Home / Romansa / Skandal Panas Tuan Aktor / Bab 5 Tawaran yang Perlu di Pertimbangkan

Share

Bab 5 Tawaran yang Perlu di Pertimbangkan

Author: Secret juju
last update Last Updated: 2025-12-18 15:26:26

Winter terbangun ketika ponselnya berdering berkali-kali. Ia mengerjap, menyadari dirinya tertidur di sofa apartemen dengan posisi miring dan leher pegal. Dengan gerakan lambat, Winter menyibak rambutnya ke belakang lalu mengangkat panggilan yang terus memaksa masuk.

“Hallo,” ucapnya lirih.

“Winter, Ibu sudah lihat berita tentang kau di TV,” suara Maia, ibu tirinya terdengar langsung menghakimi. “Siapa yang akan membayar biaya berobat ayahmu dan kuliah Serena?”

Winter menutup mata sejenak. Tentu. Yang ditanyakan bukan kabarnya, bahkan bukan apakah ia baik-baik saja setelah diterpa skandal nasional.

“Aku akan cari pekerjaan lain setelah ini,” ucap Winter, berusaha menjaga nada suaranya tetap stabil.

“Kau harus ingat siapa yang merawatmu sejak kecil. Sebagai balas budimu, pastikan adikmu kuliah tinggi. Jangan sampai dia cuma lulusan SMA seperti dirimu.”

Setiap kata itu menusuk. Winter menggenggam ponselnya erat, menahan napas agar tidak pecah.

“Iya, aku tahu,” jawabnya perlahan.

“Dan jangan biarkan aku menua sambil terus mengurus keluargamu. Ayahmu saja sekarang jadi tanggunganku. Kau tahu betapa beratnya semua ini?”

Winter hampir tertawa getir. Ayahku juga suamimu, batinnya. Dulu, ketika ayahnya masih sehat, lelaki itu bekerja tanpa henti demi keluarga. Tidak pernah membiarkan mereka kekurangan. Dan ketika penyakit datang, semua kebaikan itu menguap, berganti menjadi daftar panjang hutang budi yang terus diungkit.

Ibu tirinya pernah bersumpah akan merawat Winter seperti anak sendiri ketika menikahi ayahnya. Janji manis yang sekarang terdengar seperti kalimat iklan yang hanya enak di awal.

Winter menatap langit-langit, dada terasa sesak. “Baik, Bu. Aku akan urus semuanya.”

Percakapan itu berakhir, menyisakan kesunyian yang terasa lebih berat daripada sebelumnya. Winter meletakkan ponselnya di meja dan menunduk, menenangkan napas yang mulai berantakan.

Ponselnya kembali berbunyi, kali ini notifikasi email. Saat dibuka, yang muncul adalah surat resmi dari agensi berisi pemutusan kontrak.

Tidak ada basa-basi, tidak ada ucapan terima kasih. Hanya kewajiban denda yang harus ia bayar dalam batas waktu tertentu.

Winter mematung beberapa detik, sebelum tubuhnya perlahan merosot ke lantai. Punggungnya menyandar ke sofa, napasnya pendek-pendek. Akhirnya benar-benar resmi. Semuanya runtuh.

Seluruh perjuangannya selama bertahun-tahun, audisi demi audisi, casting kecil, syuting tanpa tidur, kerja sampingan demi mengejar mimpi. Lenyap dalam satu malam. Satu kesalahan kecil yang bahkan tidak sepenuhnya ia lakukan.

“Bagus, Winter,” gumamnya lirih, sarkastik pada diri sendiri. “Bagus sekali.”

Ponselnya berbunyi lagi. Kali ini chat dari Serena, adik tirinya.

‘Kak, uang SPP semester baru belum masuk. Kapan Kakak transfer?’

Tidak ada emoji. Tidak ada pertanyaan “Kakak gimana?” atau sekadar “lagi sibuk?”.

Hanya tuntutan.

Winter menatap layar itu lama, sebelum akhirnya meletakkan ponselnya menghadap ke bawah.

Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan. Bahunya naik turun pelan, bukan karena menangis, tapi karena menahan semuanya agar tidak meledak.

Winter menatap ruang tamunya yang sederhana. Ruangan terasa lebih sunyi daripada biasanya, seakan suara ibunya yang barusan lewat masih tertinggal di udara. Ia meremas rambutnya, mencoba menahan rasa frustasi yang merayap naik ke tenggorokan.

Dia bangkit dari sofa dan berjalan ke dapur kecil. Mengambil segelas air, meneguknya setengah, lalu menatap pantulan dirinya di pintu kulkas yang sedikit mengkilap. Mata sembab, rambut berantakan, kaos lusuh. Jauh sekali dari citra selebriti.

Dia menatap keluar jendela apartemen, lampu kota masih menyala samar. Hari bahkan belum benar-benar dimulai, tetapi beban yang harus ia hadapi sudah terasa seperti satu hari penuh. Tagihan rumah sakit ayahnya, uang kuliah Serena yang belum terbayar, serta kontrak yang diputus sepihak. Semua datang bersamaan, menekan tanpa ampun.

