Beranda / Romansa / Skandal Panas Presdir Tampan / Bab 3 | Peresmian Hotel

Share

Bab 3 | Peresmian Hotel

Penulis: MAMAZAN
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-09 13:46:04

Keesokan harinya, acara peresmian Diamond Rose Hotel akhirnya dilangsungkan. Damien, mengenakan setelan jas mewah berwarna putih, berdiri di depan pintu masuk hotel. Acara tersebut terlihat sangat megah, dekorasi mewah, spanduk besar, dan ratusan karangan bunga ucapan selamat yang terpampang sepanjang mata memandang.

Damien ditemani Henry, pria yang Damien tunjuk sebagai General manager, bersama beberapa Departemen Manager, terlihat sibuk menyambut para tamu yang terus berdatangan. Senyum bahagia terpancar dari wajahnya, para tamu di buat terkesima oleh keindahan hotel dan keramahan Damien.

Kilatan kamera wartawan menyoroti acara tersebut, merekam setiap detik kemegahan peresmian Diamond Rose Hotel. Parkiran penuh dengan ratusan mobil mewah dari berbagai merek, menciptakan pemandangan yang memukau. Damien terlihat berjabat tangan dengan kenalan ayahnya, berbicara singkat tentang kabar keluarga dan perkembangan bisnis mereka.

Damien yang terlihat rapi dan berkelas menjadi pusat perhatian. Setiap langkahnya dipantau oleh para tamu dan wartawan yang hadir. Beberapa tamu yang seusia dengannya merasa nyaman dengan cara Damien menyapa mereka, yang lebih terlihat santai layaknya bertemu sahabat lama.

Tyler tiba sebagai tamu terakhir, membuat Damien tersenyum bahagia. Keduanya berpelukan erat, dan Tyler memberikan pujian yang berlebihan tentang kemegahan hotel tersebut, membuat Damien tertawa pelan dan menggelengkan kepala dengan kekonyolan sahabatnya ini.

Damien dan Tyler melangkah masuk ke lobi hotel, di mana perhatian Tyler sontak tertuju kepada dua resepsionis cantik yang berdiri di dekat meja resepsionis yang sedang tersenyum ramah menyambut para tamu.

Tyler tersenyum membalas sapaan mereka, lalu berbisik ke telinga Damien, "Wow, mereka berdua sangat cantik. Apa aku bisa meminjam salah satu dari mereka untuk menemaniku malam ini?"

“Uhuk!” Damien terbatuk pelan, lalu berbisik, "Tyler, jangan bawa pikiran mesummu ke sini, aku bukan tipe Bos berwatak bejad seperti kamu."

"Hahaha tenang Bro! Aku hanya bercanda. Tapi jujur, mereka sungguh menarik perhatian," jawab Tyler diselingi suara tawanya yang khas.

Damien menggelengkan kepalanya, dia dan Tyler lalu berjalan menuju Ballroom utama, tempat di langsungkannya acara peresmian Hotel.

Acara peresmian Diamond Rose Hotel berlangsung spektakuler di bawah sorotan kamera media yang meliput acara peresmian hotel ini. Damien, mengenakan setelan jas mewah berwarna putih, menjadi pusat perhatian. Tamu-tamu bergantian berjalan di karpet merah, menyaksikan dengan takjub setiap sudut kemegahan hotel ini.

Panggung peresmian dihiasi dengan hiasan bunga segar, dan seorang pembawa acara mengumumkan jadwal acara dengan penuh semangat. Para tamu menikmati hiburan musik dan tarian yang disajikan secara eksklusif. Setiap sudut Ballroom dipenuhi tawa dan obrolan para tamu yang menikmati hidangan lezat dan suasana yang penuh kemewahan.

Ketika tiba saatnya, Damien bersama para tamu VIP terlihat memotong pita sebagai simbol peresmian. Sorakan dan tepuk tangan meriah memenuhi ruangan, menandai dimulainya era baru bagi Diamond Rose Hotel.

Suasana semakin meriah dengan live band dan tarian yang memukau. Mereka menikmati hidangan lezat dan minuman terbaik yang disajikan.

Tepat pukul dua siang, para tamu mulai meninggalkan hotel dengan senyuman puas di wajah mereka. Damien, yang terlihat berseri-seri, bersama dengan Henry dan para Departemen Manager, mengajak semua karyawan untuk merayakan pencapaian pertama hotel itu. Di Ballroom yang tadinya dipenuhi oleh tamu, kini di penuhi oleh semua karyawan hotel itu, mereka berdansa, tertawa, dan berbagi kebahagiaan bersama. Suasana penuh kehangatan dan kebersamaan menyatukan seluruh tim dalam perayaan kesuksesan.

