ini aku menikah. Menikah untuk kedua kalinya setelah pernikahanku yang pertama gagal karena suamiku lebih memilih babysitter anak kami sendiri. Pernikahan keduaku ini pun tak semudah yang dibayangkan, aku sudah melalui banyak sekali hal yang membuatku jatuh bangun hingga akhirnya aku memantapkan hati untuk menikah dengannya."Satya, selamat ya. Semoga kamu bisa menjadi suami yang baik untuk Alia dan menjadi ayah yang baik untuk Arkan." Lagi, Almira memberi selamat pada kami, terutama pada Satya.Pada akhirnya aku menikah dengan Satya, lelaki yang sudah menemaniku sejak beberapa tahun terakhir ini. Suka duka sudah kami lalui bersama hingga akhirnya kami

  • Skandal BabySitter dan Suamiku   Bab 34

    "Sudah kubilang, jangan mengumbar cerita masalalu kita kepada oranglain. Aku tidak suka. Lagipula untuk apa kamu menceritakan kisah kita pada Alia? Kita sudah menjadi masalalu, dan aku berhak bahagia juga," tandas Irvan ketus.Aku yang berdiri tak jauh dari mereka bisa mendengar percakapannya dengan sangat jelas. Sengaja, aku ingin mendengar percakapan mereka yang mungkin tak akan diceritakan padaku. Almira adalah sabahat yang baik, Irvan pun demikian. Tak kupungkiri aku pun tidak bisa memihak pada salah satu diantara mereka.Keduanya kuanggap sangat baik meski pada kenyataannya Irvan menyatakan perasaannya padaku. Kupikir ini adalah jalan yang dipilih Tuhan untukku, sebagai pengganti Mas Darma tentunya. Namun jika sekarang kuketahui kenyataan yang seperti ini, apa aku tega untuk bersama Irvan? Sedang tangis Almira saja masih terngiang jelas di kepalaku.Lagipula aku tidak suka dengan sikap Irvan yang seakan menutupi apa yang tengah terjadi di antara kami. Dia sudah membohongi Almira

  • Skandal BabySitter dan Suamiku   Bab 33

    "Duduklah dulu, mari kita nikmati malam ini dengan sangat santai. Jangan terburu-buru, lagipula kamu juga baru sampai, kan?" tuturku ketika melihatnya sedikit tergesa-gesa dengan perasaannya.Irvan terlihat menggaruk kepalanya, lalu duduk di hadapanku yang terhalang oleh sebuah meja bundar dan penuh dengan lilin serta bunga. Tak kupungkiri, ini terlihat sangat manis dan romantis. Hanya saja lagi-lagi aku seperti tak bisa menikmatinya karena seluruh pikiranku masih tertuju pada Almira. Mungkin aku tak akan tenang sampai aku menanyakan hal itu kepadanya.Semoga saja semua yang kupikirkan mengenai Irvan tak benar, dan semua itu hanya pikiran burukku semata. Bukankah di dunia ini ada banyak orang yang berwajah mirip?"Terimakasih kamu sudah mau datang, Alia," ujar Irvan ketika ia sudah mendudukkan tubuhnya di atas kursinya.Aku tersenyum tipis dengan menganggukkan kepala. "Iya, sama-sama. Lagipula aku tak mungkin tidak datang, karena memang ada sesuatu hal juga yang ingin kusampaikan pada

  • Skandal BabySitter dan Suamiku   Bab 32

    Tak terasa aku sudah menghabiskan waktu selama dua jam bersama Almira. Memang, jika sudah bertemu seperti ini membuat lupa waktu. Perbincangan demi perbincangan hangat kami benar-benar membuat lupa waktu.Almira adalah pribadi yang menyenangkan, dia tidak sombong dan sangat asik ketika diajak berbincang seperti ini. Hanya saja kami jarang bertemu karena kesibukan masing-masing, terlebih semenjak aku berusaha menyibukkan diri setelah perpisahanku dengan Mas Darma."Alia, makasih ya. Aku seneng banget bisa ngobrol banyak sama kamu," tutur Almira ketika kami hendak berpisah."Nggak usah berterimakasih, aku juga seneng banget bisa ketemu kamu. Setidaknya pertemuan kita kali ini membuatku bisa tertawa lepas," ucapku menimpali.Kami sama-sama tersenyum, lalu bangkit dan hendak meninggalkan meja yang telah kami duduki sejak dua jam yang lalu. Namun perhatianku teralihkan oleh dompet Almira yang terbuka karena jatuh dari tasnya."Al, dompetmu jatuh," ucapku dengan lantas menunduk hendak menga

  • Skandal BabySitter dan Suamiku   Bab 31

    Sepanjang perjalanan aku sama sekali tidak bisa fokus, karena masih memikirkan apa yang baru saja dikatakan oleh Satya. Ya, perbuatan Satya yang mengakuiku sebagai kekasihnya di depan mantan pacarnya membuatku sangat tidak nyaman.Selain aku tidak suka kebohongan, aku juga tidak nyaman dengan sandiwara yang dia mainkan. Bagaimana bisa, dia membawakan sandiwara itu seperti dengan menggunakan hati? Jika tak sengaja aku menggunakan hati juga, apa yang akan dia lakukan?Astaga ... Apa yang aku pikirkan? Tidak mungkin semua itu terjadi karena persahabatanku dengannya sudah terjalin sangat lama. Mana mungkin Satya memiliki perasaan itu padaku, dan juga denganku, aku juga tidak mungkin memiliki rasa itu.Saat ini saja aku tengah gundah dengan perasaan yang baru saja diutarakan oleh Irvan, bagaimana mungkin aku justru menambah beban di dalam hatiku? Rasanya hidupku baru saja tenang selepas dari Mas Darma, lalu apa sekarang aku akan memperkeruhnya lagi dengan perasaan yang mungkin tak nyata in

  • Skandal BabySitter dan Suamiku   Bab 30

    "Em ... Tapi tidak ada salahnya kan kamu membuka hati lagi? Mana mungkin kamu akan sendiri terus seperti ini?" tandas Satya dengan menatapku dalam.Aku hanya menghela nafas dalam, lalu mengalihkan pandangan. "Eh, lihat. Besok kalau ada waktu luang lagi ajak aku ke sana, ya," kataku dengan menunjuk sebuah restoran yang baru saja buka dan mengadakan diskon besar-besaran untuk makanan utamanya.Sejujurnya, aku hanya ingin mengalihkan pembicaraan karena sebenarnya aku sendiri pun bisa pergi ke sana tanpa Satya. Pembicaraan Satya rasanya sangat menusukku, itulah sebabnya aku memilih untuk mengalihkan pembicaraan.Awalnya Satya terdiam, mungkin dia juga merasa jika sebetulnya aku hanya mengalihkan pembicaraan saja. Namun pada akhirnya dia lantas menyahut perkataanku. "Oh, restoran baru itu, ya? Baik lah, besok kita coba. Kebetulan makanan jepang adalah makanan kesukaanku," tuturnya dengan ikut melihat restoran di depan sana.Lewat ekor mataku, kulihat Satya menatap lekat restoran yang baru

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status