Home / Romansa / Skandal Panas Presdir Tampan / Bab 4 | Tabu Yang Menggoda

Share

Bab 4 | Tabu Yang Menggoda

Author: MAMAZAN
last update Last Updated: 2025-04-09 13:48:48

Damien merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, mencoba meredakan gelombang panas yang memenuhi tubuhnya. Bayangan adegan panas di kamar sebelah terus bermain di benaknya, wajah cantik Miranda yang tengah merintih kenikmatan terus memenuhi pikirannya, membuat miliknya seakan meronta di dalam celana.

“Ah, Tyler… apa kamu bisa sehari saja tanpa melakukan itu?” desis Damien dalam hati sambil menutup mata, mencoba meredakan ga irahnya yang memuncak. Dia merasakan denyut-denyut yang tidak bisa dia kendalikan.

Setelah beberapa saat mencoba meredakan diri, Damien akhirnya membuka mata dan bangkit dari tempat tidur. Dia merasa tidak bisa duduk diam, pikirannya terus dipenuhi oleh adegan yang baru saja dia saksikan.

Damien yang awalnya hendak mengajak Tyler makan malam di restoran hotelnya, memutuskan untuk makan malam di kamarnya saja. Dia tahu Tyler pasti tidak akan menyelesaikan pertarungan panasnya dengan Miranda dalam waktu cepat. Dengan langkah tergesa, Damien beranjak menuju meja kecil yang ada di sudut kamar, lalu mengambil telepon untuk menghubungi resepsionis hotel.

"Selamat malam, Tuan Damien. Ada yang bisa saya bantu?" sapa seorang resepsionis dengan suara ramah.

"Selamat malam, tolong bawa makan malam ke kamarku. Aku ingin beberapa hidangan spesial," ucap Damien sambil menyebutkan hidangan yang diinginkan.

Beberapa menit kemudian, terdengar suara pintu kamar Damien di ketuk, dia segera bangkit dari duduknya dan membuka pintu kamarnya, Damien sedikit terkejut tatkala mendapati jika Resepsionis yang dia hubungi tadi yang mengantarkan pesanannya.

Damien mempersilakan resepsionis cantik itu masuk, resepsionis itu tersenyum ramah dan mendorong troli berisi makanan memasuki kamar mewah yang di tempati Damien.

Damien berdiri di dekat pintu, memandangi resepsionis yang sedang sibuk mengatur hidangan di atas meja. Resepsionis itu memiliki paras cantik, kulitnya yang halus dan rambutnya yang terurai panjang menambah pesona. Bentuk tubuhnya terlihat indah, dengan dua bongkahan indah di bagian dadanya yang menonjol membuatnya sulit diabaikan.

Damien tiba-tiba membayangkan resepsionis itu tengah berbaring di atas tempat tidur tanpa sehelai benang pun. Fantasi liar memenuhi pikirannya, merintih kenikmatan seperti Miranda, di mana dirinya mendaki puncak kenikmatan bersama sang resepsionis. Ga irahnya kembali memuncak, dan dia berusaha keras untuk mengendalikannya.

Nafas Damien kian memburu, dia perlahan menutup pintu kamarnya tanpa sang resepsionis sadari dan menguncinya. Dengan langkah ringan, dia mendekati meja di mana resepsionis itu sibuk mengatur hidangan.

Damien tidak bisa lagi menahan desakan ga irahnya, dia memegang kedua lengan resepsionis itu dengan lembut. Resepsionis itu menoleh padanya dengan raut muka bingung, namun senyum Damien yang penuh ga irah menutupi kebingungannya.

"Pa… Pak Damien," ucap resepsionis cantik itu dengan raut wajah gugup.

Resepsionis itu tersentak kaget, namun tidak menolak ketika Damien membalik tubuhnya dan langsung mencium bibirnya. Awalnya, dia terkejut, tetapi segera merespons ciuman dari Presdirnya itu.