Beberapa saat kemudian, Damien memutuskan untuk mengundurkan diri. Dia berjalan ke arah Tyler, yang masih bertahan di antara kerumunan menikmati suasana pesta. "Bro, sepertinya aku akan langsung beristirahat, bagaimana jika malam ini kamu menginap saja di hotelku?"

"Serius? Hahaha… baiklah… malam ini aku akan menjadi tamu pertama yang menginap di hotelmu, jadi sebagai hadiah tambahan… bagaimana jika salah satu resepsionis tadi menemaniku," ucap Tyler yang lagi-lagi membuat Damien menggelengkan kepalanya.

“Hah… Tyler… kan sudah aku bilang, aku ini-“

“Ck… bukan pria bejad sepertiku, iya kan?” sela Tyler sembari berdecak pelan, dia sudah bisa menebak apa yang hendak Damien ucapkan.

Damien tertawa pelan, dia merangkul pundak Tyler lalu berjalan menuju pintu lift, “Sebagai gantinya, malam ini kita akan minum banyak, setelah mandi dan berganti pakaian, aku akan langsung pergi ke kamarmu, minum di teras balkon sambil menikmati keindahan malam, terdengar tidak terlalu buruk, kan?”

Tyler tersenyum dan menganggukkan kepalanya pelan, “Kalau yang itu aku setuju, aku akan meminta salah satu karyawanku untuk membawa banyak wine spesial yang hanya aku buka di momen tertentu saja,” balas Tyler bersemangat.

“Terserah kamu saja, Bro,” ucap Damien menyetujui rencana Tyler.

Damien mengantar Tyler melewati lorong-lorong yang tenang menuju presidential suite. Mereka berbicara tentang acara peresmian, tertawa bersama, dan sesekali berhenti untuk menikmati pemandangan interior hotel yang mewah. Setibanya di depan pintu suite, Damien membuka pintu dengan senyum ramah khas pelayan hotel.

"Silakan Tuan, semoga anda nyaman menginap di kamar ini," ucap Damien bercanda sambil bersandar pintu.

"Wow, ini keren banget, Bro!" puji Tyler sambil memasuki suite. "Sepertinya aku akan sering menginap di hotelmu ini."

Damien tertawa, "Semua karyawanku sudah mengenali wajahmu, akan kupastikan kamu mendapat diskon besar-besaran saat menginap di hotel ini."

"Hahaha, terima kasih Bos Presdir!" seru Tyler yang langsung mengeksplorasi kamar itu.

Setelah Tyler masuk, Damien melangkah menuju kamar pribadinya. Dia memasuki kamar mandi yang luas, membiarkan air panas menyiram tubuhnya, memberikan rasa relaksasi setelah melewati hari yang sibuk.

Setelah mandi, Damien memilih pakaian santai untuk malam ini. Dia memilih kemeja putih yang longgar dan celana pendek hitam. Pilihan sepatu yang nyaman membuat penampilannya tetap rapi.

Mengingat semalam yang kurang tidur dan pagi yang sibuk, Damien memutuskan untuk beristirahat sejenak di tempat tidur. Tubuhnya terasa lelah, dan rasa kantuk mulai menghampiri. Dia merasa puas dengan kesuksesan acara peresmian, dan sebelum menyadarinya, mata Damien mulai terpejam, tertidur lelap di atas tempat tidur yang empuk.

***

Beberapa jam kemudian, Damien terbangun dan sontak terkejut mendapati kamarnya yang sudah gelap, ia meraba-raba meja samping tempat tidur untuk menyalakan lampu. Jam tangannya menunjukkan pukul 7 malam. Damien agak terkejut karena tidurnya lebih lama dari yang dia perkirakan.

Dia segera beranjak dari tempat tidur, mengganti pakaian yang telah sedikit kusut, dan memutuskan untuk menemui Tyler.

Begitu tiba, Damien langsung membuka pintu kamar Tyler tempati, terdengar suara aneh dari dalam kamar tidur suite itu. Suara erangan dan rintihan yang sontak membuat Damien terkejut, dia berjalan perlahan menghampiri kamar tidur, dimana suara rintihan itu semakin terdengar jelas.

"Ah… jangan-jangan," gumam Damien, dia mempercepat langkah menuju kamar tidur, khawatir jika Tyler benar-benar melakukan aksi mesumnya kepada salah satu resepsionis hotel ini.

Damien membuka pintu kamar, dan pandangannya langsung tertuju pada pemandangan yang tak terduga. Tyler lagi-lagi menindih tubuh seorang wanita di atas tempat tidur, ga irahnya melesat naik saat wanita itu menyapa dirinya diselingi suara suara-suara kenikmatan.

