Compartir

Bab 3 Rumor

Autor: Secret juju
last update Última actualización: 2025-12-18 15:24:41

Bar itu tidak ramai, tapi cukup penuh untuk menenggelamkan suara di kepala Winter yang sejak pagi terus berputar. Lampu temaram membuat wajahnya tampak lebih lelah dari biasanya. Ia mengangkat gelas, menenggak isinya tanpa benar-benar memikirkan rasa.

Jika dunia luar ingin menertawakan dan menghakiminya, biarlah. Karirnya sudah rusak. Namanya dicaci. Orang yang mengaku mencintainya menghilang. Setidaknya disini, ia bisa diam tanpa harus menjelaskan apa pun.

Kepalanya jatuh ke meja bar, napasnya berat. Suara kursi di sampingnya bergeser perlahan, menandakan ada seseorang baru saja duduk. Winter tidak peduli, sampai orang itu membuka suara memesan minuman.

Nada suaranya rendah, familiar. Winter mengangkat kepala dengan susah payah. Tepat di sampingnya, dengan topi yang menutupi sebagian wajahnya, Greyson Hale.

Winter tersenyum tipis, miris. “Pria itu lagi,” gumamnya pelan.

Apa yang dilakukan seseorang seperti Greyson di tempat semacam ini? Dengan karir gemilang, wajah sempurna, dan hidup yang seharusnya lancar. Apa alasan pria itu duduk sendirian di bar pada malam seperti ini?

Tanpa berpikir panjang, Winter menatapnya dan mengucapkan kalimat paling gila yang keluar dari mulutnya dalam keadaan mabuk.

“Apa kau mau tidur denganku?”

Greyson menoleh. Ia tidak mengatakan apa pun, tapi ekspresi datarnya cukup jelas. Perempuan ini sudah kehilangan akal.

Winter tertawa kecil, entah mengejek diri sendiri atau keadaan. “Hidupku berantakan. Karirku hancur. Sekarang aku harus bayar denda. Kerjaan saja tidak punya. Bagaimana aku bayar semuanya?”

Ia kembali meneguk minumannya, lalu melirik Greyson lagi. “Nah… tidurlah denganku. Aku masih perawan. Kau bisa bayar aku setelahnya.”

“Kau mabuk,” jawab Greyson pendek, suaranya datar tapi tidak kasar.

Winter mengibaskan tangan seolah menyuruhnya diam. “Seseorang sepertimu pasti tidak pernah susah. Makanya sombong. Terlalu sempurna sampai merasa tidak tersentuh.”

Greyson mengerutkan dahi. “Kapan aku seperti itu?”

“Kapan?” Winter memutar mata. “Kau selalu begitu. Kau tidak pernah datang ke pesta agensi. Padahal itu pesta merayakan kesuksesan film dan dramamu. Semua orang memaklumi, tidak ada yang berani mengkritik. Karena itu kau bertingkah sesukamu.”

Greyson memandangnya lebih lama. “Jadi, menurutmu aku seperti itu?”

“Kurasa semua orang berpikir sama,” sahut Winter, kini bersandar lemas pada meja. “Hanya saja kau baru dengar dari aku. Pengkritik pertamamu.” Ia mengangkat gelas kosong.

“Tapi percayalah. Aku bukan haters-mu.”

Kalimat itu melayang di udara. Racauan seorang perempuan yang kehilangan pegangan hidup. Namun untuk pertama kalinya jujur tanpa filter.

“Ah, aku pernah mendengar rumor tentangmu.” Winter bersandar santai, namun nada suaranya jelas memancing.

Greyson, yang sejak tadi hanya memutar gelas minumannya, perlahan menoleh.

“Mau dengar?” Winter memiringkan kepala, menimbang reaksinya. “Katanya kau gay. Tidak mungkin pria sesempurna dirimu tidak punya kekasih. Jadi… rumor itu benar?”

Greyson diam beberapa detik. Tatapannya datar, sulit terbaca. “Apa kau ingin membuktikannya?”

Winter mengerjap. “…Apa?”

“Orientasi seksualku.”

Belum sempat Winter memprotes, Greyson menariknya dengan satu gerakan terukur. Tangannya melingkari pinggang Winter, memutar tubuhnya hingga kini mereka berhadapan begitu dekat. Napas Winter terhenti sepersekian detik melihat wajah pria itu tepat di depan matanya.

Greyson menatapnya lama. Seolah memastikan Winter benar-benar paham konsekuensi dari pertanyaannya. Pandangannya turun perlahan ke bibir Winter.

