Share

Bab 5 | Keraguan

Author: MAMAZAN
last update Last Updated: 2025-04-09 13:49:13

Kedua tangan Damien merayap naik menyentuh dua bongkahan indah di dada Lily, memberi remasan kuat, dan jari yang sekali-kali sengaja memainkan dua pucuknya.

Mulut Lily meracau tak karauan, desahannya terdengar semakin kuat, hal itu membuat Damien semakin bergairah, begitu Damien mengisap kuat klit Lily, tubuh recepsionis cantik itu kembali bergetar hebat, menjambak rambut Damien dengan kuat, disertai lenguhan panjang yang tak kalah kuatnya. Lily kembali mencapai puncak, dengan skala yang jauh lebih nikmat dari yang pertama.

Damien tersenyum puas, mengecup pelan bibir bawah Lily lalu mengarahkan wajahnya sejajar dengan wajah Lily, dia menikmati wajah Lily yang tersenyum puas, lalu mendaratkan ciumannya di bibir Lily, saling melumat penuh nafsu, di sertai suara nafas yang kian memburu.

Sambil saling melumat, Damien perlahan membuka celananya, dari balik boxer hitam miliknya terpampang cetakan milik Damien yang sedari tadi seakan sudah meronta minta di keluarkan.

Tangan Lily gemetar saat dia menjangkau untuk menyentuh cetakan kejantanan Damien yang masih berada di balik boxer hitam Damien, perlahan dia mengeluarkan kejantanan sang Presdir. Matanya membelalak terkejut begitu senajata yang di penuhi urat itu keluar, ukurannya yang besar membuat Lily tersenyum nakal menatap Damien.

Damien mendesah pelan saat Lily melingkarkan jari-jarinya di miliknya. Mata Damien terpaku menatap wajah cantik Lily. Tanpa ragu Lily memasukkan kejantanan Damien ke dalam mulutnya. Damien mengerang nikmat saat Lily mulai menghisap dan memutar lidahnya di sekitar milik Damien yang berdenyut.

Damien menutup matanya, menikmati sensasi... sungguh nikmat. Meski merasakan ketegangan meningkat di dalam dirinya, Damien berusaha menahan agar momen ini tidak berakhir terlalu cepat. Dia ingin menikmati setiap detik, tenggelam dalam sensasi nikmat yang di lakukan oleh Lily.

Damien mengerang pelan, dia menutup matanya merasakan kenikmatan yang begitu kuat hingga terasa menyebar ke seluruh tubuhnya.

Damien yang tidak tahan lagi mencabut miliknya dari mulut Lily, dia lalu meraih tubuh Lily dan merebahkan tubuh resepsionis cantik itu di tempat tidur, “Aku tidak dapat lagi menahannya, Lily.”

Lily tersenyum dan mengangguk, ia mengerti dengan membuka kedua kakinya, memperlihatkan bibir bawahnya yang telah basah. Damien meneguk salivanya, tak bisa menahan, kagum melihat gundukan indah berbulu tipis milik Lily, terlihat begitu cantik dan sangat menggoda, membuat kejantanannya berdenyut keras.

Pria tampan itu memposisikan dirinya di antara kedua kaki Lily, dan melesakkan masuk miliknya.

Desahan Lily bercampur erangan kuat memenuhi ruangan, “Oh! Pak... Euhmmm.” Tangannya meremas selimut, kuku-kukunya mencuat ke dalam kain saat milik Damien mendorong masuk dan menghantam inti kenikmatannya berulang kali.

Ritme gerakan tubuh mereka sempurna, setiap pergerakan menjadi bukti dari hasrat mereka satu sama lain. Pinggulnya naik untuk menyambut setiap dorongan dan hentakan kuat yang Damien lancarkan, napas resepsionis cantik itu terengah-engah, dia berada dalam puncak kenikmatan.

Damien mengerang, merasa nikmat di tiap gerakannya. Dia menahan pelepasan yang hampir saja terjadi, presdir tampan itu ingin menikmati pertarungan ini lebih lama, menikmati setiap detik dari hubungan panas mereka.

Predir tampan itu memperlambat gerakannya, sengaja menggoda Lily agar mendapatkan kenikmatan lainnya, merasakan panas yang memanjakan kejantanannya. Mata mereka bertemu, Lily tersenyum sambil menggigit bibir bawahnya, pipinya memerah dan bibirnya terbuka dalam desahan.

“Cantik...” gumam Damien dan melumat bibir Lily dengan intim, kemudian mengubah posisi pinggulnya, mengubah poisisi, mencari titik di dalam kenikmatan resepsionisnya itu, dia lalu menghujam kejantanannya dengan kasar, menciptakan suara tabrakan basah yang sontak membuat pinggul Lily terangkat dengan mulut merintih kenikmatan merasakan miliknya terhantam begitu kuat tapi nikmat.

“Oh sial! Ini sangat nikmat!” geram Damien dalam hati.

Bongkahan indah di dada Lily berguncang hebat setiap Damien menabrak tubuhnya, pucuknya mengeras dan semakin sensitif, Damien terhipnotis oleh kedua bongkahan itu, sambil tetap memompa tubuh Lily, kepalanya meluncur menuju kedua bongkahan itu, memasukkan salah satu pucuk ke dalam mulutnya.