"Se… selamat malam… Tuan Damien," ucap wanita itu, yang ternyata adalah Miranda, wanita yang semalam mengusik pikirannya.

Sahabatnya kembali terlihat sedang menyetubuhi Miranda. Gerakan sensualnya, menciptakan adegan yang menggoda. Damien terpaku, memperhatikan dengan rasa takjub dan tercengang.

Tyler yang tengah menikmati momen tersebut menoleh, tersenyum pada Damien yang mematung di pintu. "Halo Bro, maaf… karena tidak izinkan mencicipi resepsionismu, aku terpaksa memanggil Miranda datang, tidak masalah kan?" ujar Tyler tersenyum puas.

Damien yang sontak tersadar mengangguk pelan, “Ti-tidak masalah Bro, kabari aku jika pertandingan kalian telah selesai,” sahut Damien, mencoba untuk tetap tenang.

Suara rintihan Miranda kembali terdengar memenuhi kamar presidential suite itu. Damien segera berbalik dan mempercepat langkahnya bergegas keluar dari kamar itu, lalu kembali ke kamarnya.

Celananya terasa sesak, ga irahnya berada di titik puncak. Damien merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, mencoba meredakan detak jantung yang berdegup kencang. Wajah cantik Miranda tadi yang tersenyum nakal terlintas di benaknya, menggoda imajinasi liarnya.

“Ahh sialan, si Tyler itu,” umpat Damien yang kini kesulitan berkonsentrasi.

Bersambung...

1242

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Skandal Panas Presdir Tampan   98 | Pertanda Yang Bagus

    Setelah selesai mencuci muka, mandi, dan mengenakan pakaian bersih, Damien melangkah keluar dari kamar mandi dengan wajah yang tampak lebih segar. Pagi itu terasa hangat dan damai, namun ada sesuatu di dadanya yang berdesir. Tanpa menunggu lebih lama, ia segera berjalan menuju tempat tidur Luca.Damien duduk di tepi ranjang, menatap Luca dengan senyum lembut. Di bawah sorot mata ayahnya yang penuh perhatian, Luca tersenyum balik."Sekarang ceritakan semuanya kepada ayah, Nak," katanya, mencoba menarik perhatian Luca yang kini tampak antusias.Tanpa menunggu lama, Luca pun bercerita tentang pagi tadi, tentang bagaimana ia bangun dari tidur, dan mendapati ibunya, tertidur di samping Damien di sofa. Luca juga menceritakan momen lucu, saat Dona dan Tessa begitu terkejut, saat datang dan mendapati Chiara dalam posisi itu.Senyum Luca semakin cerah begitu menceritakan bagian dimana Ibunya benar-benar panik, dengan wajah merah seperti demam, malaikat kecil itu bahkan tertawa kecil ketika men

  • Skandal Panas Presdir Tampan   97 | Tolong Rahasiakan

    "Ah! Gawat! Bisa jadi masalah kalau Damien tahu!" ucap Chiara, yang langsung mendadak panik.Dia menyikat giginya dengan cepat, lalu segera berkumur dan membersihkan mulutnya sebelum bergegas keluar dari kamar mandi.Ceklek!Begitu pintu kamar mandi terbuka, Chiara melihat Damien yang mulai membuka matanya dan tampak bersiap bangkit dari sofa.Tanpa berpikir panjang, Chiara segera berteriak, “Jangan bergerak!” Ucapannya disertai tatapan tajam, dan tangannya menunjuk ke arah Damien, bak polisi menghentikan penjahat.Dona, Tessa, dan Luca yang berada di ruangan itu langsung terkejut, bahkan Damien sendiri terpaku, menghentikan gerakannya dan mengangkat alis, bingung dengan perilaku Chiara yang tiba-tiba.Damien langsung mengambil kesimpulan, kemarahan Chiara karena tindakannya semalam, memindahkan Chiara dari sofa ke tempat tidur tanpa meminta izin. Hanya alasan itu yang masuk akal baginya.Namun, sebelum Damien sempat berkata apa pun, Chiara segera berjalan menuju tempat tidur kosong d

