Alvaro pulang ke rumah, mendapati istrinya yang sedang memasak. Menginap hanya satu malam, kemudian ke kantor keesokan harinya seperti biasa. Ia pikir papanya akan konsisten dengan ucapannya yang membela Alvaro pada mamanya. Tapi justru ikut menyalahkan dengan yang diakui oleh Alvaro.Semakin rumit, tapi Alvaro juga berpikir keadaan orangtuanya Anjani. Mereka juga pasti akan keberatan tentang kehamilan Anjani yang tidak diketahui oleh mereka. Anjani hanya mengabari lewat telepon. Tapi tidak untuk bertemu. Dia memiliki banyak alasan agar tidak bertemu dengan keluarga yang lain.Anjani menyendiri, kesepian, ketakutan. Tapi Alvaro menyadari semua kesalahannya.Dia membawakan daster baru untuk Anjani sengaja dia beli sebelum pulang ke rumah. Dia menghampiri Anjani yang sedang masak.“Mas, aku kan lagi masak.”Anjani sedang memasak sup telur kesukaannya. “Aku beli daster buat kamu. Kamu kan pengen.”“Nanti, Mas. Ini lagi masak lho, nanti lupa taruhin bumbu. Mas nggak mandi dulu?”Alvaro ha
Alvaro dihubungi oleh orangtuanya untuk berkunjung ke sana. Ia sudah pindah ke rumah baru dari hasil jerih payahnya sendiri. Tinggal berdua dengan Anjani. Rumahnya memang tidak besar. Bahkan tidak bertingkat. Tapi Alvaro merasa nyaman. Bisa tinggal berdua dengan istrinya, tidak perlu memikirkan banyak masalah.Mobil mewahnya telah dia jual sebagai tambahan untuk hidup bagian depannya. Beberapa koleksi mobil mewahnya tidak lagi menjadi miliknya. Menyisakan hanya satu mobil saja yang dia bawa. Apalagi rumah itu juga harganya masih ratusan juta rupiah.Anjani juga suka, mereka bisa kerja sama untuk beres-beres. Ukurannya sama dengan rumah yang dulu menjadi tempat tinggal mereka berdua.Malam ini dia menginjakkan kaki di rumah orangtuanya karena perintah dari sang papa yang meminta dia untuk hadir di sini. Tanpa ada Anjani.kalau tahu nanti ucapan pedas dari orangtuanya bisa saja dilontarkan karena orangtuanya tidak pernah berpikir dalam mengeluarkan pendapat mereka.Alvaro dipersilakan d
Alvaro belanja bulanan untuk keperluan rumah tangganya berdua dengan Anjani, ada banyak kacang-kacangan juga buah yang dibelinya di supermarket. Belanja sendiri tanpa membebani istrinya.Wanita itu dia perintahkan untuk di rumah saja untuk istirahat. Kandungan istrinya sudah memasuki bulan ke delapan. Maka, Alvaro harus tetap siaga untuk menemani setiap proses itu. meskipun orangtuanya Anjani sering mengabari. Tapi mereka tidak tahu tentang kehamilan itu.Alvaro juga sembunyi dari semua orang.Dia memilih kubis merah kesukaan Anjani untuk memasak, disajikan dengan tempe atau salmon, karena Anjani mengurangi makan daging. “Al.” dia menoleh mendengar panggilan tersebut.Dilihatnya ada ibu mertuanya yang menyapa. “Ma.” Jawab Alvaro lalu bersalaman dengan wanita itu.“Anjani nggak ikut?”“Nggak, Ma. Aku yang belanja. Dia istirahat di rumah abis beres-beres.”Alvaro belum cerita juga kalau mereka berdua sudah pindah dari rumah yang lama. “Kenapa nggak pernah ajak Anjani pulang?”Pria itu t
Sampai detik ini Alvaro tidak beritahukan kepada istrinya kalau Dewi sudah tahu tentang kehamilan Anjani yang sudah terjadi di luar pernikahan. Tapi Alvaro masih tutupi itu dari istrinya. Biar saja istrinya mengetahui setelah melahirkan.Memangnya siapa yang mau dibohongi? Kenapa harus ditutupi?Pertanyaan itu masih terngiang di telinganya ketika Dewi menyerangnya. Ya, Alvaro memang salah tentang menghamili Anjani. Penyesalan juga tidak akan berguna. Yang bisa dilakukan hanyalah bertanggung jawab untuk istri dan anak-anaknya di masa mendatang.Memangnya siapa yang akan tanggung jawab selain dirinya? Alvaro bersyukur sekali dengan dua anak yang dikandung Anjani sehat. Setelah ini, yang akan menemaninya hanya Anjani juga anak-anak.Sedangkan dia tidak pernah berharap banyak tentang keluarga.Alvaro sendiri lupa bagaimana dirinya harus bisa tanggung jawab terhadap keluarganya sendiri. dari dulu, setiap kali ada kesalahan. Pasti yang dibuang adalah dirinya. Sedangkan untuk didukung melaku