Tiba-tiba Damien merasakan remasan dari Lily yang semakin kuat disertai gerakan pinggul yang terangkat, nafas dan desahan Lily semakin kuat, Damien menyadari tanda itu, dia menghujam milik Lily lebih cepat dan lebih dalam, mengubur semua miliknya di dalam sana.

Tubuh Lily bergetar hebat, pinggulnya meronta, Damien menikmati setiap remasan kuat yang dia rasakan di senjatanya, Lily mencapai puncak untuk ketiga kalinya, pemadangan itu membuat gairah Damien meledak-ledak, dia tak memberi waktu bagi Lily berisitirahat, pinggulnya bergerak makin cepat, dan erangan kuat dan panjang terdengar dari mulutnya. Disertai hentakan-hentakan kecil saat cairan kenikmatannya menyembur di dalam tubuh Lily.

Tubuh mereka ambruk bersamaan, kulit yang basah oleh keringat melekat satu sama lain. Lily menyelipkan kepalanya di leher pria itu, napasnya terengah-engah, dia memeluk erat tubuh Damien, mengatur nafasnya setelah pertempuran panas mereka dan berbisik parau, “Anda sangat luar biasa, Pak.”

Dengan napas yang masih terengah-engah dan perasaan yang tercampur aduk, Damien dan Lily beristirahat sejenak di atas tempat tidur, tubuh mereka saling berpelukan dalam kehangatan. Namun, meskipun suasana terasa intim, ada ketegangan yang menggelayuti pikiran Damien.

Perasaan bersalah mulai menyelimuti pikiran Damien. Dia merasa ragu tentang segala sesuatu yang telah terjadi di antara mereka. Meskipun dia menikmati setiap momen, ada suatu hal yang membuatnya merasa tidak nyaman.

Sementara Damien masih dalam lamunan, perlahan Lily bangkit dari tempat tidur. Dia mengusap lembut lengan Damien sebelum berdiri di samping tempat tidur. Dengan lembut, Lily meminta izin kepada Sang Predir untuk pergi ke kamar mandi membersihkan diri.

Damien tersenyum lembut, mencoba menyembunyikan kebingungannya di balik senyuman itu. Dia mengangguk perlahan, ketika pintu kamar mandi tertutup rapat, Damien duduk di tepi tempat tidur, mengusap wajahnya dengan tangan gemetar.

“Hah… sialan… apa yang sudah aku lakukan,” gumam Damien.

Bersambung...

886

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Skandal Panas Presdir Tampan   145. Selamanya (THE END)

    Sorak sorai, tawa, dan alunan musik meramaikan Ballroom Diamond. Upacara pernikahan yang singkat namun sakral telah usai. Chiara dan Damien, kini resmi menjadi Tuan dan Nyonya D’Arcy, berdiri di tengah lantai dansa, dikelilingi oleh cinta dan kebahagiaan.Acara dilanjutkan dengan sesi pemberian ucapan selamat.Tyler, sang Mastermind utama, maju pertama. Ia berjingkat-jingkat, menyalami Damien dengan gaya bro-hug yang hangat.“Mission accomplished, Dude! Aku hampir mati menahan rahasia ini! Kau berutang padaku seumur hidup, Damien!” seru Tyler, ekspresi bangga tak bisa disembunyikan.Damien tertawa, menepuk bahu sahabatnya itu keras-keras. “Aku tahu, Bro. Kau memang yang terbaik. Rencana gilamu ini perfect!”Nathalie segera memeluk Chiara erat. “Gaunmu luar biasa, Sayang! Selamat, ya. Aku ikut bahagia!”Giliran Dawson dan Dona. Dona, yang sudah lebih tenang, kini hanya menyisakan mata bengkak karena tangis bahagia.“Aku sudah bilang, Chi. Kalian memang ditakdirkan bersama. Aku tak akan

  • Skandal Panas Presdir Tampan   144. Pernikahan Damien dan Chiara

    Mobil limousine hitam berhenti dengan mulus di depan Hotel The Royal Crown. Suasana malam Toronto memeluk Damien dan Chiara yang tampak serasi dalam balutan busana formal. Damien yang gagah dengan tuxedo hitam, dan Chiara yang memesona dalam gaun putih gading.“Kurasa Tyler benar-benar gila. Menghabiskan uang sebanyak ini hanya untuk merayakan kontrak,” gumam Damien, melingkarkan lengan posesif di pinggang Chiara saat mereka berjalan menuju pintu masuk Ballroom Diamond.Chiara hanya tersenyum tipis. Jantungnya berdetak tidak karuan. Firasat aneh itu semakin kuat.Saat pintu ballroom didorong terbuka oleh seorang petugas—semuanya berubah.Udara dingin Toronto seketika berganti menjadi kehangatan yang menyesakkan dada.Langkah Damien dan Chiara mendadak terhenti. Damien seketika membeku. Senyum santai yang tadi menghiasi wajahnya langsung menghilang.Mereka tidak disambut oleh meja-meja bundar yang disiapkan untuk makan malam bisnis. Tidak ada lampu sorot presentasi proyek.Yang ada di