Winter menunduk, menatap ujung kakinya sendiri. Aku bahkan belum selesai mengurus diriku sendiri. Tapi harus tetap mengurus semuanya.

Ia memejamkan mata, menghela napas panjang. Tidak ada satupun rencana yang benar-benar terasa mungkin. Menjual barang-barangnya hanya menunda. Meminta bantuan pada siapa? Orang-orang yang dulu mengaku dekat bahkan tidak lagi menjawab pesan. Winter tertawa lirih, hambar. Ia sendirian.

“Tentu saja,” gumamnya. “Karena hidupku memang selalu seberat ini.”

Pikirannya melayang tanpa izin, pada wajah itu. Tatapan datar di bar. Suara rendah yang tidak menghakimi. Cara Greyson Hale menatapnya seolah ia bukan perempuan rusak yang baru saja jatuh dari puncak. Penawaran itu…

Winter menelan ludah. Ia ingin menertawakannya, menyebutnya gila, mustahil, terlalu berbahaya. Tapi semakin ia mencoba menepis, semakin jelas detailnya kembali di kepalanya. Hidupnya sedang terperosok, dan seseorang justru menawarkan solusi dengan cara paling tidak masuk akal. Pernikahan kontrak.

Winter menarik napas panjang. Tidak. Aku tidak bisa menaruh masa depan pada keputusan impulsif seorang aktor yang bahkan tidak ia kenal. Aku tidak boleh… kan?

“Mulai dari mana, Winter?” tanyanya pada diri sendiri.

Jawabannya tidak datang. Yang muncul justru notifikasi baru di ponselnya, memecah keheningan. Winter mengambil ponselnya dengan malas, mengira itu pesan ibu tirinya lagi. Namun nama di layar membuatnya membeku.

Greyson Hale.

‘Aku serius soal tawaranku. Kalau kau berubah pikiran, beritahu aku.’

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Skandal Panas Tuan Aktor   Bab 8 Pernikahan Resmi

    Langkah keduanya berhenti tepat di depan pintu keluar gedung catatan sipil. Tanda tangan sudah dibubuhkan, stempel sudah ditekan, dan buku nikah resmi ada di tangan Winter, buku kecil itu terasa lebih berat dari yang seharusnya.Udara luar lebih dingin dari perkiraannya. Winter masih mencoba menata napas ketika Greyson merapikan lengan jasnya, tak terlihat terpengaruh sedikit pun oleh fakta bahwa mereka baru saja menikah.Greyson menoleh singkat. “Aku ada urusan hari ini.”Nada suaranya datar, profesional, hampir seperti ia baru saja menyelesaikan transaksi bisnis, bukan pernikahan.Winter mengangguk pelan, meski tenggorokannya terasa kering. “Baik.”Greyson memasukkan ponselnya ke saku celana. “Pindahlah ke apartemenku malam ini.”Winter terkejut, tapi Greyson tidak memberi ruang untuk bertanya. Ia sudah berbalik, melangkah menuju mobil hitam yang menunggu di tepi jalan.Tanpa ucapan selamat, tanpa obrolan ringan, tanpa jeda. Hanya instruksi.Winter menatap punggung Greyson yang menj

  • Skandal Panas Tuan Aktor   Bab 7 Keputusan final

    Winter melangkah masuk, dan baru setelah itu Greyson menutup pintu. Ia berjalan ke sofa, menjatuhkan tubuh dengan santai dan menyandarkan satu tangan di punggung sofa. Tatapannya mengikuti setiap gerak Winter yang terlihat lebih kaku dari biasanya. “Kau sebenarnya bisa langsung masuk tanpa menunggu,” katanya, nada datarnya tetap sama. “Kode sandi ku masih sama.” Winter mengangkat wajah, mencoba terlihat tenang. “Aku harus memastikan kau ada di rumah. Tidak mungkin aku menerobos masuk begitu saja.” Greyson mengangguk pelan, seolah menerima jawaban itu tanpa komentar tambahan. “Lalu,” ia menatap lebih fokus, “maksud kedatanganmu kemari?” Winter menggenggam ujung jaketnya, mencoba menenangkan dirinya sendiri. “Soal tawaran mu yang kemarin …” Greyson menghela napas pendek, menatap ke arah meja seolah ingin mengakhiri pembicaraan itu. “Benar. Soal itu. Aku tidak bermaksud menyinggungmu. Anggap saja—” “Aku setuju,” potong Winter tiba-tiba. Greyson terdiam. Tatapannya kembali ke Winte

