Home / Romansa / Skandal Panas Tuan Aktor / Bab 2 Pria di Parkiran

Share

Bab 2 Pria di Parkiran

Author: Secret juju
last update Last Updated: 2025-12-18 15:24:04

Winter menghembuskan nafas pelan sebelum ia menyalakan mobil. Tangannya sempat berhenti di atas setir, kosong, bingung, marah pada dirinya sendiri, tapi lebih marah pada keadaan.

Ia melirik ponselnya, tidak ada kabar dari Zain, kekasihnya. Pria itu sama sekali tidak menghubunginya, jangankan menanyakan kabar, saat Winter mencoba menghubungi nomornya diblokir, bahkan kini menghapus semua jejak kebersamaan mereka di media sosial dan mengunfollownya.

Notifikasi lain masuk puluhan. Nama Winter melesat ke jajaran trending. Cuplikan saat dirinya dibawa polisi pagi tadi tersebar di mana-mana, direkam dari berbagai sudut oleh penghuni apartemen dan wartawan yang sudah menunggu.

Dalam video itu, Winter tampak pucat, rambut berantakan, dan masih mengenakan dress hitam dari semalam. Ekspresinya kosong, bingung, dan terkejut. Cukup untuk membuat publik percaya bahwa ia benar-benar bersalah.

Komentar-komentar pedas memenuhi timeline, Beberapa akun yang dulu memujinya kini ikut melontarkan tuduhan, seolah mereka sudah lama mengenal sisi buruknya.

“Pantas saja cepat naik, ternyata begini.”

“Sudah ketahuan positif masih mau mengelak.

“Artis baru tapi tingkahnya sudah seperti selebriti senior.”

Winter menggulir layar ponselnya, namun tangannya berhenti sebelum ia bisa membuka notifikasi berikutnya. Tidak ada gunanya membaca semuanya, setiap kalimat hanya akan menambah luka.

Winter mematikan layar ponsel sebelum pikirannya runtuh sepenuhnya.

Ia duduk tanpa menyalakan mesin. Hening. Udara terasa sesak. Sesaat kemudian air matanya jatuh begitu saja. Bukan tangis histeris, hanya tetes yang perlahan mengalir karena tubuhnya lelah menahan banyak hal dalam waktu terlalu singkat.

Winter menghapus air mata di pipinya dengan punggung tangan, menahan diri agar tetap waras. Ia tidak akan menangis lebih lama. Tidak untuk orang-orang yang menilainya tanpa tahu apa pun.

Winter mengusap matanya sekali lagi sebelum akhirnya menyalakan mesin. Baru saja ia hendak menjalankan mobilnya, sudut matanya menangkap gerakan aneh di area parkir.

Seorang pria keluar dari mobil hitam beberapa meter darinya. Cara ia melangkah tidak stabil, seperti kehilangan keseimbangan lalu bersandar berat pada pintu mobil, kedua bahunya naik turun cepat.

Winter refleks menegakkan tubuh. Belum selesai ia merapikan kekacauan hidupnya sendiri, kini semesta menghadirkan sesuatu yang lain lagi.

Tanpa pikir panjang, ia keluar dari mobil. Langkahnya cepat mendekati pria itu. Topi pria itu ditarik rendah hampir menutupi seluruh wajah, masker hitam menutupi sisanya. Tubuhnya tinggi, bahunya lebar. Postur yang terasa familiar, namun Winter tidak memprosesnya sekarang.

“Kau baik-baik saja?” suaranya keluar lebih gelisah dari yang ia harapkan.

Pria itu tidak menjawab, hanya terhuyung sedikit. Winter meraih lengannya dan membantunya kembali masuk ke dalam mobil. Khawatir ada kamera wartawan yang bisa mengabadikan momen itu dari kejauhan.

Setelah pria itu duduk di kursi belakang, ia bersandar dengan napas tidak beraturan. Winter menutup pintu dan menghampiri sisi lain.

“Obat… di dalam tasku,” ucap pria itu pelan, suaranya teredam di balik masker.

Winter segera mengambil tas di kursi depan, mencari obat sambil sesekali melirik kondisinya. Ia menemukan kotak obat kecil, lalu sebotol minuman dari cup holder mobil, dan menyerahkannya tanpa bertanya lebih jauh.

Pria itu menurunkan masker untuk menelan obatnya.

Winter terpaku sesaat. Itu wajah yang ia lihat hampir setiap hari di poster film, billboard iklan, dan berbagai display brand di pusat kota.

Greyson Hale.

Aktor terbesar agensinya. Sosok yang kariernya sempurna, terbentuk oleh prestasi, bakat, dan publik yang memujanya. Pria yang tidak tersentuh.