Tangan Damien menjelajahi lembut tubuh resepsionis itu, menyisir setiap lekuk yang memikat. Damien merasakan napas resepsionis itu yang semakin memburu seiring dengan meningkatnya ga irah di antara mereka.

Damien memutuskan ciumannya untuk sejenak menatap mata resepsionis itu, "Siapa namamu?" tanyanya dengan napas yang tersengal.

"Lily.. Pak," jawabnya dengan suara lembut dan mata yang penuh hasrat.

"Lily," ulang Damien, melumat bibirnya kembali dalam ciuman yang penuh nafsu, mereka tenggelam dalam kenikmatan.

Damien perlahan membimbing tubuh Lily menuju tempat tidur, tangannya menelusuri punggung Lily lalu merebahkan tubuh Lily di atas tempat tidur, tangan Damien terus bergerilya di setiap lekukan indah tubuh Lily.

Ciuman yang terjadi pun semakin intens dan liar, tak ada dari mereka yang hendak mengalah, hingga.

"Hah… maaf Lily aku sepertinya kelepasan," ucap Damien yang berusaha keras menjaga kesadarannya agar tidak melampaui batas.

Namun, reaksi Lily sontak membuat ga irah Damien kembali bangkit, Lily tersenyum nakal dengan wajah kemerahan, lalu berkata, "Pak Damien, a… aku tidak keberatan selama itu bisa membuat Pak Damien senang."

Damien sejenak terlihat ragu sebelum kembali membungkuk dan mencium bibir Lily. Namun, ada sedikit keraguan yang terlintas di pikirannya, tidak yakin apakah dia siap menghadapi apa yang akan terjadi.

Lily menyadari hal itu, dia melepaskan ciuman mereka, lalu mendekatkan mulutnya ke telinga Damien.

"Jangan khawatir, Pak… aku tidak keberatan sama sekali, jadi Pak Damien bisa melanjutkan apa yang Pak Damien ingin lakukan," bisiknya yang langsung menghilangkan semua keraguan Damien.

Lily merasakan napas Damien di kulitnya saat sang Presdir mulai mencium dan menggigit pelan lehernya. Dia mengerang lembut, semakin terang sang oleh sentuhan yang di berikan Damien.

Tangan Damien dengan terampil menanggalkan pakaian Lily, ia melakukan segalanya dengan sentuhan yang lembut, membuat Lily terhipnotis dengan kepiawaian pria tampan itu.

Bahkan tanpa ragu damien mencicipi area sensitif Lily dengan begitu laparnya, membuat Lily memegang kepala Damien dengan kedua tangannya, meremas rambut bagian belakang sang Presdir diiringi desahan tipis yang keluar dari mulutnya.

Matanya menutup rapat, kepalanya mendongak keatas saat Damien terus saja menyentuhnya dengan lembut.

Tak hanya itu, tangan damien un bergerak semakin berani ke area lainnya, dan hal itu membuat Lily semakin menegang dan tanpa malu meloloskan suara-suara yang semakin membangkitkan ga irah sang presdir tampan.

Lily dapat merasakan bagaimana terampilnya Damien menyentuh area sensitifnya, ia seakan ingin lebih dan lebih, bahkan ia menjerit, memohon meminta lebih kepada Damien, saat ia merasakan sesuatu yang menggelikan di dalam perutnya.

“Pa.. Pak… Ahh..” Lily berusaha menahan desahannya, dia menggigit bibir bawahnya sendiri.

Sang Predsir berhasil membuat seluruh tubuhnya gemetar dan bahagia, ia membiarkan Damien melakukan dan melanjutkan apapun yang Presdirnya itu inginkan, karena ia sendiri tak mungkin bisa menolak sentuhan senikmat ini dari seorang pria tampan, bahkan ia berpikir ini seperti mimpi bisa melakukannya dengan Predir tempat ia bekerja, “Oh Pak Damien...”