  • Skandal Panas Tuan Aktor   Bab 6 Di Balik Pintu Apartemen

    Winter hampir berlari ketika keluar dari mobil dan memasuki rumah. Serena mengabari lewat pesan bahwa ayah mereka terjatuh saat berusaha mengambil minuman di meja kecil dekat tempat tidur. Tubuh ayahnya yang lumpuh sebagian sejak kecelakaan kerja lima tahun lalu membuat hal sederhana seperti itu menjadi berbahaya. “Bagaimana ayah?” tanya Winter begitu melihat Serena di ruang tengah. Serena hanya mengangguk ke arah kamar, wajahnya tegang. Winter masuk dan napasnya tercekat. “Oh, Tuhan…” Lututnya melemas melihat kening ayahnya yang robek, darahnya sudah mengering bercampur obat merah seadanya. Perbannya kusut, jelas dipasang terburu-buru. Winter langsung mendekat, meraih tangan ayahnya yang tergeletak lemah di sisi tubuh. Telapak tangannya dingin. “Kenapa tidak dibawa ke rumah sakit?” suara Winter pecah, tapi ia menahannya tetap stabil. Serena menunduk. Sebelum adiknya menjawab, Maia muncul di ambang pintu. “Kita tidak punya uang,” ucap ibu tirinya datar. Maia berdiri dengan tang

  • Skandal Panas Tuan Aktor   Bab 5 Tawaran yang Perlu di Pertimbangkan

    Winter terbangun ketika ponselnya berdering berkali-kali. Ia mengerjap, menyadari dirinya tertidur di sofa apartemen dengan posisi miring dan leher pegal. Dengan gerakan lambat, Winter menyibak rambutnya ke belakang lalu mengangkat panggilan yang terus memaksa masuk.“Hallo,” ucapnya lirih.“Winter, Ibu sudah lihat berita tentang kau di TV,” suara Maia, ibu tirinya terdengar langsung menghakimi. “Siapa yang akan membayar biaya berobat ayahmu dan kuliah Serena?”Winter menutup mata sejenak. Tentu. Yang ditanyakan bukan kabarnya, bahkan bukan apakah ia baik-baik saja setelah diterpa skandal nasional.“Aku akan cari pekerjaan lain setelah ini,” ucap Winter, berusaha menjaga nada suaranya tetap stabil.“Kau harus ingat siapa yang merawatmu sejak kecil. Sebagai balas budimu, pastikan adikmu kuliah tinggi. Jangan sampai dia cuma lulusan SMA seperti dirimu.”Setiap kata itu menusuk. Winter menggenggam ponselnya erat, menahan napas agar tidak pecah.“Iya, aku tahu,” jawabnya perlahan.“Dan ja

  • Skandal Panas Tuan Aktor   Bab 4 Menikahlah Denganku

    Pagi harinya, Winter terbangun seorang diri di kamar hotel dekat bar yang ia kunjungi semalam. Kepalanya berat, seperti baru dipukul dari dalam. Ia mengerjap beberapa kali, ruangan masih gelap, tirai tertutup rapat. Hanya samar-samar ia ingat Greyson yang membawanya ke sini.Setelah sadar penuh, ia segera terduduk dan memeriksa dirinya. Pakaiannya masih lengkap.Winter mendesah lega sambil menepuk keningnya. “Astaga… apa yang kupikirkan semalam?” gumamnya frustrasi. Untung saja Greyson tidak menanggapi omongan ngawurnya.Namun saat ia bergeser, Winter merasakan sesuatu yang lembap di antara pahanya. Ingatan semalam datang seperti potongan cepat. Greyson yang menariknya, cara pria itu menciumnya tanpa ragu, dan bagaimana Winter tidak sempat mengelak.Winter mengusap wajahnya keras-keras. “Brengsek… dia memang jago,” gumamnya frustrasi. Ia harus mengakui jika Greyson memang mahir mencium. Sayangnya, itu tidak membuktikan apa pun. Di drama pun dia sering mencium lawan mainnya, hanya bagi

  • Skandal Panas Tuan Aktor   Bab 3 Rumor

    Bar itu tidak ramai, tapi cukup penuh untuk menenggelamkan suara di kepala Winter yang sejak pagi terus berputar. Lampu temaram membuat wajahnya tampak lebih lelah dari biasanya. Ia mengangkat gelas, menenggak isinya tanpa benar-benar memikirkan rasa. Jika dunia luar ingin menertawakan dan menghakiminya, biarlah. Karirnya sudah rusak. Namanya dicaci. Orang yang mengaku mencintainya menghilang. Setidaknya disini, ia bisa diam tanpa harus menjelaskan apa pun. Kepalanya jatuh ke meja bar, napasnya berat. Suara kursi di sampingnya bergeser perlahan, menandakan ada seseorang baru saja duduk. Winter tidak peduli, sampai orang itu membuka suara memesan minuman. Nada suaranya rendah, familiar. Winter mengangkat kepala dengan susah payah. Tepat di sampingnya, dengan topi yang menutupi sebagian wajahnya, Greyson Hale. Winter tersenyum tipis, miris. “Pria itu lagi,” gumamnya pelan. Apa yang dilakukan seseorang seperti Greyson di tempat semacam ini? Dengan karir gemilang, wajah sempurna, dan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status