Share

76 | Satu Langkah Lagi

Penulis: MAMAZAN
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-19 11:27:43

Damien menutup laptopnya, waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang—waktunya untuk beristirahat sejenak setelah pagi yang sibuk. Ia merencanakan kunjungan ke kediaman orang tuanya untuk makan siang. Dengan tarikan napas panjang, ia bangkit dari kursinya. Tubuh tegapnya bergerak tenang, namun matanya segera menangkap sesuatu yang membuat kedua alisnya mengernyit.

Di depan pintu ruangannya, sosok Tessa berdiri, tampak gelisah. Tangannya yang memegang map sedikit gemetar, dan tatapannya tak bisa tenang menatap lantai. Damien memperhatikan setiap gerakannya, merasa ada yang tidak biasa dari asistennya itu.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Damien melangkah pelan mendekati Tessa. Langkah kakinya nyaris tak bersuara di atas lantai yang mengkilap, menambah keheningan di ruang itu.

"Tessa..." panggil Damien dengan nada lembut.

Tessa sontak tersentak. Matanya membelalak sesaat sebelum beralih cepat ke wajah Damien, ia panik dan dengan cepat mengalihkan pandangannya.

"Ah, Pak Damien," Tessa terb
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Hanisah Nisa
Damien lelaki menjijikan.....rata2 wanita....semuanya.....menjijikan....tidak hairan Chiara.....tak suka dengan lelaki seperti itu.....semua perempuan di radaknya.......memualkan........bolehlagi...bermain dengan Dua wanita sekaligus....apa punya laki....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Skandal Panas Presdir Tampan   83 | Pertemuan Tidak Terduga

    Sejak Damien mendonorkan darah untuknya, kondisi Luca berangsur membaik. Sesekali, dokter dan perawat datang mengecek keadaan bocah itu. Dokter Moretti selalu memberikan anggukan kecil setiap kali melihat perkembangan Luca. Perawat-perawat yang berjaga pun tersenyum lega, memperbaiki letak selang infus dengan hati-hati.“Bagaimana kabar jagoan kita?” sapa salah satu perawat dengan lembut, matanya berbinar melihat pipi Luca yang mulai berwarna kemerahan.Damien tersenyum tipis, sementara Luca hanya mengangguk, sedikit tersipu. Setiap kali tim medis datang, Luca tampak lebih cerah, seolah setiap kata pujian mereka menjadi obat tambahan yang membuatnya semakin kuat.Setelah tim medis keluar, Damien kembali melanjutkan ceritanya. “Nah, seperti yang aku bilang tadi, di Kanada, ada danau yang membeku saat musim dingin. Kau tahu, orang-orang bisa berjalan di atasnya, bahkan mereka bisa bermain seluncur es di sana.”Mata Luca membulat takjub. “Berjalan di atas danau? Tapi itu air, bagaimana b

  • Skandal Panas Presdir Tampan   82 | Menjadi Dekat

    Dona dan Tessa berdiri dari kursi mereka dengan perlahan, memberikan senyuman kecil kepada Damien yang masih duduk di samping ranjang Luca. Dona mengambil tasnya, sementara Tessa merapikan rambut yang sedikit berantakan, mereka bersiap meninggalkan ruangan.Damien mengangguk pelan ketika Dona memberikan isyarat dengan matanya, seolah meminta izin untuk pergi. “Aku akan mengurus administrasi untuk kepulanganmu, Damien,” ujar Dona lembut.“Dan aku akan membereskan barang-barang Pak Damien di kamar VIP,” tambah Tessa, sambil tersenyum lembut ke arah Damien.Damien tersenyum simpul, matanya tenang seperti biasa. “Terima kasih,” jawabnya singkat, mengangguk kecil sebagai tanda izin bahwa mereka boleh pergi.Sebelum benar-benar melangkah keluar, Dona dan Tessa mendekat ke ranjang Luca. Anak laki-laki itu masih berbaring lemah, tapi senyumnya tak pernah pudar. Mata birunya yang cerah memandang Dona dan Tessa dengan penuh rasa terima kasih.“Terima kasih, Bibi,” ucap Luca dengan suara pelan,