Dan kini pria itu duduk dari jarak sedekat ini dengannya, hampir roboh, wajahnya pucat, napasnya kacau. Winter menahan ekspresi terkejutnya sebaik mungkin.

Beberapa detik berlalu sebelum Greyson bisa bernapas lebih stabil. Ia memandang Winter, tajam, tanpa sedikit pun kelembutan.

“Berjanjilah,” katanya pelan tapi jelas. “Kau tidak akan mengatakan pada siapa pun apa yang kau lihat tadi.”

Tidak ada ucapan terima kasih. Tidak ada penjelasan. Yang keluar justru tekanan, peringatan, ancaman halus.

Winter menatap Greyson, tanpa takut. Ia baru saja dihancurkan publik, digilas rumor yang bukan salahnya. Ancaman bukan hal yang asing lagi baginya.

Winter mendengus pendek, rasa kesalnya muncul begitu saja. Ia tidak peduli siapa pria di depannya atau seberapa besar nama Greyson Hale di industri ini.

“Kau mengancamku?” ujarnya dingin. “Serius? Setelah aku membantumu?”

Tatapan Greyson mengeras. “Kau mau apa dariku supaya kau tutup mulut?”

Winter terdiam sejenak, lalu tertawa kecil, pendek dan hambar. “Aku tidak mau apa-apa darimu,” balasnya. “Aku cuma ingin kau bilang terima kasih. Itu saja. Bukan malah mengancamku. Dasar tidak tahu terima kasih.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Skandal Panas Tuan Aktor   Bab 10 Salah Paham

    Winter terbangun ketika cahaya matahari menyelinap lewat celah gorden. Ia mengerjapkan mata beberapa kali, merasakan kehangatan kasur empuk di bawah tubuhnya, terasa lebih nyaman daripada tempat manapun yang ia tiduri selama berminggu-minggu terakhir. Rasanya aneh. Terlalu nyaman.Kesadaran itu membuatnya terlonjak kecil. Ini bukan sofanya. Dia menatap sekeliling,kamar luas, bersih, dengan nuansa netral khas apartemen Greyson. Kamar tamu? Atau—Winter tidak ingin menebak lebih jauh. Ia bangkit, merapikan rambut seadanya, lalu membuka pintu perlahan. Begitu keluar ke ruang tamu, langkahnya terhenti. Mulutnya terbuka dengan mata membesar.Di meja makan, Greyson dan Mike duduk berhadapan terlalu dekat dan intim. Dengan posisi Mike mencondongkan tubuh, seperti baru saja membetulkan kerah kemeja Greyson. Sementara Greyson memegang pergelangan tangan Mike, posisinya sangat mudah disalahpahami siapapun yang melihat.Winter membeku.Kedua pria itu baru menyadari keberadaannya setelah ia menge

  • Skandal Panas Tuan Aktor   Bab 9 Dibalik Tawaran Pernikahan

    “Kau sungguh menikahi gadis itu.” Suara Mike memecah hening mobil. Ia menoleh sekilas melalui kaca spion, memperhatikan Greyson yang duduk di kursi belakang dengan tablet terbuka namun jelas tidak fokus membaca. Suara Mike terdengar lebih seperti kekhawatiran daripada kritik.Sebagai manajer sekaligus asisten, Mike adalah orang yang paling lama mengenal Greyson. Usianya lima tahun lebih tua, ia pernah mendampingi Greyson sejak masa idol, masa yang penuh tekanan, skandal kecil, dan jadwal tanpa henti. Salah satu syarat Greyson sebelum menandatangani kontrak dengan agensinya yang sekarang adalah membawa Mike kembali sebagai manajernya. Agensi awalnya menawar, tapi mereka tahu reputasi Greyson terlalu besar untuk dipertaruhkan, dan pria itu tidak pernah bekerja dengan orang yang tidak ia percaya.Greyson menghela napas pelan, menutup tablet. “Aku tahu kau penasaran,” ujarnya tenang. “Dan aku tidak ingin kau membuat dugaan aneh tentangku.”Mike mengangkat alis, menunggu.“Aku menikahiny