Bersambung...

890

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Septi Septi
bodoh banget itu cewe enak
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Skandal Panas Presdir Tampan   140 | Masih Ada Waktu

    Sore itu, langit Pulau Capri dihiasi semburat jingga keemasan dari matahari senja yang perlahan tenggelam di ufuk barat. Damien, Chiara, Tyler, Nathalie, Dawson, Dona, Tessa, dan Shawn melangkah santai di sepanjang Pantai Marina Piccola.Pasir lembut menyentuh telapak kaki mereka, sementara ombak kecil bergulung perlahan, menciptakan irama alami yang menenangkan. Chiara melingkarkan jemarinya pada tangan Damien, begitu pula Nathalie yang menggenggam erat tangan Tyler.Dona sesekali tersenyum kecil sambil merapatkan tubuhnya pada Dawson. Bahkan Shawn, yang tadinya terlihat canggung, kini tampak percaya diri menggenggam tangan Tessa, membuat pasangan barunya itu tersenyum manis.Mereka berhenti di sebuah tempat nyaman di tepi pantai yang dikenal sebagai Giardini di Augusto. Dengan pemandangan spektakuler Laut Tyrrhenian yang membentang lua

  • Skandal Panas Presdir Tampan   139 | Mengakuiku

    Dawson, Tyler, dan Damien berjalan mendekati Shawn yang sedang berdiri termenung. Wajah Shawn tampak penuh dengan pikiran, seolah terjebak dalam labirin ucapan Tessa sebelumnya.Dawson, dengan senyum lebar khasnya, tiba-tiba melingkarkan lengannya di pundak Shawn. "Shawn! Kapan kamu jadian sama Tessa?" tanyanya dengan nada menggoda.Shawn menoleh perlahan, alisnya sedikit terangkat saat menatap wajah Dawson yang penuh semangat."Hah? Maksudmu?" tanyanya bingung, seolah baru saja terbangun dari mimpi panjang.Dawson tersenyum bangga, ia menepuk-nepuk bahu Shawn. "Berarti instingku tepat karena ngajak kamu ikut, kan?" ujarnya dengan nada puas, membuat Shawn semakin mengerutkan dahi."Tunggu? Apa maksudmu?" Shawn bertanya lagi, kali ini suaranya terdengar lebih bingung.Sebelum Dawson sempat menjawab, Tyler

  • Skandal Panas Presdir Tampan   138 | Terpuaskan

    Shawn masih tercengang, duduk terdiam seperti patung yang kehabisan kata-kata. Di sampingnya, Tessa, menutup mulutnya menahan tawa karena reaksi Shawn."Mereka pasti akan lama, bagaimana kalau kita jalan berdua dulu?" tanya Tessa, tangannya meraih tangan Shawn.Shawn menoleh, masih terlihat bingung, pikirannya masih terpaku pada kata "bercinta" tadi."Hei, kamu mendengarku kan?" tanya Tessa lagi.Shawn tersentak kaget, dan tanpa sadar, ia merespons dengan kalimat yang tidak terduga, "Iya, bercinta, iya... ayo bercinta."“Pfftt!! Hahaha, apa-apaan kamu ini? Tiba-tiba mengajak melakukan itu." Tessa tidak bisa menahan tawanya lagi, suaranya pecah menjadi gelak tawa yang lepas.Wajah Shawn semakin merah, ia menunduk malu. “Fuck! Aku kenapa bilang itu!” erangnya dalam hati.Tessa, yang masih tertawa, bangkit dari duduknya, menarik tangan Shawn. "Ayo, kita jalan dulu,” ucapnya, yang kini tersenyum lembut menatap Shawn.Shawn ikut bangkit berdiri, berjalan mengikuti Tessa tanpa mengangkat wa