  • Skandal Panas Presdir Tampan   96 | Moment Memalukan

    Keesokan harinya, Chiara perlahan membuka matanya. Cahaya matahari pagi yang hangat menerobos masuk dari celah-celah tirai, menyapu wajahnya dengan lembut. Pandangannya masih kabur ketika suara sang buah hati menyapanya, “Selamat pagi, Ibu!”Chiara otomatis tersenyum dan menjawab dengan suara serak, “Selamat pagi, sayang…” tanpa benar-benar sadar sepenuhnya.Butuh beberapa detik sebelum kesadarannya kembali sepenuhnya, dan dia berbalik menatap ke arah suara tersebut.Di sana, sang buah hati duduk sambil bersandar, tersenyum semringah menatap ke arahnya. Mata Luca yang bulat bersinar penuh semangat, pipinya kemerahan seolah mengisyaratkan betapa senangnya dia menyambut pagi ini. Di sisi Luca, terlihat Dona duduk dengan tenang di tepi tempat tidur, menyuapkan sesendok sarapan kepada Luca yang tampak menikmati setiap gigitan.Sementara itu, Tessa duduk di kursi yang berada tepat di samping tempat tidur. Melihat Chiara yang mulai membuka mata, Dona menyapanya dengan suara lembut, namun se

  • Skandal Panas Presdir Tampan   95 | Rindu Dan Sakit

    Setelah mengantar kepergian ke empat sahabatnya, Damien kembali ke kamar VIP tempat Luca dan Chiara berada, dia membuka pintu kamar VIP dengan perlahan, di dalam ruangan yang remang, dia melihat Luca, sang putra, sudah tertidur lelap di atas ranjang. Sementara Chiara duduk di sofa, punggungnya bersandar dengan kedua mata terpejam.Perlahan, Damien melangkah masuk, menutup pintu dengan pelan agar tidak mengganggu kedamaian di ruangan itu. Dia mendekati ranjang, tubuhnya sedikit membungkuk saat ia meraih dahi Luca. Bibirnya menyentuh kening kecil itu dengan lembut, sebuah kecupan penuh kasih sayang yang hangat dan menenangkan."Selamat tidur, anakku," bisiknya dengan suara rendah. Senyum Luca terlihat semakin dalam di wajahnya yang tertidur, seolah dalam mimpinya dia bisa merasakan cinta dan kehangatan yang diberikan sang ayah.Setelah memastikan Luca dalam tidurnya, Damien memutar pandangan ke sofa. Di sana, Chiara terlihat duduk bersandar, kepalanya sedikit terkulai dengan mata tertut

  • Skandal Panas Presdir Tampan   94 | Kamu Curang (21+)

    Pintu lift perlahan terbuka, mengeluarkan suara berderit lembut saat mereka tiba di lantai VIP Hotel Diamond Rose. Tyler, Nathalie, Dona, dan Tessa melangkah keluar, disambut oleh keanggunan dan kemewahan yang menyelimuti koridor hotel.“Malam ini benar-benar luar biasa,” ujar Tyler sambil tersenyum lebar.Nathalie mengangguk setuju, rambut panjangnya terurai lembut saat ia melangkah. “Aku masih sulit percaya kalau Damien bisa memaafkan semua yang terjadi,” balasnya penuh rasa syukur.Kenangan tentang pertemuan di parkiran rumah sakit tadi terasa begitu nyata di benak mereka. Momen saat Damien dan Nathalie saling memaafkan memberikan mereka kedamaian yang telah lama hilang.Mereka berhenti sejenak di depan kamar Dona dan Tessa, saling bertukar salam perpisahan. "Sampai jumpa besok!" seru Tyler sambil melambaikan tangan, dan Nathalie menambahkan senyum hangat sebagai tanda perpisahan. Dona dan Tessa tersenyum lebar, masih terbawa kebahagiaan malam itu.Dengan langkah ringan, Tyler dan

  • Skandal Panas Presdir Tampan   93 | Ketegangan

    "Da... Damien?" ucap Nathalie, sorot matanya dipenuhi ketakutan yang begitu jelas.Damien melangkah maju, menatap Nathalie dengan tatapan yang sulit diartikan."Damien! Tunggu!" Dona, yang berdiri tidak jauh dari Damien, maju selangkah, tangannya terulur hendak menahan pergerakannya. Namun, sebelum tangannya bisa meraih Damien, Tessa mencegatnya, menahan lengannya dengan lembut."Tessa, tapi..." Dona memandang sahabatnya dengan ragu.Tessa menggeleng pelan, memberikan isyarat halus pada Dona, seakan memberi tahu bahwa ini adalah sesuatu yang perlu diselesaikan tanpa campur tangan mereka. Dona pun akhirnya mundur, menahan diri meskipun jelas terlihat khawatir.Di sudut lain, Tyler memperhatikan gerak-gerik Damien dengan seksama. Kekhawatiran membayangi wajahnya, ia tahu bagaimana emosi Damien bisa meledak dalam situasi yang salah.Tanpa berpikir panjang, Tyler maju, mengambil posisi di depan Nathalie, siap melindungi Nathalie dari kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi."Bro, aku

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status