  • Skandal Panas Tuan Aktor   Bab 8 Pernikahan Resmi

    Langkah keduanya berhenti tepat di depan pintu keluar gedung catatan sipil. Tanda tangan sudah dibubuhkan, stempel sudah ditekan, dan buku nikah resmi ada di tangan Winter, buku kecil itu terasa lebih berat dari yang seharusnya.Udara luar lebih dingin dari perkiraannya. Winter masih mencoba menata napas ketika Greyson merapikan lengan jasnya, tak terlihat terpengaruh sedikit pun oleh fakta bahwa mereka baru saja menikah.Greyson menoleh singkat. “Aku ada urusan hari ini.”Nada suaranya datar, profesional, hampir seperti ia baru saja menyelesaikan transaksi bisnis, bukan pernikahan.Winter mengangguk pelan, meski tenggorokannya terasa kering. “Baik.”Greyson memasukkan ponselnya ke saku celana. “Pindahlah ke apartemenku malam ini.”Winter terkejut, tapi Greyson tidak memberi ruang untuk bertanya. Ia sudah berbalik, melangkah menuju mobil hitam yang menunggu di tepi jalan.Tanpa ucapan selamat, tanpa obrolan ringan, tanpa jeda. Hanya instruksi.Winter menatap punggung Greyson yang menj

  • Skandal Panas Tuan Aktor   Bab 7 Keputusan final

    Winter melangkah masuk, dan baru setelah itu Greyson menutup pintu. Ia berjalan ke sofa, menjatuhkan tubuh dengan santai dan menyandarkan satu tangan di punggung sofa. Tatapannya mengikuti setiap gerak Winter yang terlihat lebih kaku dari biasanya. “Kau sebenarnya bisa langsung masuk tanpa menunggu,” katanya, nada datarnya tetap sama. “Kode sandi ku masih sama.” Winter mengangkat wajah, mencoba terlihat tenang. “Aku harus memastikan kau ada di rumah. Tidak mungkin aku menerobos masuk begitu saja.” Greyson mengangguk pelan, seolah menerima jawaban itu tanpa komentar tambahan. “Lalu,” ia menatap lebih fokus, “maksud kedatanganmu kemari?” Winter menggenggam ujung jaketnya, mencoba menenangkan dirinya sendiri. “Soal tawaran mu yang kemarin …” Greyson menghela napas pendek, menatap ke arah meja seolah ingin mengakhiri pembicaraan itu. “Benar. Soal itu. Aku tidak bermaksud menyinggungmu. Anggap saja—” “Aku setuju,” potong Winter tiba-tiba. Greyson terdiam. Tatapannya kembali ke Winte

  • Skandal Panas Tuan Aktor   Bab 6 Di Balik Pintu Apartemen

    Winter hampir berlari ketika keluar dari mobil dan memasuki rumah. Serena mengabari lewat pesan bahwa ayah mereka terjatuh saat berusaha mengambil minuman di meja kecil dekat tempat tidur. Tubuh ayahnya yang lumpuh sebagian sejak kecelakaan kerja lima tahun lalu membuat hal sederhana seperti itu menjadi berbahaya. “Bagaimana ayah?” tanya Winter begitu melihat Serena di ruang tengah. Serena hanya mengangguk ke arah kamar, wajahnya tegang. Winter masuk dan napasnya tercekat. “Oh, Tuhan…” Lututnya melemas melihat kening ayahnya yang robek, darahnya sudah mengering bercampur obat merah seadanya. Perbannya kusut, jelas dipasang terburu-buru. Winter langsung mendekat, meraih tangan ayahnya yang tergeletak lemah di sisi tubuh. Telapak tangannya dingin. “Kenapa tidak dibawa ke rumah sakit?” suara Winter pecah, tapi ia menahannya tetap stabil. Serena menunduk. Sebelum adiknya menjawab, Maia muncul di ambang pintu. “Kita tidak punya uang,” ucap ibu tirinya datar. Maia berdiri dengan tang

  • Skandal Panas Tuan Aktor   Bab 5 Tawaran yang Perlu di Pertimbangkan

    Winter terbangun ketika ponselnya berdering berkali-kali. Ia mengerjap, menyadari dirinya tertidur di sofa apartemen dengan posisi miring dan leher pegal. Dengan gerakan lambat, Winter menyibak rambutnya ke belakang lalu mengangkat panggilan yang terus memaksa masuk.“Hallo,” ucapnya lirih.“Winter, Ibu sudah lihat berita tentang kau di TV,” suara Maia, ibu tirinya terdengar langsung menghakimi. “Siapa yang akan membayar biaya berobat ayahmu dan kuliah Serena?”Winter menutup mata sejenak. Tentu. Yang ditanyakan bukan kabarnya, bahkan bukan apakah ia baik-baik saja setelah diterpa skandal nasional.“Aku akan cari pekerjaan lain setelah ini,” ucap Winter, berusaha menjaga nada suaranya tetap stabil.“Kau harus ingat siapa yang merawatmu sejak kecil. Sebagai balas budimu, pastikan adikmu kuliah tinggi. Jangan sampai dia cuma lulusan SMA seperti dirimu.”Setiap kata itu menusuk. Winter menggenggam ponselnya erat, menahan napas agar tidak pecah.“Iya, aku tahu,” jawabnya perlahan.“Dan ja

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status