Share

Chapter 3 - Tak Berharga

Clara tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ia menunduk malu, tak berani menatap wajah teman-temannya dan para dosen. Apalagi di sana ada Algo, kekasihnya. Sekaligus ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Ia sudah tak punya nyali lagi. Dirinya benar-benar rendah, serendah-rendahnya.

Ini merupakan titik terendah dalam dirinya, menjadi mantan gadis. Ia sudah tak suci lagi. Dalam masyarakat gadis seperti itu adalah pembawa sial, sekaligus sampah masyarakat.

"Ternyata gadis bar-bar kayak Clara, kelakuannya juga bar-bar ya? Lihat tuh, udah digituin duluan. Padahal kan masih belum lulus kuliah," bisik Anne, salah satu teman kampus Clara yang suka menebar gosip.

"Nah iya, gue aja nggak nyangka ternyata Clara berani juga. Di luar aja kelihatan sok polos, tapi dalemnya uh ... gue aja malu menganggapnya kaum perempuan," balas mahasiswi yang lain.

"Ih kok Clara nggak malu sih, ngelakuin hal menjijikkan di kampus. Bisa jelek reputasi kampus kita kalau masyarakat tahu."

"Udah dapet Algo yang gentengnya maksimal. Masih aja cari laki. Emang apa kurangnya Algo coba. Nggak ngotak tuh cewek."

"Pasti orang tuanya malu banget punya anak kayak dia. Nggak bisa jaga diri dan kehormatannya sebagai perempuan."

"Cewek macam Clara ini harus dimusnahkan. Karena akan menghasilkan bibit-bibit perceraian dalam rumah tangga. Benar-benar nggilani (menjijikkan)!"

"Gue malu deh punya temen kayak Clara, udah bar-bar, ternyata udah nggak perawan. Memalukan!"

"Dasar gadis menjijikkan! Urat malunya udah putus. Masak ngelakuin hal begituan di kampus. Di gudang lagi, harusnya ya di hotel."

Seperti itulah hinaan yang ia dapatkan dari teman-temannya. Meskipun mereka hanya berbisik-bisik, ia bisa mendengar dengan jelas. Apalagi saat ada yang bilang ia sudah tidak perawan. Hal itu benar-benar menusuk jantungnya. 

Ingin rasanya ia menghilang saja dari sana. Agar ia tak menerima segala umpatan dan hinaan dari mereka. Benar-benar memalukan dan menjijikkan.

"Dasar gadis bodoh!" 

Algo menghampiri kekasihnya yang menunduk lemas tak berdaya. Matanya sembab karena terus menangis. Dan penampilannya ... bisa dibilang tidak pantas untuk ukuran mahasiswi. Ia lebih pantas disebut gelandangan, karena pakaian yang ia kenakan robek-robek.

Hal itu memperlihatkan sedikit pakaian dalamnya yang berwarna merah muda. Tentu saja itu semua karena ulah dosen gila yang tak bertanggung jawab.

"Jadi ini kelakuan kamu di belakang aku, Ra? Selama ini kamu punya hubungan sama Dev? Aku nggak nyangka kalau kamu tega ngelakuin ini di belakang aku," marah Algo.

"Dan ... kamu nggak lebih dari seorang perempuan murahan. Kamu sama aja udah menjadi pemuas orang lain. Kamu nggak punya malu? Dasar perempuan murahan!" cerca Algo habis-habisan. 

Siapa pun yang ada di posisinya pasti akan berpikir yang serupa. Mana ada laki-laki yang mau menerima pasangan yang sudah tak perawan lagi? Pasti ujung-ujungnya adalah perceraian. Kalau tidak ... ya kekerasan. Itu yang sering terjadi di lingkungan tempat tinggal kita.

"Al, aku nggak ngelakuin itu," jawabnya lirih. 

Ia tak kuat mendengar cercaan dari kekasihnya. Orang yang sangat ia cintai, bahkan ia sampai menentang orang tuanya demi mempertahankan hubungannya dengan Algo. Tega mengatainya seorang perempuan murahan? Padahal ia bukan perempuan seperti itu.

"Lihat tuh, pakaian dalam Clara kelihatan. Wajar saja Dev nafsu, orang pakaiannya aja kurang bahan."

Sedangkan lelaki yang dituduh melakukan aneh-aneh dengan Clara, tiba-tiba menghampirinya dan menyampirkan almamater yang ia kenakan. Karena mendengar kata-kata Zidni, teman seangkatannya.

"Pakai ini, lihat tuh ... pakaian dalam lu kelihatan," ujarnya. Kemudian ia menatap laki-laki yang berstatus kekasihnya Clara sekilas. Kemudian berpaling.

"Kenapa lu diam aja? Lu harusnya mengatakan apa yang terjadi sebenarnya. Karena ulah lu, gue yang dituduh enggak-enggak," bisik Dev tepat di telinga kanan gadis itu.

Clara hanya menunduk tak berani menatap Dev. Gara-gara dia, Dev harus dituduh hal yang menjijikkan. Tapi ia tak berani mengatakan jika pelakunya bukan Dev, melainkan dosennya sendiri, Arya Mahendra.