Dan tanpa peringatan, Greyson menutup jarak. Ciumannya tidak terburu-buru, tapi pasti. Seolah hanya ingin memberikan satu jawaban sederhana. Rumor itu salah.

Winter membeku sesaat, tubuhnya refleks menegang sebelum akhirnya tangannya mencari sandaran di dada Greyson.

“Kalau kau sadar besok pagi,” Greyson menatapnya lurus, “kau akan menyesal pernah menanyakan itu.”

Continúa leyendo este libro gratis
Escanea el código para descargar la App

Último capítulo

  • Skandal Panas Tuan Aktor   Bab 8 Pernikahan Resmi

    Langkah keduanya berhenti tepat di depan pintu keluar gedung catatan sipil. Tanda tangan sudah dibubuhkan, stempel sudah ditekan, dan buku nikah resmi ada di tangan Winter, buku kecil itu terasa lebih berat dari yang seharusnya.Udara luar lebih dingin dari perkiraannya. Winter masih mencoba menata napas ketika Greyson merapikan lengan jasnya, tak terlihat terpengaruh sedikit pun oleh fakta bahwa mereka baru saja menikah.Greyson menoleh singkat. “Aku ada urusan hari ini.”Nada suaranya datar, profesional, hampir seperti ia baru saja menyelesaikan transaksi bisnis, bukan pernikahan.Winter mengangguk pelan, meski tenggorokannya terasa kering. “Baik.”Greyson memasukkan ponselnya ke saku celana. “Pindahlah ke apartemenku malam ini.”Winter terkejut, tapi Greyson tidak memberi ruang untuk bertanya. Ia sudah berbalik, melangkah menuju mobil hitam yang menunggu di tepi jalan.Tanpa ucapan selamat, tanpa obrolan ringan, tanpa jeda. Hanya instruksi.Winter menatap punggung Greyson yang menj

  • Skandal Panas Tuan Aktor   Bab 7 Keputusan final

    Winter melangkah masuk, dan baru setelah itu Greyson menutup pintu. Ia berjalan ke sofa, menjatuhkan tubuh dengan santai dan menyandarkan satu tangan di punggung sofa. Tatapannya mengikuti setiap gerak Winter yang terlihat lebih kaku dari biasanya. “Kau sebenarnya bisa langsung masuk tanpa menunggu,” katanya, nada datarnya tetap sama. “Kode sandi ku masih sama.” Winter mengangkat wajah, mencoba terlihat tenang. “Aku harus memastikan kau ada di rumah. Tidak mungkin aku menerobos masuk begitu saja.” Greyson mengangguk pelan, seolah menerima jawaban itu tanpa komentar tambahan. “Lalu,” ia menatap lebih fokus, “maksud kedatanganmu kemari?” Winter menggenggam ujung jaketnya, mencoba menenangkan dirinya sendiri. “Soal tawaran mu yang kemarin …” Greyson menghela napas pendek, menatap ke arah meja seolah ingin mengakhiri pembicaraan itu. “Benar. Soal itu. Aku tidak bermaksud menyinggungmu. Anggap saja—” “Aku setuju,” potong Winter tiba-tiba. Greyson terdiam. Tatapannya kembali ke Winte

  • Skandal Panas Tuan Aktor   Bab 6 Di Balik Pintu Apartemen

    Winter hampir berlari ketika keluar dari mobil dan memasuki rumah. Serena mengabari lewat pesan bahwa ayah mereka terjatuh saat berusaha mengambil minuman di meja kecil dekat tempat tidur. Tubuh ayahnya yang lumpuh sebagian sejak kecelakaan kerja lima tahun lalu membuat hal sederhana seperti itu menjadi berbahaya. “Bagaimana ayah?” tanya Winter begitu melihat Serena di ruang tengah. Serena hanya mengangguk ke arah kamar, wajahnya tegang. Winter masuk dan napasnya tercekat. “Oh, Tuhan…” Lututnya melemas melihat kening ayahnya yang robek, darahnya sudah mengering bercampur obat merah seadanya. Perbannya kusut, jelas dipasang terburu-buru. Winter langsung mendekat, meraih tangan ayahnya yang tergeletak lemah di sisi tubuh. Telapak tangannya dingin. “Kenapa tidak dibawa ke rumah sakit?” suara Winter pecah, tapi ia menahannya tetap stabil. Serena menunduk. Sebelum adiknya menjawab, Maia muncul di ambang pintu. “Kita tidak punya uang,” ucap ibu tirinya datar. Maia berdiri dengan tang