  • Skandal Panas Presdir Tampan   81 | Anak Laki-Laki

    Damien duduk di kursi transfusi, lengan kirinya terbuka, dengan jarum infus yang tertancap di bawah kulitnya. Wajahnya terlihat tenang, saat proses transfusi darah berlangsung. Sorot matanya lurus saat ia tenggelam dengan pikirannya sendiri, sementara darah mengalir perlahan melalui tabung menuju kantong transfusi di sampingnya.Di sisi lain, Dokter Morretti berdiri tegap, memperhatikan monitor dengan seksama. Ia tahu betapa berartinya darah yang Damien donorkan ini.Di sudut ruangan, Dona dan Tessa tak henti-hentinya memperhatikan Damien. Dia dan Tessa sesekali terlibat percakapan dengan suara pelan,salah satu isi percakapan mereka tentang identitas anak laki-laki, yang wajahnya terlihat mirip dengan Damien.“Dia hanya butuh satu kantong,” gumam Dokter Morretti setelah memeriksa catatan medis. “Proses ini tidak akan lama.”Waktu berjalan lambat. Sekitar tiga puluh menit berlalu dalam keheningan, hanya suara mesin yang terdengar.Akhirnya, kantong darah penuh, dan mesin otomatis berhe

  • Skandal Panas Presdir Tampan   80 | Mirip Damien

    Damien mengangguk, menatap Dona dengan tenang. "Dokter Moretti sudah bilang kalau kondisiku baik-baik saja. Kamu tak perlu khawatir," katanya sambil memberikan senyuman khasnya.Meskipun masih terlihat cemas, Dona dan Tessa akhirnya setuju untuk membiarkan Damien menjalani proses donor darah. Dokter Moretti segera meminta perawat untuk menyiapkan ruangan dan peralatan untuk proses transfusi."Baiklah, Tuan Damien. Silakan kita pindah ke ruangan donor," kata Dokter Moretti sambil membuka pintu, menunggu Damien dan kedua wanita itu mengikuti.Damien berjalan keluar dari ruang perawatannya dengan bantuan perawat yang menemani, diapit oleh Dona dan Tessa di kedua sisinya. Mereka berjalan menuju ruang donor, namun saat mereka tiba di meja perawat yang berjaga di depan pintu, seorang perawat muda yang sedang berdiri di sana tiba-tiba terkejut melihat Damien.Mata perawat itu membelalak sesaat, sebelum buru-buru menormalkan ekspresinya. Ekspresi kaget itu tidak luput dari perhatian Damien, D

  • Skandal Panas Presdir Tampan   79 | Golongan Darah

    Selama tiga hari, Dona dan Tessa secara bergantian menemani Damien di kamar VIP, selalu berada di sisinya, memastikan Damien mendapat perawatan yang baik. Kedua wanita cantik itu berbagi tugas dengan baik, satu malam Dona yang menjaga, malam berikutnya Tessa. Keduanya memastikan Damien tidak pernah merasa sendirian.Sedangkan Tyler hanya berkunjung sesekali untuk melihat Damien, Ia bersama Nathalie, sibuk mencari jejak keberadaan Chiara yang hilang secara misterius.Mereka berdua terus bergerak tanpa jeda, namun belum menemukan titik terang keberadaan Chiara. Tidak lupa Tyler memberikan kabar kepada Dona dan Tessa.Sementara itu, kedua orang tua Damien, yang tidak bisa datang karena kesibukan mereka di luar negeri, terus memantau perkembangan kondisi anak mereka dari jauh. Setiap beberapa jam, Tessa atau Damien sendiri akan menerima panggilan dari mereka.Pukul 11 siang waktu Roma, suasana di kamar VIP Damien terasa sedikit lebih tenang dari biasanya. Dokter Moretti, pria paruh baya y

  • Skandal Panas Presdir Tampan   78 | Menunggu

    Damien perlahan membuka matanya, mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan diri dengan cahaya lembut yang menerangi ruangan. Langit-langit putih di atasnya tampak asing. Kepalanya masih terasa berat, seolah beban tak kasat mata menekan pelipisnya. Samar-samar, suara percakapan terdengar dari ujung ruangan. Ia tidak mengenali suara pria yang berbicara, namun telinganya menangkap suara lembut yang ia kenal, Dona."Apa dia baik-baik saja, Dok?" Suara Dona terdengar penuh kekhawatiran."Kondisinya stabil. Tidak ada cedera serius, hanya kelelahan dan kurang istirahat. Itu penyebab dia pingsan," jawab pria itu, yang tak lain adalah dokter yang merawat Damien.Damien mencoba menggerakkan tubuhnya, merasakan nyeri di beberapa bagian. Pandangannya semakin jelas, memperlihatkan pemandangan ruangan sederhana dengan perabot minimalis. Sebuah ranjang rumah sakit, tirai putih yang sedikit berayun karena AC, dan monitor di sisi tempat tidurnya yang mengeluarkan bunyi ritmis lembut.Dokter menoleh k