Alvaro baru saja tiba di rumah setelah menjemput istri dan kedua anaknya dari rumah sakit. Anjani melahirkan dua orang anak yang lucu. Alvaro menemui mereka, meski Anjani sempat menolak kehadirannya karena merasa malu. Sementara Alvaro sudah siap dengan segala konsekuensi yang diterimanya.Anak laki-laki dan perempuan yang begitu manis, baru saja dia mengajak Anjani keluar dari mobil. Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit usai melahirkan. Kedua anaknya dibawa masuk terlebih dahulu ke kamar.Perlahan Anjani melangkah ke dalam rumah yang tidak begitu besar, tapi Alvaro lebih nyaman juga di sini dengan keluarga kecilnya. Hanya mereka berempat, tidak ada orang lain lagi yang terlibat dengan Alvaro.Kehidupan jauh lebih tenang yang sekarang, dibandingkan yang dulu. Alvaro tidak mendapatkan kebahagiaan itu.Begitu masuk, Anjani terdiam. “Ini serius?” Tanya Anjani dengan ekspresi semringahnya.Ya, Alvaro meninggalkan rumah sakit untuk dekorasi kamarnya dan anak-anak. “Kamu suka?”“Suk
Aiden Mahendra dan Alea Queen Mahendra adalah nama untuk anak-anaknya Alvaro yang sekarang tambah dimanja oleh Alvaro. Hampir setiap malamnya Alvaro rela begadang demi anak-anaknya bisa mendapatkan ASI, sedangkan Anjani dia biarkan tidur. Tidak mau mengganggu jam tidur istrinya karena mengurus anak kembar itu tidak mudah.Tapi rasanya Alvaro begitu bahagia menemani masa hamil, melahirkan bahkan mengurus anak-anak yang menggemaskan ini. Keduanya lucu dan disayangi Alvaro. Setiap hari yang bertugas memandikan anak-anak adalah Alvaro. Dia sama sekali tidak kaku melakukan itu, karena dari Anjani belum melahirkan, Alvaro sudah belajar melakukan itu. Jarang-jarang ada pria yang mau melakukan itu dan menunggu istrinya seperti Alvaro lakukan.Biar saja pria lain gengsi melakukannya. Tapi Alvaro ingin jadi suami idaman untuk Anjani. Menjadi ayah yang dibanggakan oleh si kembar di kemudian hari. Meski ada kesalahan di masa lalu. Alvaro tidak akan lari dari tanggung jawabnya.Rumah sederhana den
Seperti janjinya, Alvaro mengundang neneknya untuk datang ke rumah pribadinya untuk menengok kedua anaknya Alvaro dan juga Anjani. Itu dilakukan semata karena sebentar lagi Anjani akan diboyong ke rumah orangtuanya. Tidak menutup kemungkinan juga Alvaro akan lebih dekat dengan mertua dibandingkan orangtuanya sendiri hanya karena anak.Alvaro sudah mengakui kesalahannya. Tapi orangtuanya tidak mendukung dia untuk bertanggung jawab dengan kesalahan yang telah diperbuat. Semua yang dilakukan oleh Alvaro karena cintanya pada sang istri yang besar. Juga kedua anaknya butuh kasih sayang darinya. Tapi orangtuanya menolak itu dengan tegas. Bahwa Alvaro tidak boleh hidup dengan Anjani.Orangtuanya masih sering mengirimkan pesan tidak penting itu ke Alvaro. Mengenai persiapan perceraian Alvaro dengan Anjani. Tidak digubris sama sekali karena rumah tangganya tidak boleh tersentuh oleh siapa pun. Termasuk orangtuanya kalau ingin ikut campur, maka bersiap diri akan menelan kecewa.Seorang kepala k
Alvaro mematikan komputernya setelah dia selesai bekerja malam itu. Pekerjaan di kantor terpaksa dibawa pulang karena ada laporan penting yang akan diperiksa atasannya. Usai mengerjakannya, dia keluar dari kamar untuk menemui anak dan istrinya. Sudah lima bulan lamanya tinggal di sini. Alvaro yang merasakan kehangatan keluarga ini paling nyaman sekali.Terlebih lagi dua adiknya Anjani juga yang membantunya dalam hal ekonomi. Meskipun Alvaro tidak meminta bantuan, namun keduanya memberikan bantuan untuk si kecil. Entah itu kebutuhan popok maupun baju. Adiknya Anjani memang ditanamkan sifat peduli oleh orangtua mereka.Tidak salah kalau Anjani tidak asing dengan adiknya meskipun beda Ibu. Kedua orang itu memang sangat baik sekali dalam menghormati, kadang mengajak kedua anak mereka jalan-jalan.Pria itu baru saja selesai dengan pekerjaannya. Dia melihat kedua anaknya sedang disuapi oleh Anjani. “Eh, udah belajar makan?”“Ya, Mama yang suruh. Katanya suapin aja, Mas.”Pria itu menemani i