  • Skandal Panas Presdir Tampan   137 | Lebih Cepat, Please

    Kamar yang Tyler dan Nathalie tempati di villa itu, menyimpan suasana tidak kalah panasnya dibandingkan dengan kamar pasangan lainnya. Tanpa sehelai benang pun di tubuh keduanya, mereka terbebas dari segala penghalang, hanya meninggalkan keintiman yang mengharuskan mereka untuk saling terbuka.Di tempat tidur, tubuh Nathalie bergoyang liar di atas tubuh Tyler, dalam posisi yang memberinya kekuasaan penuh. Setiap gerakan pinggulnya, membuat Tyler terengah-engah, tidak bisa menahan erangannya yang meminta lebih."Lebih cepat, Nathalie... lebih cepat," desahnya, suaranya tercampur dengan napas yang memburu, mencari oksigen di tengah-tengah ekstasi.Keringat membasahi tubuh keduanya, menjadi saksi bisu dari keintiman yang mereka bagikan. Pinggul Nathalie terus bergerak liar, mengikuti irama yang hanya mereka berdua yang paham.Tangan Tyler, dengan refleks yang tepat, memegang pinggul Nathalie, sembari mengimbangi pergerakan tubuhnya, membawa mereka berdua ke puncak kenikmatan yang sama.T

  • Skandal Panas Presdir Tampan   136 | Terima Kasih Sudah Menungguku

    Tessa, di sisi lain, terlihat sedikit ragu, namun ia tidak mengungkapkan perasaannya secara terbuka.Begitu tiba di depan pintu, Shawn segera meraih gagang pintu dan membukanya. Namun, sebelum ia bisa melangkah masuk, Tessa sudah menarik tangannya yang digenggam oleh Shawn. Gerakan tersebut terjadi begitu cepat, sehingga Shawn terlihat sedikit terkejut.Shawn menatap Tessa, bertanya dengan nada penasaran, "Kenapa?" Ia tidak bisa memahami alasan di balik tindakan Tessa."Kamu pria yang aneh,” jawab Tessa disertai helaan nafas pelan. Setelah itu, ia meraih kopernya dan berbalik, menuju kamar kosong yang lainnya.Shawn, terkejut, "Tessa! Tunggu!" Panggilnya, Ia bergegas menyusul Tessa, meraih lengan Tessa dalam upaya untuk menghentikannya.Wanita cantik itu menoleh, wajahnya datar tanpa ekspresi, seolah tidak terpengaruh oleh reaksi Shawn."Kalau begitu aku yang ikut ke kamarmu," kata Shawn, penuh percaya diri, mengira Tessa mungkin tidak suka kamar yang dia pilih. Namun, jawaban Tessa t

  • Skandal Panas Presdir Tampan   135 | Pembagian Kamar

    Kapal pesiar pribadi itu perlahan meninggalkan pelabuhan Marina Grande, membelah ombak menuju Pulau Capri. Angin laut yang segar menerpa wajah mereka, membawa serta aroma asin khas laut Mediterania. Di sepanjang perjalanan, pemandangan tebing-tebing karst yang menjulang tinggi dengan gua-gua tersembunyi di bawahnya, menjadi pemandangan yang memanjakan mata.Kapal mereka tidak langsung menuju dermaga utama di Capri. Sesuai rencana, mereka singgah di beberapa spot menarik yang terkenal di pulau tersebut. Setelah puas berpetualang di laut, kapal mereka akhirnya merapat di dermaga utama Capri.Dari sana, mereka bergegas menuju tempat yang telah disewa oleh ayah Damien, sebuah vila mewah bernama Villa Aurora. Vila ini terletak di atas bukit, menawarkan pemandangan laut yang spektakuler.Begitu tiba di depan gerbang Villa Aurora, mereka disambut oleh seorang pria paruh baya yang ramah, yang memperkenalkan diri sebagai penjaga vila. Pria itu membuka gerbang, mempersilakan mereka masuk ke hal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status