Karena pasti para fans fanatiknya tidak akan percaya dan menganggapnya hanya omong kosong belaka. Karena itu juga ia memilih bungkam. 

"Ternyata lu hobi banget ngerebut pacar orang. Dulu aja waktu gue deket sama Sonia, lu embat dia. Sekarang Clara. Bukan hanya lu embat, tapi udah lo gauli sekalian. Otak kotor lu masih berfungsi?" tanya Algo dengan nada meninggi.

Ia menatap laki-laki seperti orang jijik. Karena sudah melakukan hal memalukan dengan pacarnya. 

"Gue nggak ngelakuin apa-apa sama kekasih lu ini. Gue aja ke sini dia udah kayak gini. Bukan gue pelakunya. Gue ke sini disuruh sama, mana tuh dosen ...."

Ia mengamati sekitar dan mencari keberadaan dosen sok kecakepan itu, ya ... dia adalah Arya Mahendra. Dosen biologi yang tampan, namun memiliki otak yang kotor.

Mungkin karena terlalu mendalami ilmu-ilmu biologi, hingga mempraktikkannya di dunia nyata. Namun salah waktu dan tempat.

"Nah, itu dia si pelaku sebenarnya. Arya Mahendra!" tegasnya.

Ia bahkan langsung menyebut nama dosennya tanpa embel-embel pak di depannya. Karena dirinya benar-benar emosi dipermainkan seperti ini. Ia bukan penjahat, tapi terlihat seperti penjahat.

"Devaro! Jangan ngarang cerita kamu. Berani sekali kamu menuduh saya sembarangan. Saya ini dosen kamu, kamu harus bersikap hormat!" tegas Arya, dengan seribu penolakan.

Hormat katanya? Dia pikir dosen seperti dia bisa dijadikan panutan. Harusnya sih dibasmi dari kampus, kalau perlu ditendang dari planet bumi sekalian. Karena hanya akan mengotori planet kita yang sudah kotor akan sampah plastik.

'Shittt ... apa katanya? Dosen macam dia bahkan nggak pantas disebut manusia. Ia tak lebih dari seekor binatang yang kelayapan mencari mangsa' gumam Dev dengan segala umpatan.

Ingin rasanya menendang Arya saat itu juga. Tapi di sana tidak ada orang yang percaya pada perkataannya.

"Orang seperti Bapak tidak pantas dihormati, lebih baik Anda pergi saja dari bumi ini. Daripada jadi beban masyarakat," ujar Dev.

"Kamu sudah berbuat hal yang memalukan masih aja ngelak. Kamu ini punya harga diri sebagai laki-laki atau tidak? Kalau berani berbuat yang harus mau bertanggung jawab!" tukas Arya. 

Sepertinya ia lupa jika dirinya lah yang melakukan perbuatan keji itu pada Clara. Ia sama sekali tak ingin mengatakan yang sebenarnya. Malah memutar balik fakta, dan melempar segala kesalahannya pada Dev. 

Benar-benar memalukan. Orang seperti Arya memang pengecut. Hanya mau enaknya saja. Nggak gentle.

"Jangan-jangan Bapak sendiri yang udah menodai gadis ini. Pasalnya tadi gerak-gerik Bapak mencurigakan," tuduh Dev asal.

Ia memang tidak tahu apakah Arya pelakunya atau bukan. Tapi setelah dari arah gudang, ia langsung memintanya untuk ke sana. Dengan alasan untuk menaruh barang. 

Bodohnya, ia menurut saja tanpa berpikir panjang. Karena ia pikir ... dosennya ini memang murni dosen yang meminta tolong pada mahasiswa. Ternyata eh ternyata ... punya maksud terselubung. Seperti pepatah, ada gajah di balik batu.

"Sekarang semuanya diam dan kembali ke kelas masing-masing. Karena ini bukan bahan tontonan!" seru Pak Tirta. 

"Yah ... Bapak ini nggak seru. Padahal mau nonton kelanjutan dramanya. Mana makin seru lagi," rengek Anne. Ia memutar bola matanya jengah.

Karena jika ia kembali ke kelas, maka tidak ada bahan ghibahan untuk nanti disebarkan. Kan nanti dia jadi untung bisa balas dendam pada Clara. Salah sendiri dulu berani deketin Algo. Padahal ia juga suka pada laki-laki itu.

"Silakan kembali atau nilai IPK kalian di bawah dua!" ancam Pak Tirta. Ia tak pernah main-main dengan perkataannya.

Akhirnya para mahasiswa dan mahasiswi kembali ke kelas mereka dengan wajah kecewa. Pasalnya mereka ingin melihat sinetron dalam dunia nyata.

"Dan untuk kalian ... ikut saya ke kantor. Saya akan panggil orang tau kalian. Tindakan kalian ini tidak bisa dibenarkan. Sangat menjijikkan!" teriak Pak Tirta.

Ia memang tipe dosen yang sabar. Tapi masalahnya ini menyangkut reputasi kampus. Ia harus bertidak tegas dan adil. Agar tidak ada yang dirugikan.

"Ya Tuhan ... bagaimana ini? Apa yang harus aku katakan pada Mama dan Papa?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status