  • Skandal Panas Presdir Tampan   77 | Kenangan Pahit

    Tiga hari kemudian, Damien dan Tessa turun dari jet pribadi di Bandara Leonardo da Vinci–Fiumicino, Roma. Matahari pagi yang cerah menyambut mereka, menyinari landasan yang luas dan menghangatkan udara sekitar. Damien mengenakan setelan jas hitam klasik dengan kemeja putih di dalamnya.Kacamata hitam menutupi sebagian wajahnya, namun tak bisa menyembunyikan garis rahangnya yang tegang. Langkah kakinya yang mantap tak bisa menyembunyikan guncangan batinnya saat memandang langit biru Roma yang cerah.Ketika angin sepoi-sepoi menerpa wajahnya, seolah memaksa kenangan lama tentang Chiara kembali membanjiri pikirannya. Wajahnya yang dulu dipenuhi dengan tawa bahagia, kini terbayang dengan jelas di benak Damien.Suara tawanya, senyum yang selalu menenangkan, semuanya seakan kembali hidup dalam ingatan, memukul dadanya dengan rasa rindu yang selama ini ia kubur dalam-dalam. Jantungnya bergetar, rasa sakit yang ia pikir sudah hilang ternyata hanya bersembunyi, menunggu saat yang tepat untuk m

  • Skandal Panas Presdir Tampan   76 | Satu Langkah Lagi

    Damien menutup laptopnya, waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang—waktunya untuk beristirahat sejenak setelah pagi yang sibuk. Ia merencanakan kunjungan ke kediaman orang tuanya untuk makan siang. Dengan tarikan napas panjang, ia bangkit dari kursinya. Tubuh tegapnya bergerak tenang, namun matanya segera menangkap sesuatu yang membuat kedua alisnya mengernyit.Di depan pintu ruangannya, sosok Tessa berdiri, tampak gelisah. Tangannya yang memegang map sedikit gemetar, dan tatapannya tak bisa tenang menatap lantai. Damien memperhatikan setiap gerakannya, merasa ada yang tidak biasa dari asistennya itu.Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Damien melangkah pelan mendekati Tessa. Langkah kakinya nyaris tak bersuara di atas lantai yang mengkilap, menambah keheningan di ruang itu."Tessa..." panggil Damien dengan nada lembut.Tessa sontak tersentak. Matanya membelalak sesaat sebelum beralih cepat ke wajah Damien, ia panik dan dengan cepat mengalihkan pandangannya."Ah, Pak Damien," Tessa terb

  • Skandal Panas Presdir Tampan   75 | Bekerja Sama

    Mata Dona membelalak, bibirnya terbuka seakan tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Di depannya, Tyler dan Nathalie saling melirik, mereka tak mengerti perubahan ekspresi Dona yang tiba-tiba tersipu dengan wajah kemerahan."Kenapa?" tanya Tyler, mencoba mencari tahu apa yang terjadi. Matanya bergantian menatap Dona dan Nathalie.Nathalie, yang juga merasa ada sesuatu yang aneh, mengangkat alisnya seolah bertanya pada Dona tanpa kata.Dona, masih menggenggam ponselnya dengan erat, perlahan menarik napas panjang. Matanya menghindari tatapan kedua tamunya, bibirnya menipis dalam keraguan, sebelum akhirnya ia memberanikan diri untuk bicara. "Tyler... Nathalie..." suaranya bergeta, "Aku rasa... Tessa... dia... bersama Damien sekarang."Tyler langsung memiringkan kepalanya, begitu juga Nathalie yang tidak paham dengan perkataan Dona membuatnya mengerutkan keningnya."Apa maksudmu... bersama Damien?" Tyler bertanya, nada suaranya datar namun penuh rasa ingin tahu.Dona menundukkan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status