  • Skandal Panas Tuan Aktor   Bab 5 Tawaran yang Perlu di Pertimbangkan

    Winter terbangun ketika ponselnya berdering berkali-kali. Ia mengerjap, menyadari dirinya tertidur di sofa apartemen dengan posisi miring dan leher pegal. Dengan gerakan lambat, Winter menyibak rambutnya ke belakang lalu mengangkat panggilan yang terus memaksa masuk.“Hallo,” ucapnya lirih.“Winter, Ibu sudah lihat berita tentang kau di TV,” suara Maia, ibu tirinya terdengar langsung menghakimi. “Siapa yang akan membayar biaya berobat ayahmu dan kuliah Serena?”Winter menutup mata sejenak. Tentu. Yang ditanyakan bukan kabarnya, bahkan bukan apakah ia baik-baik saja setelah diterpa skandal nasional.“Aku akan cari pekerjaan lain setelah ini,” ucap Winter, berusaha menjaga nada suaranya tetap stabil.“Kau harus ingat siapa yang merawatmu sejak kecil. Sebagai balas budimu, pastikan adikmu kuliah tinggi. Jangan sampai dia cuma lulusan SMA seperti dirimu.”Setiap kata itu menusuk. Winter menggenggam ponselnya erat, menahan napas agar tidak pecah.“Iya, aku tahu,” jawabnya perlahan.“Dan ja

  • Skandal Panas Tuan Aktor   Bab 4 Menikahlah Denganku

    Pagi harinya, Winter terbangun seorang diri di kamar hotel dekat bar yang ia kunjungi semalam. Kepalanya berat, seperti baru dipukul dari dalam. Ia mengerjap beberapa kali, ruangan masih gelap, tirai tertutup rapat. Hanya samar-samar ia ingat Greyson yang membawanya ke sini.Setelah sadar penuh, ia segera terduduk dan memeriksa dirinya. Pakaiannya masih lengkap.Winter mendesah lega sambil menepuk keningnya. “Astaga… apa yang kupikirkan semalam?” gumamnya frustrasi. Untung saja Greyson tidak menanggapi omongan ngawurnya.Namun saat ia bergeser, Winter merasakan sesuatu yang lembap di antara pahanya. Ingatan semalam datang seperti potongan cepat. Greyson yang menariknya, cara pria itu menciumnya tanpa ragu, dan bagaimana Winter tidak sempat mengelak.Winter mengusap wajahnya keras-keras. “Brengsek… dia memang jago,” gumamnya frustrasi. Ia harus mengakui jika Greyson memang mahir mencium. Sayangnya, itu tidak membuktikan apa pun. Di drama pun dia sering mencium lawan mainnya, hanya bagi

  • Skandal Panas Tuan Aktor   Bab 3 Rumor

    Bar itu tidak ramai, tapi cukup penuh untuk menenggelamkan suara di kepala Winter yang sejak pagi terus berputar. Lampu temaram membuat wajahnya tampak lebih lelah dari biasanya. Ia mengangkat gelas, menenggak isinya tanpa benar-benar memikirkan rasa. Jika dunia luar ingin menertawakan dan menghakiminya, biarlah. Karirnya sudah rusak. Namanya dicaci. Orang yang mengaku mencintainya menghilang. Setidaknya disini, ia bisa diam tanpa harus menjelaskan apa pun. Kepalanya jatuh ke meja bar, napasnya berat. Suara kursi di sampingnya bergeser perlahan, menandakan ada seseorang baru saja duduk. Winter tidak peduli, sampai orang itu membuka suara memesan minuman. Nada suaranya rendah, familiar. Winter mengangkat kepala dengan susah payah. Tepat di sampingnya, dengan topi yang menutupi sebagian wajahnya, Greyson Hale. Winter tersenyum tipis, miris. “Pria itu lagi,” gumamnya pelan. Apa yang dilakukan seseorang seperti Greyson di tempat semacam ini? Dengan karir gemilang, wajah sempurna, dan

Más capítulos
Explora y lee buenas novelas gratis
Acceso gratuito a una gran cantidad de buenas novelas en la app GoodNovel. Descarga los libros que te gusten y léelos donde y cuando quieras.
Lee libros gratis en la app
ESCANEA EL CÓDIGO PARA LEER EN LA APP
DMCA.com Protection Status