  • Skandal Panas Presdir Tampan   143. Misi Rahasia

    Suara deru mesin mobil mewah itu merayap pelan, membelah malam Kota Toronto yang dingin. Setelah penerbangan panjang, hati Damien dan Chiara berdegup tak sabar. Mereka sudah berada di area mansion megah milik keluarga D’Arcy, tempat Luca tinggal selama mereka di Capri.Saat mobil benar-benar berhenti, pintu utama langsung terbuka.Dan sedetik kemudian, seperti anak panah yang dilepaskan dari busurnya, sesosok tubuh kecil melesat keluar.“AYAH! IBU!”Luca!Bocah kecil itu berlari kencang, menabrak kaki Damien yang baru saja keluar dari mobil. Damien dan Chiara bahkan belum sempat meraih koper mereka, tetapi semuanya terlupakan saat lengan Luca melingkar erat di pinggul mereka.Chiara berlutut, langsung merengkuh tubuh mungil itu ke dalam pelukan yang penuh rindu. Air matanya menetes. Bukan air mata sedih, melainkan kebahagiaan yang meluap-luap.“Anak Ibu! My sweet boy! Ibu sangat merindukanmu!” bisik Chiara, menciumi seluruh wajah Luca.“Aku juga merindukan Ibu dan Ayah! Sangat sangat

  • Skandal Panas Presdir Tampan   142. Perjalanan Pulang

    Damien ChiaraPagi hari pun tiba setelah malam yang panjang di kepulauan Capri. Cahaya mentari yang lembut menyusup dari celah tirai, membangunkan Damien dan Chiara yang masih berpelukan erat. Kenangan semalam masih terasa panas, meninggalkan senyum tulus di bibir Chiara.Mereka baru saja selesai membereskan koper, bersemangat untuk kembali—tidak hanya ke Kanada, tetapi juga untuk merangkul putra kecil mereka, Luca.Tiba-tiba, ponsel Damien berdering nyaring. Ia meraihnya di meja nakas, matanya langsung melembut saat melihat nama yang tertera di layar.“Luca,” bisiknya pada Chiara sambil menggeser tombol jawab.“Iya Luca?” sapa Damien dengan suara baritonnya yang selalu berubah lembut saat berbicara dengan putranya.Di seberang sambungan, suara manja Luca langsung menyambut, “Ayah dan Ibu kapan pulang? I miss you both...”Seketika, hati Chiara meleleh. Matanya langsung berkaca-kaca. Ia menyambar ponsel itu dari tangan Damien dan mendekatkannya ke telinganya.“Iya sayang, Ibu akan pula

  • Skandal Panas Presdir Tampan   141 | Stamina Yang Tidak Ada Otak (21+)

    Bab 118Setelah menghabiskan malam yang panjang di kepulauan Capri, kenangan yang mereka buat pun begitu banyaknya. Dan pagi ini, semua telah bersiap untuk kembali ke Kanada.Luca sejak pagi telah menelpon Damien dan Chiara untuk kembali secepatnya. Padahal sejak mereka berangkat, Luca terlihat begitu Bahagia tinggal bersama sang Kakek dan Neneknya. “Kenapa dia berubah drastic seperti itu ya sayang?” tanya Chiara lembut kepada Damien sembari mengatur pakaian di dalam koper mereka.Damien menyambut dengan tawa kecil, menghampiri wanitanya itu, memeluknya dari belakang, “Mungkin dia sudah merindukan Ayahnya yang tampan ini.”“Ya ya ya…” Chiara berbalik, menyambut pelukan Damien, membalasnya dengan bergelayut manja, ia tersenyum Bahagia, tidak menyangka akan menjalani kehidupan yang bahagia seperti ini dengan Damien, pria yang membuat jatuh, jatuh dalam cinta dan luka.Namun pria ini membuktikan jika aku tidak jatuh sendirian, ia pun mengalami kesulitan seperti yang ia lalui. Mereka berdu

  • Skandal Panas Presdir Tampan   140 | Masih Ada Waktu

    Sore itu, langit Pulau Capri dihiasi semburat jingga keemasan dari matahari senja yang perlahan tenggelam di ufuk barat. Damien, Chiara, Tyler, Nathalie, Dawson, Dona, Tessa, dan Shawn melangkah santai di sepanjang Pantai Marina Piccola.Pasir lembut menyentuh telapak kaki mereka, sementara ombak kecil bergulung perlahan, menciptakan irama alami yang menenangkan. Chiara melingkarkan jemarinya pada tangan Damien, begitu pula Nathalie yang menggenggam erat tangan Tyler.Dona sesekali tersenyum kecil sambil merapatkan tubuhnya pada Dawson. Bahkan Shawn, yang tadinya terlihat canggung, kini tampak percaya diri menggenggam tangan Tessa, membuat pasangan barunya itu tersenyum manis.Mereka berhenti di sebuah tempat nyaman di tepi pantai yang dikenal sebagai Giardini di Augusto. Dengan pemandangan spektakuler Laut Tyrrhenian yang membentang lua

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status